Benarkah Menghapus Email dapat Membantu Selamatkan Bumi?

Foto: cottonbro studio di Pexels
Di era digital, surat elektronik atau email telah menjadi bagian penting dalam komunikasi sehari-hari. Namun tanpa disadari, setiap email yang dikirim dan disimpan memerlukan energi yang dapat memengaruhi lingkungan. Semakin banyak jumlah email semakin besar pula tekanan terhadap pusat data yang membutuhkan energi besar. Lalu, jika email menghabiskan banyak energi, apakah menghapusnya dapat berdampak bagi lingkungan?
Energi yang Dibutuhkan untuk Email
Setiap email yang dikirim, diterima, atau disimpan membutuhkan energi untuk diproses dan disimpan di server jarak jauh. Server-server ini beroperasi di pusat data besar yang bekerja tanpa henti dan mengonsumsi listrik dalam jumlah besar, baik untuk komputasi maupun pendinginan. Pada 2024, pusat data global diperkirakan menghabiskan sekitar 415 TWh listrik atau sekitar 1,5% dari konsumsi listrik dunia.
Masifnya lalu lintas email meningkatkan biaya energi tersembunyi secara signifikan. Pada 2024, terdapat sekitar 361 miliar lalu lintas email setiap harinya dan diperkirakan akan mencapai 408,2 miliar pada 2027 seiring meningkatnya konektivitas. Mengingat email membutuhkan tempat penyimpanan dan pemrosesan, maka kebutuhan akan pusat data yang tinggi energi juga semakin mendesak.
Dampak Lingkungan dari Email
Secara global, aktivitas digital menyumbang sekitar 4% dari total emisi gas rumah kaca dan diperkirakan akan terus meningkat. Lalu, berapa jumlah emisi yang dihasilkan oleh email?
Dampak lingkungan dari email dapat diukur melalui jejak karbon digital yang disebut CO₂e (setara dengan karbon dioksida). Berdasarkan penelitian pakar keberlanjutan Mike Berners-Lee, besarnya emisi bergantung pada cara email dibuat dan dikirimkan. Misalnya, email biasa yang dikirim antarponsel menghasilkan sekitar 0,2 gr CO₂e, sedangkan spam yang berhasil tersaring menghasilkan sekitar 0,03 gr CO₂e. Namun, email yang memuat lampiran berukuran besar atau berisi pesan panjang dapat menghasilkan hingga 50 gr CO₂e.
Dalam setahun, penggunaan email rata-rata setiap orang dapat menghasilkan 3-40 kg CO₂e. Jumlah ini setara dengan jarak tempuh mobil kecil berbahan bakar bensin sejauh 16-206 km. Meski jejak karbon dari satu email terlihat kecil, akumulasi miliaran email yang dikirim setiap hari dapat menimbulkan dampak serius bagi lingkungan.
Menghapus Email dan Kebiasaan Digital Lainnya
Meski terlihat sepele, penghapusan email dapat berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon digital. Contohnya, menghapus 1.000 email dapat menghemat sekitar 5 gr CO₂e. Walaupun dampaknya kecil bagi individu namun jika dilakukan secara kolektif akan menghasilkan dampak yang signifikan.
Namun, penting dicatat bahwa sebagian besar jejak karbon tidak hanya dari penggunaan email, tetapi juga perangkat yang digunakan untuk mengirim dan membacanya. Memproduksi perangkat membutuhkan energi dalam jumlah besar, terutama jika menggunakan energi non terbarukan. Selain itu, limbah elektronik juga menjadi tantangan serius yang memerlukan pengelolaan yang bijak. Oleh karena itu, langkah yang lebih berdampak adalah dengan memperpanjang masa pakai perangkat, menghindari pembaruan yang tidak diperlukan, dan memilih teknologi yang efisien dari sisi energi.
Secara keseluruhan, email memang bukan penyumbang emisi terbesar di Bumi dan tergolong mudah untuk diatasi. Namun, menghapus pesan yang tidak penting, berhenti berlangganan email yang tidak dibutuhkan, mengosongkan folder spam, dan mengelola penyimpanan merupakan langkah-langkah sederhana yang dapat mendukung pengurangan limbah dan polusi digital. Lebih dari itu, tindakan ini juga mendorong kesadaran akan dampak lingkungan dari penggunaan email, sekaligus mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan secara menyeluruh.
Penerjemah: Kesya Arla
Editor: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan GNA Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, akselerasi dampak positif Anda untuk masyarakat (people) dan lingkungan (the planet).