Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Opini
  • Unggulan

Memasyarakatkan Olahraga Hingga ke Komunitas Marginal dan Minoritas

Olahraga dan hidup sehat adalah hak dan kebutuhan setiap orang, seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali. Oleh karena itu, sudah saatnya kita memasyarakat olahraga dan mengolahragakan masyarakat, dengan tidak meninggalkan seorang pun di belakang.
Oleh Adil Hakim
2 Desember 2024
sekumpulan orang melakukan kegiatan olahraga masyarakat

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.

Olahraga dan hidup sehat adalah hak setiap orang tanpa memandang status sosial, ekonomi, budaya, kondisi fisik dan mental, atau kondisi apa pun yang melekat pada seseorang. Oleh karena itu, akses yang setara dan adil terhadap ruang, fasilitas, serta sarana dan prasarana olahraga yang memadai seharusnya dimiliki oleh setiap orang tanpa terkecuali. Sayangnya, bayangan ini masih belum terwujud di Indonesia. Di banyak komunitas, terutama komunitas-komunitas marginal dan minoritas, olahraga masih menjadi suatu hal yang jauh dari jangkauan.

Ini adalah tantangan besar di Indonesia, khususnya bagi organisasi dan para pemangku kepentingan terkait seperti Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) dan seluruh Induk Organisasi Masyarakat (INORGA) yang dinaunginya. Mengatasi tantangan ini akan menjadi salah satu kunci penentu keberhasilan Indonesia dalam mencapai visi Generasi Emas 2045.

Tantangan Besar

Salah satu tantangan terbesar dalam lanskap olahraga masyarakat di Indonesia adalah rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga. Laporan Indeks Pembangunan Olahraga (IPO) 2023 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga hanya sebesar 25,4% dari jumlah populasi, bahkan menurun 3% jika dibandingkan pada tahun 2022 yang mencapai 28,4%. Pada gilirannya, rendahnya partisipasi masyarakat ini berdampak pada kebugaran jasmani masyarakat yang tergolong mengkhawatirkan. Menurut laporan tersebut, hanya 4,18% masyarakat berusia 10-60 tahun yang tingkat kebugaran jasmaninya masuk kategori baik.

Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat olahraga sangat penting bagi setiap orang untuk mendukung kesehatan fisik dan mental, membantu pembentukan karakter dan nilai-nilai positif, mencegah perilaku menyimpang atau mengarah pada kekerasan, serta memperkuat solidaritas di masyarakat. Dengan segenap manfaat tersebut, olahraga masyarakat mestinya dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu memberdayakan banyak elemen masyarakat, termasuk orang-orang marginal dan minoritas seperti warga binaan di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan (rutan), orang-orang yang sedang dalam masa pemulihan di panti rehabilitasi, penghuni panti sosial, pasien rumah sakit jiwa (RSJ), dan banyak lainnya. Tentu tidak ketinggalan orang-orang lanjut usia (lansia), perempuan, dan orang-orang dengan disabilitas (difabel), yang selama ini cenderung minim keterlibatannya dalam aktivitas olahraga masyarakat karena berbagai hambatan.

Olahraga untuk Kelompok Marginal dan Minoritas

Bayangkan betapa besar dampak yang dapat kita capai ketika kita memasyarakatkan olahraga hingga ke tengah komunitas atau kelompok marginal dan minoritas tersebut di seluruh wilayah Indonesia. Untuk lapas dan rutan saja, berdasarkan data sampai tahun 2023, ada 526 lapas dan rutan di Indonesia yang dihuni oleh sekitar 265.897 warga binaan. Kita sering mendengar atau menyaksikan mantan narapidana yang kemudian kembali melakukan kriminalitas dan menjadi residivis selepas bebas. Di sini, kehadiran olahraga masyarakat menjadi sangat relevan dan penting untuk membantu proses transisi atau integrasi mereka sebelum kembali ke tengah masyarakat. Dengan mengintegrasikan olahraga masyarakat ke dalam proses pembinaan sehari-hari di lapas/rutan, yang tentunya harus disertai dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai, satu tugas pemerintah akan menjadi terbantu.

Lalu ada lembaga rehabilitasi sosial, yang mencapai 188 unit di seluruh Indonesia dengan jumlah pasien/korban mencapai puluhan ribu orang. Belum lagi RSJ, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, dan lain sebagainya, yang orang-orangnya masih memungkinkan melakukan aktivitas olahraga. Di sini, olahraga dapat membantu mereka untuk pulih, mendapatkan kembali semangat, harapan, dan rasa percaya diri yang mereka butuhkan untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna.

