Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Desa Wisata Pela Lindungi Keberadaan Pesut Mahakam

Desa Pela, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, berkembang menjadi desa wisata yang berkontribusi dalam melindungi populasi pesut mahakam yang semakin terancam.
Oleh Seftyana Khairunisa
28 Juni 2024
seekor pesut di permukaan air

Foto: Stefan Brending di Wikimedia Commons.

Degradasi lingkungan dan penangkapan liar telah mengancam keberadaan berbagai satwa langka di Indonesia, termasuk pesut mahakam. Lumba-lumba air tawar yang dapat dijumpai di Sungai Mahakam ini berada dalam situasi kritis dan terancam punah (critically endangered) sehingga butuh berbagai upaya untuk melindunginya. Salah satu upaya dilakukan oleh warga Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di desa ini mengembangkan desa wisata yang berkontribusi dalam menjaga keberadaan pesut mahakam. 

Pesut Mahakam yang Kian Terancam

Berdasarkan laporan monitoring Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia), dalam rentang waktu antara 2012 hingga 2022, populasi pesut mahakam menyusut dari 84 ekor menjadi 62 ekor. Laporan tersebut juga menemukan bahwa dalam 6 tahun (2017-2022), kematian pesut mahakam melebihi rata-rata 4,9 ekor per tahunnya. Kematian paling banyak disebabkan karena terperangkap rengge, yaitu jaring yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa saat ini pesut mahakam masih menghadapi berbagai ancaman, terutama karena penurunan kualitas habitat. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari polusi suara dari kapal yang mengganggu sistem sonar pesut, sungai yang tercemar oleh bahan kimia dan limbah, dan sedimentasi yang tinggi. Selain itu, keberadaan pesut mahakam juga terancam oleh penurunan jumlah mangsa akibat penangkapan ikan yang intensif, penebangan hutan di tepi sungai, dan alih fungsi hutan rawa menjadi perkebunan kelapa sawit.

Desa Wisata Pela

Desa Pela terletak di antara tepi anak Sungai Mahakam, yakni Sungai Pela, dan di ujung mulut Danau Semayang yang merupakan daerah perlintasan pesut. Pada 2019, berdasarkan keputusan Bupati Kutai Kartanegara, Desa Pela ditetapkan sebagai desa wisata dengan daya tarik wisata danau dan ekosistem pesut. Pengembangan dan pengelolaan Desa Wisata Pela dilakukan oleh Pokdarwis Bekayuh Baumbai Babudaya.

Pengembangan desa wisata bermula dari keprihatinan warga setempat karena sering menemukan pesut di Sungai Pela yang terjerat jaring nelayan dan mati membusuk. Warga desa pun mencari cara untuk menjaga keberadaan pesut tanpa mengganggu aktivitas nelayan. Akhirnya, warga sepakat untuk membangun desa wisata dengan fokus pada konservasi sungai dan vegetasi di sekitarnya. Dengan cara ini, keberadaan pesut di Sungai Pela diharapkan dapat terjaga sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk datang datang ke Desa Pela dan melihat pesut kapan saja. 

Pokdarwis sebagai penggerak pariwisata juga turut berupaya untuk mencegah penangkapan liar yang menjadi ancaman utama keberadaan pesut di Desa Pela. Pada tahun 2018, mereka membuat peraturan desa (perdes) yang melarang penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom, setrum, dan racun. Tidak hanya itu, Pokdarwis Bekayuh Baumbai Babudaya juga gencar mengampanyekan Rancangan Peraturan Daerah Konservasi Perairan Habitat Pesut Mahakam yang masih belum disahkan sejak tahun 2022.

Di samping itu, konservasi pesut juga dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Program Konservasi Endemik (Komik) Pesut Mahakam, misalnya, dibangun atas kerja sama dengan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pemerintah Desa, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Yayasan RASI. Lewat program ini, rengge nelayan dipasangi pinger akustik, yaitu alat yang dapat mengeluarkan sonar dengan frekuensi yang dapat ditangkap pesut mahakam sehingga hewan tersebut dapat menghindari area sekitar jaring nelayan. Program kerja sama ini juga memberdayakan masyarakat lokal untuk menumbuhkan kegiatan wisatanya seperti dengan mendirikan museum nelayan dan memasang papan informasi di area konservasi. Sementara lewat Pemerintah Kutai Kartanegara, Desa Pela mendapat dukungan finansial untuk meningkatkan fasilitas dan infrastruktur guna meningkatkan kunjungan wisatawan. 

Melanjutkan Konservasi Pesut Mahakam

Pengembangan Desa Wisata Pela menghasilkan berbagai dampak positif. Selain terjaganya habitat dan berkurangnya tingkat kematian pesut, warga lokal yang menjadi pelaku utama wisata mendapat manfaat ekonomi berupa peningkatan pendapatan. Dan pada 2024, Ketua Pokdawris Bekayuh Baumbai Bebudaya, Alimi, menerima penghargaan Kalpataru 2024 dari KLHK untuk kategori Penyelamat Lingkungan.

Selain itu, pengembangan desa wisata juga menjadi cara untuk mempertahankan kebudayaan asli milik Desa Pela. Namun, capaian desa ini bukan tanpa tantangan mengingat adanya keterbatasan dana, infrastruktur, dan kapasitas masyarakat lokal pada awal pengembangan desa wisata. 

Pada akhirnya, pelestarian pesut mahakam tentu membutuhkan upaya yang lebih luas. Pelarangan alat tangkap tertentu seperti yang dilakukan di Desa Pela mesti menjadi peraturan di tingkat yang lebih tinggi dengan sanksi yang tegas untuk mendorong praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan. Investigasi menyeluruh, baik mengenai pencemaran sungai maupun polusi suara yang mengancam keberadaan pesut, perlu dilakukan  dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

“Semoga ke depan ada generasi penerus kita, warga sekitar juga (semoga) mau mengikuti apa yang dilakukan desa, yaitu menjaga pesut dan satwa lainnya serta ragam hayati yang ada di sungai dan danau,” ujar Alimi, Ketua Pokdawris Bekayuh Baumbai Bebudaya, saat menerima penghargaan Kalpataru 2024.

Editor:  Abul Muamar

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatkan Perlindungan Sosial yang Sensitif terhadap Anak di Indonesia
Berikutnya: Meningkatkan Akses terhadap Vaksin Rabies

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

Sekelompok laki-laki muda berfoto bersama seorang ibu di depan sebuah rumah. Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh

Oleh Naufal Akram
25 Agustus 2025
buku terbuka Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan

Oleh Yanto Pratiknyo
25 Agustus 2025
kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia