Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Unggulan
  • Wawancara

Ellena Yusti Meneliti Kelelawar untuk Bantu Jaga Keseimbangan Ekosistem Hutan

Ellena melakukan sejumlah riset tentang kelelawar untuk mendukung upaya perlindungan habitat dan populasi kelelawar, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kesehatan ekosistem.
Oleh Abul Muamar
30 September 2022
Ellena Yusti saat meneliti kelelawar di hutan.

Ellena Yusti saat meneliti kelelawar di hutan. | Foto oleh Ellena Yusti.

Ellena Yusti adalah seorang chiropterologist (peneliti kelelawar) asal Banda Aceh. Tingginya keanekaragaman hayati Indonesia adalah sumber inspirasi yang menuntunnya mendalami hewan mamalia terbang ini. Persentuhannya dengan kelelawar telah berlangsung selama satu dekade terakhir. 

Berawal dari rasa ingin tahu yang tinggi, perempuan lulusan program studi Biosains Hewan dari Institut Pertanian Bogor itu memilih fokus pada kelelawar karena hewan tersebut memainkan peran penting dalam menjaga ekosistem hutan, yakni sebagai penyerbuk (polinasi) serta pemencar biji-bijian berbagai jenis tumbuhan, serta predator alami yang secara tidak langsung membantu manusia dalam memberantas hama pertanian dan penyakit. 

“Saya memilih fokus pada kelelawar karena hewan ini memiliki peranan penting dalam keseimbangan ekosistem dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, serta studi mengenai kelelawar di Indonesia masih relatif jarang,” kata Ellena kepada Green Network.

Meneliti di Beberapa Hutan Indonesia

Sejak 2013, Ellena telah melakukan sejumlah riset tentang kelelawar di berbagai ekosistem dan kawasan hutan di Indonesia. Antara lain di Pegunungan Bawakaraeng, Makassar tahun 2013; perkebunan kelapa sawit di Jambi melalui Collaborative Research Center 990- EFForTS and Access Benefit Sharing (2017-2019), dan di kawasan hutan Seulawah Aceh yang didanai oleh Nagao Environmental Foundation (2018). Lewat penelitian yang ia lakukan, Ellena ingin berkontribusi terhadap upaya perlindungan habitat dan populasi kelelawar, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kesehatan ekosistem.

“Jika habitat mereka rusak maka jasa lingkungan yang diberikan oleh kelelawar akan berkurang dan mengganggu kesehatan ekosistem. Salah satunya akan terjadi penurunan kualitas produk pertanian yang nantinya berujung pada menurunnya nilai ekonomi. Di lain sisi, rusaknya habitat satwa liar termasuk kelelawar akan menimbulkan penyebaran penyakit. Jika habitatnya rusak, maka hewan-hewan liar (bukan hanya kelelawar) akan hidup dekat dengan pemukiman manusia, dan penyakit yang tadinya hanya ada di tubuh hewan, dapat berpindah ke manusia. Dalam hal ini, manusia bergantung pada kelelawar dan satwa liar lainnya demi ekosistem yang sehat. Hewan-hewan itu menyediakan jasa-jasa lingkungan yang kita butuhkan,” kata Ellena.

Kelelawar Bukan Pembawa Virus Sars-Cov 2

 Macroglossus minimus, kelelawar pemakan buah dan penghisap nektar yang berperan penting dalam penyerbukan.
Macroglossus minimus, kelelawar pemakan buah dan penghisap nektar yang berperan penting dalam penyerbukan. | Foto oleh Ellena Yusti.

Perihal anggapan bahwa kelelawar adalah hewan pembawa virus, tak terkecuali virus Sars-Cov 2 penyebab COVID-19, Ellena menegaskan bahwa pemahaman itu perlu diluruskan. Sepengalaman Ellena, banyak masyarakat hidup sehat berdampingan dengan kelelawar yang bersarang di pohon-pohon, gua, dan bangunan. 

“Mereka bukan penyebar penyakit. Munculnya penyakit baru justru erat kaitannya dengan laju deforestasi yang tinggi, perubahan iklim, dan juga perdagangan hewan liar untuk dikonsumsi. Sehingga, virus yang tadinya hanya ada di satwa liar, akan spill-over ke hewan lain sebagai perantara, lalu menginfeksi manusia. Itu pun jika DNA/RNA virus tersebut cocok dengan inang barunya,” kata Ellena.

