Mahasiswa di Türkiye Bantu Petani Zaitun Atasi Pola Cuaca yang Tak Menentu
Foto: Kotkoa di Freepik.
Krisis iklim berdampak pada berbagai bidang kehidupan, termasuk pertanian. Di Türkiye, para petani zaitun dilanda kekhawatiran mengenai hasil panen mereka yang turun drastis akibat krisis iklim yang semakin parah. Untuk membantu mengatasi masalah ini, mahasiswa setempat membantu para petani zaitun mengembangkan sistem pemantauan cerdas di tengah kondisi dan pola cuaca yang tak menentu.
Hasil Panen yang Kian Menurun
Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) Uni Eropa melaporkan bahwa tahun 2023 merupakan tahun terpanas sejak pertengahan abad ke-19, dengan suhu 1,48°C lebih tinggi dibanding rata-rata yang pernah terjadi secara historis. C3S juga memperingatkan bahwa tahun 2024 mungkin akan melampaui suhu tahun 2023, dan berpotensi menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dan mencapai kenaikan suhu rata-rata lebih dari 1,5°C di atas suhu pra-industri.
Meningkatnya suhu berdampak besar terhadap pertanian. Gelombang panas, badai, kekeringan, banjir, dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya menyebabkan penurunan hasil panen secara signifikan dan dapat menurunkan kualitas pangan yang diproduksi di seluruh dunia secara keseluruhan.
Meski panen global secara umum meningkat, penelitian menunjukkan bahwa jika dunia tidak mengalami perubahan iklim, kita bisa menyaksikan hasil panen yang 5% lebih tinggi. “Kesenjangan panen” ini, atau perbedaan antara hasil potensial dan hasil aktual, menekankan betapa pentingnya mengatasi perubahan iklim di tengah upaya bersama untuk melawan kelaparan. Program Pangan Dunia memperkirakan bahwa jika suhu dunia meningkat hingga 2°C, maka jumlah orang yang tidur dalam keadaan lapar akan bertambah sebanyak 189 juta.
Kerja Sama Mahasiswa dan Petani Zaitun
Türkiye merupakan salah satu produsen zaitun terbesar di dunia, dan kini terdampak perubahan iklim secara signifikan. Misalnya, di daerah Akhisar, panen zaitun pada tahun 2023 mengalami penurunan 80% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain suhu yang turun hingga -6 derajat celsius, curah hujan yang tinggi, dan lonjakan suhu secara tiba-tiba.
Di wilayah barat Türkiye, tim mahasiswa dan relawan dari Istanbul Technical University bekerja sama dengan para petani zaitun setempat untuk memanfaatkan sistem pemantauan cerdas. Mereka telah mengembangkan sistem peringatan dini untuk memantau kesehatan pohon zaitun dan mendeteksi potensi masalah akibat pola cuaca yang tidak dapat diprediksi dan faktor lainnya. Sistem ini memberikan masukan kepada petani untuk setiap pohonnya, menggunakan data yang diambil dari kamera termal dan 360 derajat. Sistem ini juga mencakup database sumber terbuka berbasis cloud yang memungkinkan petani mengambil keputusan berdasarkan informasi terkait tindakan yang diperlukan untuk mengurangi risiko kerusakan tanaman.
Memberdayakan Pemuda dan Solusi Akar Rumput
Ada banyak ketidakpastian di tengah krisis iklim dan berbagai tantangan dunia. Semua sektor dan pemangku kepentingan harus berpartisipasi aktif dalam membangun masa depan yang aman dan berkelanjutan bagi semua.
Kolaborasi antara mahasiswa dan petani zaitun di Türkiye adalah contoh bagaimana pemberdayaan pemuda dan komunitas lokal dapat membantu menemukan solusi terhadap tantangan di dunia nyata. Dalam konteks ini, pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta dapat memainkan peran penting dengan memberikan peluang dan sumber daya untuk mendukung dan meningkatkan solusi akar rumput demi menciptakan dampak jangka panjang bagi komunitas yang berkelanjutan dan berketahanan di seluruh dunia.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Dinda adalah Asisten Kemitraan Internasional di Green Network Asia. Ia meraih gelar sarjana Hubungan Internasional dari Universitas Presiden. Sebagai bagian dari Tim Internal GNA, ia mendukung kemitraan organisasi dengan organisasi internasional, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil di seluruh dunia melalui publikasi digital, acara, pengembangan kapasitas, dan penelitian.

Eco-ableism dalam Pengelolaan Risiko Bencana
Politik Kebencanaan: Kapasitas Negara dan Ilusi Keamanan
Mendengarkan Wisik dari Bukit Pnyx: Meretas Jalan Demokratis di Tengah Polikrisis
Melihat Nilai-Nilai Keberlanjutan dalam Kebijakan Pariwisata Nasional Uganda
Paparan Merkuri pada Burung: Sinyal Bahaya bagi Manusia dan Lingkungan
Menakar Efektivitas Model Insentif Konservasi TFFF untuk Atasi Deforestasi