Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
Foto: Nikhita S di Unsplash.
Pendidikan lingkungan dapat mengembangkan kesadaran, pengetahuan, nilai, dan keterampilan untuk mengatasi tantangan lingkungan. Selain mengajarkan konsep ekologi, pendidikan lingkungan juga harus mendorong peserta didik untuk menerapkan praktik-praktik yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Di Odisha, India, pendidikan lingkungan diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah formal. Seperti apa?
Pendidikan Lingkungan di Odisha
Mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum sekolah sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi tantangan iklim global. Kerangka kerja Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD) UNESCO untuk tahun 2030 menyoroti pendidikan sebagai pendorong utama aksi iklim. Beberapa negara telah mengadopsi inisiatif serupa, seperti program Eco-Schools, yang diimplementasikan di lebih dari 100 negara.
Di India, negara bagian Odisha telah memperkenalkan Holistic Progress Card di bawah Kebijakan Pendidikan Nasional India 2020. Kartu ini menilai siswa berdasarkan 41 parameter, yang tidak hanya mencakup tes tertulis tetapi juga keterampilan kognitif, sosial-emosional, dan praktis. Ini berarti bahwa proyek lingkungan hidup tidak diperlakukan sebagai kegiatan ekstrakurikuler, melainkan dianggap sebagai bagian dari evaluasi formal. Misalnya, siswa mendapatkan kredit untuk pemeliharaan lubang kompos, memimpin gerakan penanaman pohon, atau berkontribusi pada perlindungan hutan mangrove di sepanjang wilayah pesisir.
Selain itu, Eco-Clubs turut memperkuat sistem ini. Ada sekitar 9.500 Eco-Clubs di Odisha, yang terhubung dengan program National Green Corps. Mereka melatih siswa dalam pengelolaan sampah, konservasi air, dan pemantauan energi, serta memperluas praktik lingkungan dari sekolah ke rumah tangga dan masyarakat. Pendekatan ini memberdayakan siswa untuk menjadi agen perubahan yang aktif, alih-alih menjadi pembelajar yang pasif.
Kesenjangan di Lapangan
Namun, kesenjangan di lapangan masih ada. Sebuah studi yang dilakukan di distrik Rayagada menilai pengetahuan lingkungan dari 100 siswa yang berasal dari kalangan masyarakat adat di tingkat sekolah menengah. Pengetahuan lingkungan di sini mengacu pada pemahaman siswa tentang prinsip-prinsip ekologi, dampak manusia terhadap alam, dan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari. Studi ini mengungkapkan bahwa 73% dari mereka memiliki tingkat pengetahuan lingkungan sedang, 15% memiliki tingkat tinggi, dan 12% memiliki tingkat rendah. Studi ini juga mencatat bahwa siswa suku di daerah perkotaan menunjukkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada mereka yang tinggal di daerah pedesaan, yang menggarisbawahi kesenjangan yang signifikan.
Kesenjangan ini terjadi dengan latar belakang kerentanan iklim di Odisha, di mana negara bagian tersebut sering menghadapi badai siklon, banjir, dan gelombang panas. Selain itu, negara bagian ini merupakan rumah bagi 62 komunitas adat, 13 di antaranya dianggap rentan karena menipisnya sumber daya hutan dan modernisasi. Komunitas adat, yang sangat bergantung pada alam, lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim, yang dapat mengganggu praktik budaya dan spiritual, serta mata pencaharian mereka. Menjembatani kesenjangan kesadaran lingkungan di kalangan pemuda adat dan membuat informasi lebih mudah diakses dalam bahasa mereka dapat menjadi cara untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang risiko iklim dan tindakan yang diperlukan untuk menguranginya.
Investasi untuk Masa Depan
Survei global People’s Climate Vote menunjukkan bahwa 70% anak muda berusia 14–18 tahun menganggap perubahan iklim sebagai keadaan darurat. Oleh karena itu, diperlukan struktur pembelajaran yang lebih kuat untuk mengubah kesadaran menjadi tindakan nyata. Dalam hal ini, pendidikan lingkungan menjadi lebih dari sekadar pengayaan akademis. Siswa dapat mempelajari praktik adaptif yang secara langsung mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk konservasi air, pelestarian ekosistem, dan pengelolaan sampah.
Namun, memperlakukan pendidikan lingkungan sebagai investasi strategis untuk membangun ketahanan jangka panjang membutuhkan penanganan kesenjangan di lapangan, terutama kesenjangan aksesibilitas antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Ini termasuk mempromosikan pendidikan lingkungan hidup melalui bahasa dan praktik yang selaras dengan masyarakat adat dan komunitas lokal di wilayah sasaran. Pada akhirnya, pendidikan lingkungan merupakan bekal bagi generasi muda untuk menjalani kehidupan, memberdayakan mereka untuk menjadi bagian dari solusi bagi tantangan global yang akan berdampak paling besar bagi mereka saat ini dan di masa depan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member Sekarang
Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
Memperkuat Pendidikan Nonformal untuk Perluas Akses Pendidikan bagi Semua
Memberdayakan Pembudidaya Ikan Skala Kecil untuk Akuakultur Berkelanjutan
Langkah Pemerintah Dorong Pengelolaan Sampah Perkotaan menjadi Energi
Mengulik Potensi Desalinasi untuk Atasi Krisis Air