Meningkatnya Risiko Kabut Asap Lintas Batas di Asia Tenggara
Polusi udara dan kabut asap merupakan bahaya yang serius. Kebakaran hutan dan lahan, serta berbagai aktivitas manusia, telah menyebabkan polusi udara dan kabut asap parah di berbagai tempat. Laporan terbaru Singapore Institute of International Affairs mengungkap bagaimana kondisi kabut asap lintas batas di negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Kabut Asap Lintas Batas
Kabut asap terdiri dari debu, uap air, dan asap dari kebakaran hutan dan lahan yang melayang di udara, yang mengganggu penglihatan dan pernapasan. Kabut asap lintas batas terjadi ketika kerapatan dan luasannya masih dapat diukur setelah menyebar ke negara lain.
Laporan Haze Outlook 2023 yang dirilis oleh lembaga penelitian Singapore Institute of International Affairs menganalisis risiko kabut asap lintas batas di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan wilayah sekitarnya. Laporan tersebut menggabungkan analisis cuaca, penelitian, dan wawancara dengan pemerintah, agribisnis, bank, konsultan, lembaga penelitian, dan LSM. Selanjutnya, dari rangkuman dan hasil analisis, laporan tersebut menetapkannya pada skala Hijau, Kuning, dan Merah, dimana Merah merupakan risiko tertinggi. Berdasarkan laporan tersebut, terdapat skala Merah kabut asap di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, di tengah peluang El Niño.
Peluang El Niño
Menurut laporan tersebut, langit di negara-negara ASEAN relatif bebas kabut dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini berkaitan dengan kebijakan dan tindakan efektif pemerintah dan perusahaan besar dalam pengelolaan hutan. Cuaca basah juga berkontribusi untuk menekan terjadinya kebakaran hutan. Namun, adanya peluang El Niño meningkatkan risiko kabut asap lintas batas yang parah, terutama di wilayah Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
El Niño merupakan periode pemanasan permukaan laut yang tidak biasa setiap beberapa tahun. Biasanya, El Niño ditandai dengan kenaikan 0,5°C di atas rata-rata jangka panjang di permukaan laut tropis timur Pasifik. Meskipun tak selalu sama, El Niño umumnya menghasilkan cuaca panas di atas rata-rata. Laporan tersebut memperkirakan risiko tinggi kabut asap lintas batas akibat kebakaran di tengah musim kemarau.
Laporan tersebut menggabungkan tiga faktor untuk membuat penilaian risiko: cuaca, kebijakan, dan pasar. Penilaian risiko Merah didorong terutama oleh pola cuaca. Terdapat 84% peluang El Niño dengan efek yang kuat dan 25% peluang ‘El Niño super‘ yang ditandai dengan suhu yang sangat tinggi di wilayah tersebut.
Perlu Persiapan
Di tengah iklim yang terus berubah, persiapan menjadi sangat penting untuk mengantisipasi dampak. Pada Juni 2023, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) menyatakan bahwa peluang El Niño telah meningkat dan diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun.
Laporan tersebut menyarankan Indonesia dan Malaysia, sebagai negara kunci, untuk terus memantau perkembangan El Niño di lapangan. Selain itu, diperlukan juga penguatan upaya dan protokol sub-regional untuk mengatasi masalah asap lintas batas.
Baca laporan selengkapnya di sini.
Penerjemah: Abul Muamar
Versi asli artikel ini diterbitkan dalam bahasa Inggris di platform media digital Green Network Asia – Internasional.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.