“Perlu dicatat bahwa penularan Virus Sars Cov-2 terjadi antara manusia ke manusia, bukan dari hewan ke manusia. Virus-virus ini kemudian terus bermutasi di tubuh inangnya. Dalam hal ini Sars Cov 2 terus bermutasi di tubuh manusia. Sampai saat ini kita banyak menemukan varian baru Sars Cov 2 penyebab COVID-19. Bukan tidak mungkin, varian lainnya akan muncul,” Ellena melanjutkan.

Saat ini banyak terjadi kerusakan habitat kelelawar akibat penebangan hutan dan eksploitasi ekosistem gua yang merupakan habitat tinggal (bergantung) semakin berkurang. Akibatnya populasi kelelawar di habitat asli terus semakin menurun. Perburuan untuk konsumsi juga berkontribusi terhadap populasi kelelawar yang semakin menurun. 

“Jika hal ini terus menerus terjadi, tidak hanya kelelawar  saja, namun juga satwa liar lainnya juga akan terancam mengalami penurunan populasi,” kata Ellena, yang merupakan Accelerator di Women’s Earth Alliance (WEA).

Kontribusi untuk Penentuan Regulasi Perlindungan Satwa

Ellena Yusti saat meneliti kelelawar di hutan.
Ellena Yusti saat meneliti kelelawar di hutan. | Foto oleh Ellena Yusti.

Sembari aktif meneliti kelelawar, Ellena turut berkampanye di berbagai forum tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Ellena juga menjadi sukarelawan untuk Operasi Wallacea di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, di mana dia bekerja dengan mahasiswa internasional untuk melakukan penelitian dan pendidikan tentang pentingnya ekologi kelelawar.

Pada tahun 2018, Ellena berpartisipasi dalam International Bat Conference di Bacolod, Filipina, melalui Southeast Asian Bat Conservation Research Unit Fellowship. Ia percaya bahwa kesehatan ekosistem dapat dicapai melalui pendidikan masyarakat yang berkelanjutan.

“Dengan adanya studi dan perkembangan penelitian mengenai kelelawar dan satwa liar lainnya, kita dapat memberikan informasi yang terukur sehingga dapat berkontribusi pada regulasi mengenai perlindungan satwa liar dan ekosistemnya,” ujar Ellena menambahkan.

Selain meneliti kelelawar, Ellena menjalankan program Education for Nature oleh WWF-US bersama Natural Aceh dengan melibatkan komunitas perempuan petani di Desa Alue Naga, Banda Aceh, dan mahasiswa di beberapa universitas. Program tersebut memanfaatkan tindakan pencegahan perubahan iklim, seperti mendidik anggota masyarakat tentang peran perempuan dalam perubahan iklim dan pentingnya mangrove sebagai benteng pertahanan dari bencana.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Abul Muamar
Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor di beberapa media tingkat nasional.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengulik Dampak Lingkungan dan Kesehatan dari Industri Nikel di Teluk Weda
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Kolaborasi Indonesia-PBB dalam Penyediaan Lapangan Kerja dan Perlindungan Sosial
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Sekolah Lansia dan Hal-Hal yang Diperlukan untuk Mendukung Kesejahteraan Lansia

Continue Reading

Sebelumnya: B20 Sustainability 4.0 Awards: Cara Kadin Motivasi Bisnis Terapkan Keberlanjutan
Berikutnya: Langkah Kementerian PUPR Sediakan Akses Air Bersih dan Sanitasi Layak

Artikel Terkait

lahan kering dengan sebuah pohon di kejauhan Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam

Oleh Abul Muamar
4 Juli 2025
miniatur bangunan dan cerobong yang mengeluarkan asap GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi

Oleh Kresentia Madina
4 Juli 2025
sekelompok orang berfoto bersama dengan sebagian berdiri dan sebagian berjongkok. Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene

Oleh Ihsan Tahir
3 Juli 2025
Serpihan arang dan serbuk arang Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi

Oleh Ayu Nabilah
3 Juli 2025
Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Sri Maulida
2 Juli 2025
bendera tuvalu Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu
  • Kabar
  • Unggulan

Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu

Oleh Kresentia Madina
2 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.