Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara

Upaya di tingkat regional dapat membantu melestarikan warisan budaya bersama yang menghubungkan budaya Asia Tenggara, mulai dari museum hingga seni pertunjukan.
Oleh Attiatul Noor
13 Oktober 2025
Dua perempuan menampilkan tarian Bali di hadapan penonton.

Foto: Herry Sutanto di Unsplash.

Seni dan budaya saling menghubungkan dan membentuk identitas sebuah masyarakat. Di kawasan yang beragam seperti Asia Tenggara, keduanya mencerminkan pertukaran dan koeksistensi selama berabad-abad. Di tengah arus globalisasi yang membentuk ulang masyarakat, tradisi pun mulai memudar. Yang lenyap bukan hanya pertunjukan, tetapi juga makna, rasa memiliki, dan ketahanan budaya; sementara pelestariannya membutuhkan kolaborasi lintas batas, bukan sebatas di tingkat nasional. Terkait hal ini, seniman, lembaga, dan komunitas di seluruh Asia Tenggara menjalin kolaborasi untuk menghidupkan kembali tradisi dan warisan budaya bersama sekaligus memupuk rasa saling pengertian.

Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara

Bentuk-bentuk seni, seperti musik, tari, dongeng, dan kerajinan, telah berevolusi melalui migrasi dan interaksi budaya dari generasi ke generasi. Selain sebagai bentuk keindahan dan hiburan, seni dan budaya berfungsi sebagai pilar kesejahteraan sosial-ekonomi, yang menopang pariwisata dan pendidikan. Dan adakalanya, seni dan budaya juga menyampaikan kearifan tentang pelestarian lingkungan.

Namun kini, banyak dari ekspresi budaya yang semakin terancam. UNESCO menyoroti kendala mobilitas, terbatasnya pertukaran antarbudaya, dan kurangnya platform regional yang menghambat para seniman untuk melestarikan karya mereka. Demikian pula, Pusat Arkeologi dan Seni Rupa Regional Asia Tenggara (SEAMEO SPAFA) mencatat bahwa tradisi lisan memudar seiring generasi muda beralih ke hiburan digital ketimbang menyaksikan pertunjukan langsung. Ada pula kekhawatiran tentang jaminan pendapatan dan kondisi kerja yang tidak jelas.

Pandemi COVID-19 memperparah kerentanan ini. Di Singapura, misalnya, jumlah pengunjung acara seni pertunjukan berbayar turun menjadi hanya sembilan persen dari angka tahun 2019, yang menggarisbawahi kerentanan yang terus berlanjut semasa krisis.

Menyambungkan Kembali Tradisi melalui Inisiatif Lintas Budaya

Karena banyak tradisi budaya di Asia Tenggara yang melampaui batas negara, pelestariannya membutuhkan kerja sama regional yang menjembatani komunitas dan memperkuat identitas bersama.

Beberapa inisiatif regional menunjukkan bagaimana kolaborasi dapat membantu menghidupkan kembali dan melestarikan warisan budaya bersama. Salah satu contohnya adalah program “Merangkul Warisan Budaya Bersama Melalui Seni Pertunjukan”, yang diluncurkan oleh UNESCO dan Temasek Foundation pada 2025. Program ini menyatukan lebih dari 480 seniman, pendidik, dan pemuda dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Melalui residensi, lokakarya, dan sesi mentoring, para peserta bersama-sama menciptakan pertunjukan yang terinspirasi oleh warisan daerah mereka, dengan tujuan menyeimbangkan pelestarian dengan inovasi.

Setali tiga uang, program Warisan Budaya Bersama: Menghubungkan Museum di Lima Negara menghubungkan museum di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Dengan mengintegrasikan kurasi museum, pendidikan, dan diplomasi budaya, proyek ini mempromosikan storytelling yang inklusif dan identitas kolektif.

Sementara itu, inisiatif SEAΔ (SEA Delta) oleh Mekong Cultural Hub dan British Council menghubungkan para pekerja budaya dari seluruh Asia Tenggara untuk bersama-sama menciptakan proyek-proyek di bidang seni, pendidikan, dan pembangunan sosial. Kolaborasi ini menekankan keberlanjutan, kepemimpinan, dan solidaritas regional melalui kreativitas bersama.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa kolaborasi regional bukan hanya tentang menjaga tradisi, tetapi juga tentang menjaga relevansinya di dunia yang berubah dengan cepat. Platform digital, misalnya, dapat memperluas akses ke audiens baru, sementara festival, residensi, dan pertukaran budaya regional memperkuat pembelajaran bersama.

Pada akhirnya, kolaborasi lintas batas dapat membantu para seniman bertukar pengetahuan, menafsirkan ulang warisan, dan membangun jembatan budaya baru di seluruh Asia Tenggara. Dalam hal ini, pemerintah dapat memperkuat kebijakan dan menyediakan dana untuk program lintas batas. Lembaga budaya dan pendidik dapat memfasilitasi bimbingan, lokakarya, dan pertukaran kreatif yang menghubungkan para praktisi lintas negara. Sementara itu, audiens dapat memainkan peran mereka dengan mendukung dan mempromosikan pertunjukan tradisional di ruang kontemporer. Melalui kerja sama, Asia Tenggara dapat memastikan bahwa warisan budaya bersamanya tidak hanya bertahan tetapi juga terus berkembang dan menginspirasi masa depan.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Dukung Green Network Asia dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
Berikutnya: Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Lihat Konten GNA Lainnya

Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025
perempuan yang duduk di batang pohon besar, laki-laki berdiri di sampingnya dan dikelilingi rerumputan; keduanya mengenakan pakaian tradisional Papua Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat

Oleh Seftyana Khairunisa
10 Oktober 2025
stasiun pengisian daya dengan mobil listrik yang diparkir di sebelahnya. Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan

Oleh Kresentia Madina
10 Oktober 2025
seorang pria tua duduk sendiri di dekat tembok dan tanaman Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia

Oleh Abul Muamar
9 Oktober 2025
seseorang memegang sejumlah uang kertas Memastikan Distribusi Pendapatan yang Adil sebagai Pilar Keadilan Sosial
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memastikan Distribusi Pendapatan yang Adil sebagai Pilar Keadilan Sosial

Oleh Kresentia Madina
9 Oktober 2025
bagian atas dari donat yang berjamur Donat yang Semakin Pahit: Peringatan Keras dari Fanning dan Raworth
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Donat yang Semakin Pahit: Peringatan Keras dari Fanning dan Raworth

Oleh Jalal
8 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia