Perubahan Iklim, Pembangunan, dan Sains Warga di Vietnam
Vietnam tengah menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, dan membangun ketahanan iklim merupakan prioritas utama pemerintah. Oleh karena itu, para pengambil kebijakan Vietnam beralih ke sains warga (citizen science) dan kini meluncurkan rencana aksi nasional yang mencakup memobilisasi generasi muda sebagai ilmuwan warga (citizen scientist).
Vietnam dan Perubahan Iklim
Setelah menandatangani Perjanjian Paris mengenai Perubahan Iklim Global, Vietnam mengakui adanya perjalanan menuju implementasi yang efektif. Salah satu aspek terpenting adalah mengatasi kesenjangan berita terkait sains yang penting untuk keterlibatan aktif dalam memerangi tantangan iklim lokal.
Dalam beberapa dekade terakhir, Vietnam telah mengalami lonjakan peristiwa cuaca ekstrem, termasuk banjir dan kekeringan. Rencana Aksi Nasional pemerintah menggarisbawahi pentingnya mendorong praktik konsumsi dan produksi berkelanjutan di Vietnam.
Mengingat semakin besarnya kesadaran akan kerentanan Vietnam terhadap perubahan iklim dan permasalahan lingkungan lintas batas akibat industrialisasi yang cepat dan penurunan keanekaragaman hayati, pemerintah pusat Vietnam telah menerapkan beberapa inisiatif untuk melakukan transisi menuju masa depan yang ramah lingkungan dan bersih. Hal ini termasuk target untuk mengurangi emisi rumah kaca sebesar 15% dan meningkatkan sumber energi terbarukan sebesar 20% pada tahun 2030.
Sains Warga di Vietnam
Secara historis, kerangka kebijakan ini hanya diterapkan melalui implementasi “top-down”. Namun, di tingkat komune, terutama di Delta Mekong, terdapat pendekatan partisipatif yang mulai mengakar. Misalnya, pada Forum Lingkungan Hidup Mekong, yang didirikan tujuh tahun lalu, Nguyen Minh Quang dan pihak lainnya (dengan disclaimer, saya juga salah satu pendiri) terus mengembangkan workshop sains warga.
Sains Warga mengacu pada skenario di mana anggota masyarakat umum, seringkali bekerja sama dengan ilmuwan profesional, mengumpulkan dan/atau menganalisis data yang berkaitan dengan alam. Jutaan orang Vietnam yang memiliki ponsel pintar kini memiliki sarana yang mudah untuk mencatat pengamatan mereka dan membagikannya kepada para ilmuwan, berkat tersedianya aplikasi yang dapat diunduh secara gratis.
Vietnam telah mengadopsi teknologi digital, dan sebagai hasilnya, kehidupan masyarakat dan individu pun berubah. Dalam wawancara sebelumnya yang diselesaikan pada tahun 2018, Thi Thuy Binh, anggota Forum Jurnalis Lingkungan Vietnam di Hanoi, menegaskan, “Meningkatnya akses masyarakat terhadap web adalah pendorong peningkatan gelombang aktivisme lingkungan hidup.”
Sains warga berfungsi sebagai alat penting dalam demokratisasi ilmu pengetahuan dan memajukan tujuan untuk memastikan akses yang adil terhadap data dan informasi ilmiah. Jenis data yang dihasilkan oleh kelompok sains warga kini diakui sebagai sumber daya penting bagi para ilmuwan, pengguna terapan, dan pendukung Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Respons Pemerintah
Para penjaga media dan pembuat kebijakan di Vietnam menyadari potensi manfaat dari konektivitas yang lebih besar untuk mendorong keterbukaan dan transparansi, terutama ketika keamanan sumber daya alam dipertaruhkan dan terdapat kebutuhan akan investasi asing dari Barat. Jadi, selain pertumbuhan ekonomi dan keselamatan masyarakat, pemerintah Vietnam juga belajar—layaknya bambu—untuk mengikuti arah angin alih-alih patah, sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat yang terus berubah di tengah perubahan iklim.
Isunya jelas. Bagaimana pemerintah menjaga kepercayaan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, pembangunan, dan polusi, sehingga berpotensi menimbulkan dilema besar bagi para pembuat kebijakan?
Di Vietnam, perlindungan lingkungan sering dikaitkan dengan manfaat ekonomi dan eksploitasi sumber daya. Dengan demikian, penerapan langkah-langkah terkait perubahan iklim yang dilakukan negara ini dan kepatuhannya terhadap Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim memperkuat legitimasi mereka sebagai mitra yang bertanggung jawab dalam komunitas global. Hal ini sering kali diterjemahkan sebagai dana investasi yang mengalir ke negara ini.
Mencapai Keseimbangan
Di Delta Mekong, para pemimpin kebijakan memahami bahwa perubahan iklim mengancam ketahanan pangan karena beras merupakan tanaman ketahanan pangan yang paling penting di Vietnam. ‘Mangkuk nasi’ telah kehilangan hampir 250.000 hektare lahan. Perubahan iklim dan bendungan di hulu Sungai Mekong termasuk penyebabnya. Para petani dan pemerintah provinsi menyaksikan kenaikan permukaan laut dan intrusi air asin yang terus berlanjut ke sawah.
Di sisi lain, perkembangan sosio-ekonomi turut menentukan tekanan yang semakin besar terhadap sumber daya lahan dan air di delta tersebut, bahkan lebih besar daripada perubahan iklim. Perang baru yang dilancarkan untuk melawan pemicu stres ini memerlukan keterlibatan dan partisipasi penuh seluruh warga negara.
Oleh karena itu, negara harus mencapai keseimbangan antara mengurangi dampak perubahan iklim dan mendorong pembangunan sosial-ekonomi. Mengelola hubungan air, energi, dan pangan akan menjadi ujian besar, dan partisipasi seluruh warga negara melalui sains warga adalah bagian dari hal tersebut.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Publikasikan thought leadership dan wawasan Anda bersama Green Network Asia, pelajari Panduan Artikel Opini kami
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
James Borton adalah peneliti senior non-residen di Johns Hopkins SAIS dan penulis ‘Dispatches from the South China Sea: Navigating to Common Ground’. Dia meluncurkan Mekong Dispatch, agregator berita yang melayani wilayah tersebut.