Di luar itu, masih ada banyak perempuan, orang-orang dengan disabilitas (dengan berbagai kondisi disabilitas), dan lansia, yang selama ini juga masih kekurangan atau bahkan tidak memiliki sama sekali akses ke olahraga. Saya yakin, mereka bukannya tidak ingin berolahraga, bukannya tidak berminat dengan olahraga, tetapi berbagai hambatan telah menghalangi mereka untuk berpartisipasi. Perempuan, kita tahu, sering terhalangi oleh faktor-faktor sosial dan struktural seperti harus menjalankan peran ganda antara pengasuhan dan pekerjaan, dicap kurang pantas untuk tampil di ruang publik, dan sebagainya. Lalu, orang-orang dengan disabilitas; mereka membutuhkan akses ke olahraga dengan dukungan sarana dan prasarana yang sensitif terhadap kebutuhan/kondisi disabilitas mereka. Demikian pula dengan lansia, yang tidak bisa disamakan dengan orang-orang muda pada umumnya.

Yang tak kalah penting, di tengah keberagaman yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan gesekan, olahraga masyarakat dapat mengambil peran untuk menjaga kerukunan dan harmoni. Pada saat yang sama, olahraga masyarakat juga dapat membantu melestarikan tradisi dan budaya masyarakat Indonesia melalui olahraga permainan tradisional seperti pencak silat, gobak sodor, dan banyak lagi.

Persis pada ranah-ranah inilah KORMI dapat memainkan peran-peran strategis dalam mendukung INORGA untuk bekerja dengan lebih masif dan signifikan. Ketika hal ini terwujud dan berjalan, saya yakin KORMI akan lebih dilirik dan dirangkul oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab atau merasa terpanggil untuk mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohaninya, sejahtera, damai, harmonis, berbudaya, terutama pemerintah lewat tangan-tangan kementerian/lembaga atau instansi-instansi terkait.

Memasyarakatkan Olahraga

Olahraga bukanlah aktivitas yang hanya perlu dilakoni atau ditekuni oleh para atlet. Olahraga bukan hanya tentang atlet-atlet yang berkompetisi, yang memperebutkan medali, dan yang meraih prestasi —yang itu hanya 0,01 persen dari keseluruhan populasi.

Olahraga dan hidup yang sehat adalah hak dan kebutuhan setiap orang, seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali, yang itu adalah 99,99% populasi Indonesia. Oleh karena itu, sudah saatnya kita memasyarakat olahraga dan mengolahragakan masyarakat, dengan tidak meninggalkan seorang pun di belakang. KORMI, bersama INORGA, harus menjadi garda terdepan dalam mewujudkan hal ini.

Namun, untuk dapat mewujudkannya, KORMI pertama-tama harus berbenah, bertransformasi menjadi organisasi olahraga masyarakat yang progresif, inklusif, dan berkelanjutan. Kepemimpinan, tata kelola organisasi, kebijakan, hingga program-program yang diusung harus merefleksikan visi-misi yang jelas tentang olahraga masyarakat, dan mengimplementasikannya ke dalam bentuk-bentuk praktis untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga, dengan dukungan fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai.

Editor: Abul Muamar

Publikasikan thought leadership dan wawasan Anda bersama Green Network Asia – Indonesia, pelajari Panduan Artikel Opini kami.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Adil Hakim
Author at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Adil Hakim adalah Ketua Umum KORMI Nasional masa bakti 2024-2028 dan Ketua Yayasan Datuk Hakim Foundation.

  • Adil Hakim
    https://greennetwork.id/author/adil/
    Mewujudkan KORMI yang Progresif, Inklusif, dan Berkelanjutan

Continue Reading

Sebelumnya: Langkah Thailand Hapus Keadaan Tanpa Kewarganegaraan
Berikutnya: Aspek-Aspek Utama yang Membentuk Masa Depan Perlindungan Sosial

Artikel Terkait

beberapa orang mendayung perahu di permukiman saat banjir. Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia

Oleh Andi Batara
7 Juli 2025
sayur selada di pipa hidroponik Upaya UEA Capai Kemandirian Pangan melalui Plant the Emirates
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Upaya UEA Capai Kemandirian Pangan melalui Plant the Emirates

Oleh Attiatul Noor
7 Juli 2025
lahan kering dengan sebuah pohon di kejauhan Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam

Oleh Abul Muamar
4 Juli 2025
miniatur bangunan dan cerobong yang mengeluarkan asap GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi

Oleh Kresentia Madina
4 Juli 2025
sekelompok orang berfoto bersama dengan sebagian berdiri dan sebagian berjongkok. Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene

Oleh Ihsan Tahir
3 Juli 2025
Serpihan arang dan serbuk arang Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi

Oleh Ayu Nabilah
3 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.