Jamesta Istimewa: Upaya Pembuktian Ilmiah atas Penerapan Jamesta
Kesejahteraan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Kesejahteraan memungkinkan kita untuk menjalani hidup dengan lebih sehat, bermartabat, setara, dan merdeka. Namun, di berbagai belahan dunia, banyak orang hidup dalam kemiskinan dan jauh dari jangkauan kesejahteraan. Akibatnya, mereka lebih rentan terhadap berbagai masalah, termasuk yang berkaitan dengan hak-hak dasar mereka sebagai manusia, seperti kesehatan, mata pencaharian, dan pendidikan. Karenanya, memastikan setiap orang memperoleh Universal Basic Income (UBI) atau Jaminan Pendapatan Dasar Semesta (Jamesta), dinilai krusial sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi semua orang.
Di Yogyakarta, sebuah proyek eksperimen penerapan Jamesta bernama Jamesta Istimewa berupaya untuk memberikan pembuktian empiris dan ilmiah atas penerapan pemberian Jamesta pada skala lokal di Indonesia.
Urgensi dan Kendala Realisasi Jamesta
Jamesta Istimewa adalah sebuah inisiatif percobaan penerapan Jamesta di Yogyakarta yang dikelola secara swadaya dan independen oleh komunitas lokal dan peneliti. Proyek ini dimulai dengan perencanaan eksperimen yang meliputi tiga tahap, yakni penggalangan dana secara swadaya sebesar Rp30 juta, pendaftaran calon penerima, dan penyusunan instrumen penelitian. Proyek ini berfokus pada pemberian dana tunai sebesar Rp500 ribu kepada 25 orang dari berbagai latar belakang di Yogyakarta selama enam bulan (November 2021-April 2022). Proyek ini menggunakan skema crowdfunding yang berasal dari publik dan yayasan, salah satunya Ahmad Zaky Foundation. Penelitian dilakukan setelah tahap pengundian penerima dan distribusi Jamesta selesai.
Jamesta telah menjadi topik yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Konsep ini menawarkan pembayaran uang tunai reguler secara periodik kepada setiap individu, tanpa memandang status ekonomi, pekerjaan, atau kondisi sosial mereka. Jamesta dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dengan memberikan pendapatan minimum kepada semua orang. Dengan memberi kesempatan bagi semua orang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, rumah, dan pendidikan, Jamesta dapat membantu mengurangi kemiskinan ekstrem dan ketimpangan ekonomi.
Secara global, realisasi Jamesta menghadapi berbagai tantangan serius. Perubahan iklim, degradasi lingkungan, wabah penyakit, hingga perkembangan teknologi mengancam realisasi Jamesta. Selain itu, Jamesta dinilai perlu banyak pembuktian empiris untuk mengetahui manfaatnya. Hal ini didasarkan pada latar belakang sosial, ekonomi, dan politik yang berbeda di berbagai tempat. Hal ini disampaikan oleh Sarath Davala, Chair Basic Income Earth Network (BIEN).
“Pembuktian empiris dapat menjawab asumsi orang bahwa Jamesta akan mendorong penurunan produktivitas kerja masyarakat. Terlebih lagi, ini dapat memberikan kejelasan atas visibilitas program Jamesta untuk diterapkan,” kata Davala dalam seminar publik Yogyakarta’s Basic Income Pilot (YBIP): Lesson Learned & Future Directions di Yogyakarta, 7 Mei 2023.
Jamesta Istimewa
Dalam program Jamesta Istimewa, pemanfaatan dana tunai oleh para penerima relatif beragam. Dalam paparan hasil riset, ditemukan bahwa dana tunai yang diberikan dimanfaatkan oleh penerima untuk kebutuhan yang tidak hanya berputar di kebutuhan mendasar (primer). Soewasono, seorang guru les musik yang menjadi salah satu penerima, misalnya, memanfaatkan dana tunai yang ia terima untuk membeli alat penunjang kelasnya yang harus dilakukan secara daring di tengah kecamuk pandemi COVID-19. Begitu juga dengan Vindya, seorang mahasiswi yang merupakan penerima lainnya, memanfaatkan dana tunai tersebut untuk keperluan penunjang kuliah, hobi, dan untuk membeli makanan kucing piaraannya.
“Jamesta dapat membuka peluang dan pilihan yang lebih luas kepada banyak orang untuk menentukan apa yang dinilainya bermanfaat,” kata Yanu Endar Prasetyo, Koordinator Riset Jamesta Istimewa.
Jamesta dapat menjadi satu solusi menuju kesejahteraan bagi semua. Dibarengi dengan pembuktian empiris dan saintifik, Jamesta perlu didorong menjadi sebuah panggilan formal-prosedural sehingga masyarakat sipil bersama pemerintah dapat perlahan merencanakan dan merealisasikan Jamesta di seluruh wilayah Indonesia.
Mendefinisikan Ulang Kebutuhan Dasar Manusia
Sandang, pangan, dan papan memang merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, namun kebutuhan dasar manusia tidak hanya sebatas itu. Sarath Davala menyebutkan bahwa kebutuhan dasar manusia yang lebih hakiki adalah dignity (martabat), equality (kesetaraan), dan freedom (kebebasan). Oleh karenanya, kebijakan atau program sosial dalam bentuk apapun mesti didasarkan atas penghormatan terhadap martabat manusia, serta menjunjung kesetaraan dan kebebasan, bukan sebatas pada makanan, pakaian, dan tempat tinggal saja.
Hasil riset dari eksperimen Jamesta Istimewa menunjukkan bahwa pemanfaatan dana Jamesta yang beragam, mengarah pada kesimpulan bahwa Jamesta tidak digunakan untuk keperluan seperti yang diasumsikan pada pertanyaan penelitian seperti penurunan kultur kerja produktif masyarakat. Riset tersebut merekomendasikan bahwa pilot project serupa perlu dilakukan lagi di tempat-tempat lain dengan pemutakhiran konsep dan eksekusi dari data pilot sebelumnya.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Fahmi adalah Reporter & Peneliti In-House untuk Green Network Asia - Indonesia.