Memperbaiki Tata Kelola Hubungan Kesehatan-Lingkungan
Pandemi COVID-19 saat ini memang telah melandai, namun ancaman cuaca ekstrem, kualitas udara yang buruk, krisis pangan dan air, serta penyakit yang berkaitan dengan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan terus meningkat. Meskipun pemahaman bahwa kesehatan dan lingkungan saling berkaitan sudah semakin berkembang di tengah masyarakat, namun kebijakan konkret yang ada saat ini masih jauh dari kata cukup. Karenanya, rencana dan kebijakan yang terintegrasi sangat penting dalam mengelola hubungan kesehatan-lingkungan.
Hubungan Kesehatan-Lingkungan
Perubahan iklim dan degradasi lingkungan adalah salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat di Asia dan Pasifik. Fenomena ini berdampak pada manusia, keanekaragaman hayati, ekosistem, dan ekonomi secara bersamaan. Di dunia kesehatan, konsep menyeluruh untuk aspek-aspek yang saling berkaitan ini dikenal sebagai pendekatan One Health.
“Biaya dan dampak ancaman lingkungan dan kesehatan terus meningkat. Biaya adaptasi terhadap bencana alam dan biologi di Asia-Pasifik diperkirakan mencapai US$ 270 miliar per tahun,” kata Presiden dan CEO International Institute for Sustainable Development (IISD) Richard Florizone.
Florizone menekankan, “Lingkungan masih merupakan dimensi kesehatan global dan pendekatan One Health yang belum dikembangkan. Ada banyak hal yang harus dilakukan dalam hal ini”.
Melalui sebuah panduan kebijakan, Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) PBB dan IISD menawarkan sebuah pendekatan regional untuk Rencana Aksi Bersama One Health global kepada para para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan.
Mengarusutamakan Hubungan Kesehatan-Lingkungan
Panduan kebijakan tersebut menawarkan rekomendasi konkret untuk mengarusutamakan hubungan kesehatan-lingkungan di Asia dan Pasifik, dengan menekankan koherensi kebijakan di seluruh rencana dan strategi nasional. Menurut dokumen tersebut, aspek-aspek ini sangat penting untuk diselaraskan dalam rencana nasional:
- Kesehatan – Rencana yang dibuat harus sesuai dengan apa yang menyebabkan penyakit secara ekologis. Selain itu, rencana tersebut juga harus menguraikan karakter dan sumber paparan, kontaminan yang menjadi perhatian, penilaian kerentanan untuk sub-populasi, dampak kesehatan, dan respons pengelolaan lingkungan yang spesifik.
- Keanekaragaman Hayati – Strategi dan rencana aksi harus memiliki penilaian komprehensif terhadap risiko kesehatan yang terkait dengan lingkungan; target nasional yang mencakup kesehatan dan kesejahteraan; valuasi keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem terkait kesehatan; dan kebijakan dan rencana One Health. Strategi dan rencana aksi juga juga harus selaras dengan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Pasca-2020.
- Sistem Pangan – Ekosistem yang berkelanjutan harus bertindak sebagai pilar ketahanan pangan dalam rencana kesehatan. Semua rencana nasional juga harus mempertimbangkan risiko pangan-kesehatan-lingkungan yang saling berkaitan.
- Perubahan Iklim – Rencana, strategi, dan kebijakan nasional harus menggunakan kerangka pelaporan di bawah UNFCCC (Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim) untuk koordinasi lintas-kementerian.
Transformasi Sistemik, Struktural, dan Adil
Panduan kebijakan tersebut juga menawarkan jalan untuk mengaktifkan, mengelola, dan memperkuat pendekatan One Health yang komprehensif untuk kesehatan, kesejahteraan, dan ketahanan manusia dan lingkungan. Hal ini membutuhkan manajemen risiko hubungan kesehatan-lingkungan yang terintegrasi dan matang untuk skenario jangka pendek dan jangka panjang untuk membangun strategi pencegahan yang lebih proaktif.
Menurut panduan tersebut, transformasi struktural ini dimungkinkan dengan beberapa faktor pendukung, seperti:
- Meningkatkan tata kelola multisektoral untuk memperkuat koherensi kebijakan
- Mengintegrasikan data dan penilaian lingkungan dan kesehatan
- Mengenalkan solusi berbasis alam untuk meningkatkan layanan ekosistem terkait kesehatan
- Mempromosikan pendekatan berbasis hak asasi manusia untuk kesehatan dan lingkungan
- Mendorong keterlibatan pemangku kepentingan dan peningkatan kapasitas
- Mengaktifkan aliran pendanaan kesehatan lingkungan terpadu
- Memperkuat kerjasama regional
Mengubah tata kelola hubungan kesehatan-lingkungan di Asia dan Pasifik merupakan tugas yang kompleks. Dibutuhkan kolaborasi lintas-pemangku kepentingan, lintas-sektor, dan lintas-batas yang kuat. Meninggalkan pendekatan parsial dan beralih ke pendekatan holistik dan komprehensif di tingkat kebijakan akan mengurangi risiko kesehatan-lingkungan dan meningkatkan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.
Terakhir, ke depannya, kita tidak boleh meninggalkan siapa pun (leave no one behind). Minal Pathak, ilmuwan senior di IPCC, menekankan pentingnya transisi yang adil. “Kita perlu fokus pada kesetaraan dan transisi yang adil dan memastikan bahwa mitigasi perubahan iklim, adaptasi, dan kesehatan manusia adalah bagian dari agenda terpadu, dan kita tidak boleh melupakan orang-orang yang paling menderita saat ini,” kata Pathak.
Unduh panduan kebijakan selengkapnya di sini.
Penerjemah: Abul Muamar
Versi asli artikel ini diterbitkan dalam bahasa Inggris di platform media digital Green Network Asia – Internasional.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Ia adalah seorang penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif berpengalaman dengan portofolio selama hampir satu dekade.