Skip to content
  • Tentang
  • GNA Advisory & Consulting
  • Kemitraan Iklan GNA
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Selama bertahun-tahun, warga Kampung Sempur hanya mengandalkan cara dan partisipasi yang terbatas dalam menghadapi risiko longsor. Namun kini, mereka lebih solid, dengan melibatkan para perempuan sebagai aktor dalam mitigasi bencana.
Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama.

Para ibu-ibu warga Kampung Sempur yang menjadi Kader Educana. | Foto: Dokumentasi Sahal Mahfudz.

Degradasi lingkungan dan perubahan iklim telah meningkatkan risiko bencana di berbagai di wilayah Indonesia, termasuk di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kampung Sempur, salah satu dusun di Desa Petir telah menghadapi ancaman bencana alam berupa tanah longsor selama bertahun-tahun yang membuat masyarakat setempat berada dalam situasi waspada setiap saat. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang saya lakukan di lokasi, saya mendapatkan informasi bahwa masyarakat Kampung Sempur secara turun-temurun menghadapi bencana longsor yang kerap menyebabkan kerugian material, kerusakan akses jalan, dan bahkan menelan korban jiwa.

Ancaman Bencana Longsor di Kampung Sempur

Secara topografi, wilayah Kampung Sempur memiliki tingkat kemiringan lereng yang cukup curam. Masyarakat Kampung Sempur hidup dalam kekhawatiran akan ancaman bahaya longsor yang bisa terjadi sewaktu-waktu, terlebih karena wilayah Bogor memiliki curah hujan tinggi setiap tahunnya. Ketika musim penghujan tiba, risiko tanah longsor akan semakin meningkat. Kondisi ini diperburuk oleh keadaan saluran drainase yang kerap dipenuhi oleh sedimentasi sehingga menutup aliran air.

Kondisi ini semakin memprihatinkan karena tingkat pemahaman dan kapasitas masyarakat setempat mengenai mitigasi bencana masih terbatas. Terlebih lagi, mayoritas penduduk di kampung ini merupakan perempuan dan anak-anak, kelompok yang paling rentan terhadap kejadian bencana.

“Kejadian longsor pernah terjadi di belakang dapur rumah saya. Meskipun tidak ada korban jiwa, tetapi trauma itu sampai sekarang masih membekas,” ujar Fatmawati, salah seorang warga Kampung Sempur, menceritakan pengalamannya saat saya berkunjung ke lokasi pada Januari 2024 silam.

Longsor parah pernah terjadi pada November 2023 ketika sedang hujan deras, menyebabkan dua orang (sepasang suami istri) meninggal dunia dan akses jalan amblas. “Karena malamnya hujan deras, satu rumah yang terdiri dari sepasang suami istri meninggal dunia akibat tertimbun tanah dan kondisi jalan yang runtuh menutup akses jalan,” kenang Fatmawati, yang akrab disapa Empat.

Meski demikian, tingginya risiko bencana longsor di Kampung Sempur tidak membuat warga ciut. Alih-alih pergi dan mencari tempat tinggal baru, banyak dari mereka yang tetap memilih bertahan meski hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Sementara itu, bantuan yang datang saat terjadi bencana seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain Kampung Sempur, risiko longsor juga tersebar di beberapa titik lain di Desa Petir, yaitu Kampung Cibereum dan Kampung Ciampea.

Perempuan sebagai Aktor dalam Mitigasi Bencana

Selama bertahun-tahun, warga Kampung Sempur hanya mengandalkan cara dan partisipasi yang terbatas dalam menghadapi risiko longsor. Namun kini, mereka lebih solid, terutama dengan keterlibatan para perempuan sebagai aktor dalam mitigasi bencana. Fatmawati adalah salah satu penggeraknya. Pengalaman pahit telah membentuknya menjadi pribadi perempuan yang kuat, dan ia membentuk kelompok perempuan tanggap bencana untuk bergotong-royong mengatasi risiko longsor di kampung mereka.

Salah satu langkah sederhana yang mereka lakukan adalah membersihkan saluran drainase secara rutin, dan menjalankan pengawasan dengan sistem bergilir terutama ketika musim hujan tiba. Mereka juga bekerjasama dengan komunitas Educana dalam penyampaian edukasi mitigasi bencana kepada warga, khususnya anak-anak. Edukasi dilakukan setiap bulan untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan sejak dini. Selain itu, mereka juga membentuk kader Educana sebagai garda terdepan dalam penyampaian aspirasi ke pemerintah desa.

Harapan Warga dan Solusi yang Dibutuhkan

Meski telah berupaya melakukan mitigasi risiko bencana secara mandiri, masyarakat di daerah rawan bencana tetap membutuhkan perlindungan sistematis dan lebih kuat untuk hidup lebih aman dan tangguh. Fatmawati dan para warga Kampung Sempur lainnya berharap pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih fundamental dan konkret seperti reboisasi, perawatan drainase, dan infrastruktur yang tahan terhadap bencana. Langkah-langkah tersebut tidak hanya dapat memperkuat daya tahan lingkungan dan mendukung aksi-aksi pengurangan risiko bencana berbasis komunitas, tetapi juga mengurangi kerugian sosial dan ekonomi setiap kali bencana datang.

Editor: Abul Muamar


Terbitkan cerita ringan dari tengah masyarakat bersama Green Network Asia, pelajari Panduan Konten Komunitas GNA.


Jika Anda melihat konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Langganan Anda akan memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, sekaligus mendukung kapasitas finansial GNA untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.
Pilih Paket Langganan

Sahal Mahfudz
+ postsBio

Sahal adalah mahasiswa S1 Meteorologi Terapan di IPB University. Ia memiliki minat yang kuat terhadap isu perubahan iklim, keberlanjutan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Saat ini ia aktif dalam komunitas Watery Nation dan Aksi Muda Jaga Iklim.

    This author does not have any more posts.

Continue Reading

Sebelumnya: Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025
Sebuah ilustrasi karya Frendy Marcelino yang menggambarkan tumpukan tote bag dan tumbler tak terpakai yang tumpah keluar dari sebuah tumbler besar. Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia

Oleh Nadia Andayani
20 Agustus 2025
orang-orang menonton pertunjukan teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami” Merenungi Suramnya Dunia Pendidikan lewat Teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Merenungi Suramnya Dunia Pendidikan lewat Teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”

Oleh Nareswari Reswara Widya
20 Agustus 2025
layar komputer dengan grafik garis SDG Venture Scaler untuk Dorong Investasi Berkelanjutan di Asia Tenggara
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

SDG Venture Scaler untuk Dorong Investasi Berkelanjutan di Asia Tenggara

Oleh Attiatul Noor
20 Agustus 2025
Bukit karst dilihat dari tepi jalan. Dampak Ekologis dan Sosial dari Perluasan Tambang di Pulau Jawa
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Dampak Ekologis dan Sosial dari Perluasan Tambang di Pulau Jawa

Oleh Andi Batara
19 Agustus 2025
kegiatan anak di sekolah Memperbaiki Kualitas Pendidikan Dasar di Asia Tengah
  • Kabar
  • Unggulan

Memperbaiki Kualitas Pendidikan Dasar di Asia Tengah

Oleh Attiatul Noor
19 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia