Resilient Coffee: Mendukung Petani Kopi Indonesia di Tengah Perubahan Iklim

Foto oleh jcomp di Freepik.
Kopi merupakan salah satu komoditas yang paling banyak diperdagangkan di dunia dan termasuk tanaman ekspor penting bagi banyak negara. Indonesia termasuk salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia, dengan produksi mencapai 774,60 ribu ton dan mengekspor sebanyak 380.173 ton (US$842,52 juta) pada tahun 2021.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri kopi Indonesia mengalami pertumbuhan seiring permintaan kopi yang terus meningkat. International Coffee Organization (ICO) mencatat konsumsi kopi di Indonesia mencapai 5 juta kantong berukuran 60 kilogram pada periode 2020/2021. Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi kelima di dunia dalam tingkat konsumsi kopi tertinggi.
Namun, di balik kenikmatan secangkir kopi yang kita minum, petani kopi masih menghadapi berbagai persoalan. Beberapa di antaranya adalah perubahan iklim, volatilitas pasar, dan ketimpangan gender. Selain itu, kualitas produk kopi yang rentan kalah bersaing di pasar akibat dampak perubahan iklim dan keterbatasan teknologi pengolahan serta masalah permodalan juga menjadi tantangan yang serius.
Pada 19 Desember 2022, Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) meluncurkan Coffee Enterprise Resilience Initiative (Resilient Coffee) untuk mendukung komunitas petani kopi di Indonesia untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
Mendukung 14.000 petani kecil
Resilient Coffee merupakan bentuk kemitraan bersama perusahaan minuman asal AS Keurig Dr Pepper dan lembaga non-pemerintah dari AS Root Capital. Kemitraan ini akan mendukung 14 perusahaan kopi di Aceh, Jawa Timur, dan Sumatera Utara dan menjangkau 14.000 petani kecil. Resilient Coffee bertujuan untuk mengenalkan pertanian berkelanjutan yang menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan hidup.
“Kurangnya keterampilan manajemen bisnis dan akses terhadap kredit telah menghambat perusahaan kopi untuk memanfaatkan potensi penuh para petani untuk berkembang,” kata Jeff Cohen, Direktur USAID Indonesia.
Beberapa hal yang akan dilakukan melalui kemitraan Resilient Coffee ini adalah:
- Memberikan kredit bagi usaha pertanian kopi di pedesaan.
- Memanfaatkan keahlian lokal untuk membantu Root Capital membangun ketahanan petani kecil dengan memperluas akses terhadap keuangan bagi para petani dan pengusaha kopi kecil yang tidak memiliki akses yang memadai terhadap kredit dan pendidikan bisnis.
- Para mitra akan memanfaatkan kepemimpinan Keurig Dr Pepper dan pengalaman Root Capital dengan pengusaha kopi untuk membantu dunia usaha memperkuat ketangguhan melalui pembiayaan dan pelatihan.
- Bekerja sama dengan dunia usaha untuk memperkuat kesetaraan gender dan praktik inklusi sosial.
- Menerapkan solusi digital baru untuk meningkatkan manajemen dan ketangguhan usaha kopi.
- Memperkuat aksi iklim dalam industri kopi dengan fokus pada mitigasi perubahan iklim, melindungi ekosistem yang rentan, dan mendukung masyarakat pedesaan untuk beradaptasi dengan dampak iklim.
“Kolaborasi USAID dengan Root Capital dan Keurig Dr Pepper akan memperluas kapasitas dan komitmen publik-swasta untuk memperkuat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, serta memprioritaskan investasi dalam pemberdayaan ekonomi perempuan dan membangun ketangguhan terhadap perubahan iklim,” imbuh Cohen.
Adaptasi iklim yang menyeluruh
Risiko perubahan iklim terus meningkat. Aksi ketahanan dan adaptasi iklim yang terintegrasi dalam jangka panjang dan bersifat menyeluruh sangat dibutuhkan, dengan melibatkan seluruh aktor dalam rantai nilai kopi, termasuk para stakeholder dan pemerintah.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network ID.