Kampung Berkah: Pemberantasan Kemiskinan di Yogyakarta melalui Pemanfaatan Zakat
Boleh dikatakan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah di Indonesia yang paling menarik. Di provinsi ini, suara kemiskinan terdengar sayup-sayup di antara riuh orang-orang yang datang untuk berwisata atau bersekolah. Industri pariwisata dan pendidikan bermunculan di hampir setiap sudut kota, seperti hotel-hotel, sekolah “elite”, dan bisnis kuliner, persis di tengah-tengah pusaran ketimpangan yang meleburkan “si Kaya” dan “si Miskin”. Kemiskinan di Yogyakarta, yang diperparah dengan tingkat ketimpangan yang tinggi, telah menjadi ironi yang banyak disorot, namun tak kunjung teratasi.
Sebagai upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan di Yogyakarta, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) DIY, bekerja sama dengan Pemerintah DIY, meluncurkan program Kampung Berkah di beberapa kelurahan di wilayah DIY.
Kemiskinan di Yogyakarta
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di DIY per Maret 2023 sebanyak 448,47 ribu orang, dengan Garis Kemiskinan sebesar Rp573.022 per kapita per bulan. Berdasarkan persentase, jumlah penduduk miskin di DIY adalah 11,04%, tertinggi di antara semua provinsi di Pulau Jawa.
Kemiskinan di Yogyakarta menjadi kian ironis dengan fakta ketimpangan yang tinggi. BPS mencatat bahwa angka Gini Ratio di DIY per Maret 2023 adalah 0,449, jauh lebih tinggi dibanding Gini Ratio rata-rata nasional. Banyaknya pendatang dengan kemampuan ekonomi di atas rata-rata serta rendahnya upah minimum daerah setempat disebut-sebut sebagai dua penyebab utama tingginya kemiskinan dan ketimpangan di daerah istimewa tersebut.
Kampung Berkah
Kampung Berkah merupakan program Baznas DIY untuk mengoptimalkan penyaluran dana zakat kepada masyarakat, terutama di bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Program ini bertujuan untuk mengelola dana zakat dengan lebih tepat untuk mendukung program pengentasan kemiskinan di DIY.
Beberapa hal yang dilakukan melalui Kampung Berkah antara lain pemenuhan gizi untuk mendukung pencegahan stunting, bantuan sosial tunai dan non-tunai bagi lansia dan difabel, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi penduduk pelaku UMKM, dan penyediaan sanitasi yang layak. Di samping itu, program ini juga mencakup sosialisasi mitigasi bencana dan konservasi alam.
Hingga Oktober 2023, telah ada delapan Kampung Berkah yang diluncurkan di empat kabupaten di DIY. Rencananya, jumlahnya akan ditambah di seluruh kelurahan yang menjadi kantong kemiskinan di DIY. Delapan Kampung Berkah yang sudah berjalan berada di:
- Kabupaten Sleman: Kelurahan Pondokrejo (Kecamatan Tempel) dan Kelurahan Wukirharjo (Kecamatan Prambanan).
- Kabupaten Bantul: Kelurahan Wukirsari dan Kelurahan Selopamioro (Kecamatan Imogiri).
- Kabupaten Gunungkidul: Kelurahan Bejiharjo (Kecamatan Karangmojo) dan Kelurahan Planjan (Kecamatan Saptosari).
- Kabupaten Kulonprogo: Kelurahan Sendangsari (Kecamatan Pengasih) dan Kelurahan Sidoharjo (Kecamatan Samigaluh).
“Kemiskinan di DIY masih menjadi persoalan serius yang perlu ditangani. Perlu pendekatan yang sistematis, terpadu, dan menyeluruh, salah satunya dengan memanfaatkan peran zakat,” ujar Ketua Baznas DIY, Puji Astuti. “Zakat merupakan instrumen pembangunan yang dapat mengoptimalkan kesejahteraan umat bagi muzakki maupun mustahiq yang berhubungan langsung dengan sektor ekonomi dan berdampak sosial bagi masyarakat.”
Zakat sebagai Ritual Sosial
Kemiskinan dan ketimpangan adalah masalah pelik yang membutuhkan berbagai pendekatan dan peran semua pihak untuk mengatasinya. Segala upaya pemberantasan kemiskinan dan penghapusan ketimpangan mesti mencakup seluruh masyarakat dari semua latar belakang tanpa meninggalkan siapa pun.
“Dalam konteks ini tepat kiranya memikirkan prospek pembangunan umat berbasis zakat sebagai mekanisme pemberantasan kemiskinan. Prospek yang dimaksud adalah bagaimana mewujudkan kemandirian umat melalui mekanisme zakat,” kata Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, saat peluncuran Kampung Berkah di Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo.
“Zakat harus dipahami bukan semata-mata sebagai kewajiban transendensi saja, namun juga merupakan manifestasi relasi horizontal antarumat, sebagai wujud ketakwaan menciptakan keadilan dan menjadi rahmat bagi seluruh kehidupan,” ia menambahkan.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.