Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Mengarusutamakan Konstruksi Rendah Karbon dengan Praktik Kuno

Perusahaan arsitektur dan desain bangunan asal India, Mason Ink, memanfaatkan warisan dan praktik kuno untuk mendorong konstruksi rendah karbon dan meminimalkan dampak lingkungan.
Oleh Dinda Rahmania
8 April 2024
seorang pria membangun sebuah bangunan dengan lumpur

Foto: Erwin Bolwidt di Flickr.

Tempat tinggal merupakan hal yang sangat penting bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Seiring berjalannya waktu, teknologi bangunan pun semakin maju. Sayangnya, kemajuan ini disertai dengan eksploitasi sumber daya alam dan jejak karbon yang besar. Terkait hal ini, perusahaan arsitektur dan desain bangunan asal India, Mason Ink, memanfaatkan warisan dan praktik kuno untuk meminimalkan dampak lingkungan dan mendorong konstruksi rendah karbon di negara tersebut.

Biaya Bangunan

Konstruksi bangunan secara konvensional memiliki konsekuensi berbahaya bagi Bumi. Konstruksi membutuhkan material seperti beton, semen, baja, aluminium, dan lain sebagainya. Pembuatan material bangunan ini melibatkan proses yang memerlukan energi dan ekstraksi sumber daya alam.

Energi yang digunakan untuk sebuah bangunan sangat besar, mulai dari penggunaan bahan bakar fosil pada mesin konstruksi hingga penggunaan energi sehari-hari di dalam bangunan tersebut. Sebuah bangunan—entah itu rumah, kantor, dan lain sebagainya—membutuhkan energi untuk berbagai peralatan seperti pemanas, pendingin, dan alat-alat elektronik. Terkadang desain bangunan kurang mempertimbangkan efisiensi energi, dan sering kali karena terbatasnya kesadaran dan perbedaan prioritas.

Menurut Badan Energi Internasional, operasional bangunan menyumbang 30% penggunaan energi final global dan 26% emisi terkait energi di seluruh dunia. Hal ini mencakup 8% dari emisi langsung di dalam bangunan dan 18% dari produksi listrik dan panas yang digunakan di dalam bangunan.

Praktik konstruksi bangunan “modern” namun konvensional ini, yang menghasilkan polusi dan emisi karbon yang signifikan, dapat menimbulkan dampak lingkungan yang luas. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan alternatif untuk mengurangi jejak karbon suatu bangunan, salah satunya dengan menerapkan praktik kuno dalam konstruksi bangunan.

Praktik Kuno Konstruksi Rendah Karbon dengan Lumpur

Praktik kuno pemanfaatan lumpur yang banyak ditemukan di seluruh dunia, menawarkan alternatif yang layak untuk menggantikan bahan-bahan tertentu. Sepanjang sejarah, lumpur telah menjadi pilihan umum untuk membangun tempat berlindung dan bahkan untuk membangun keajaiban arsitektur abadi yang telah berdiri kokoh selama berabad-abad.

Di India, para arsitek perempuan menghidupkan kembali praktik bangunan lumpur kuno dalam karya mereka. Di pedesaan, Rosie Paul dan Sridevi Changali memperjuangkan penggunaan lumpur sebagai bahan konstruksi bangunan. Melalui perusahaan mereka, Mason Ink, penduduk setempat mengolah lumpur yang tersedia menjadi batu bata untuk konstruksi di desa, sehingga menguntungkan penduduk setempat dibandingkan produsen besar.

Menggabungkan berbagai teknik dalam pengerjaannya, para pembuat batu bata lokal ini kerap memadukan lumpur dengan kotoran sapi, limbah pasir, dan kapur. Campuran ini menghasilkan bahan yang tahan lama dan tahan cuaca yang cocok untuk konstruksi. Lumpur mencegah pertumbuhan jamur dengan memungkinkan aliran udara dan melepaskan panas siang hari yang diserap di malam hari, sehingga mengurangi kebutuhan akan pendingin ruangan.

Rumah lumpur adalah tradisi lama di India yang sudah mendarah daging dalam tradisi negara tersebut. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang tepat, praktik ini dapat dihidupkan kembali dalam skala besar untuk meminimalkan dampak lingkungan dari bangunan dan secara perlahan menggantikan metode konvensional yang ada saat ini.

Perlu Inisiatif Bersama

Memperkenalkan kembali praktik-praktik kuno dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan memerlukan pengetahuan teknis dan keahlian multidisiplin. Penting untuk menyadari bahwa setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga praktik konstruksi rendah karbon harus disesuaikan dengan kondisi lokal, termasuk soal sumber daya yang tersedia di wilayah tersebut. Pada akhirnya, kesadaran bersama di antara para pemangku kepentingan merupakan hal yang penting dalam mencapai kelestarian lingkungan. Arsitek, insinyur, produsen, dan pengambil kebijakan publik harus berkolaborasi dan memprioritaskan opsi rendah karbon dalam praktik bisnis konstruksi. Dengan mengintegrasikan warisan budaya dan teknik modern, bangunan berkelanjutan dapat diarusutamakan secara efektif untuk mengurangi dampak lingkungan dari lingkungan binaan kita.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengurangi Limbah Elektronik dengan Material yang Dapat Didaur Ulang dan Diperbaiki
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Singapura Luncurkan Alat Pelaporan ESG Otomatis
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    PUA-DEM: Model Komputer yang Lebih Akurat untuk Prediksi Longsor
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Memahami Prinsip Bisnis dan HAM (BHR) untuk Keseimbangan HAM dan Keuntungan

Continue Reading

Sebelumnya: Pameran ‘What If Lab: Sustainable Public Spaces’: Ruang Publik Berkelanjutan di Perkampungan Jakarta
Berikutnya: Klaim Keberlanjutan dalam Pembangunan IKN dan Penggusuran Masyarakat Adat

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

Sekelompok laki-laki muda berfoto bersama seorang ibu di depan sebuah rumah. Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh

Oleh Naufal Akram
25 Agustus 2025
buku terbuka Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan

Oleh Yanto Pratiknyo
25 Agustus 2025
kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia