Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Mempertimbangkan Kembali Konsumsi Susu Hewani

Seiring meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan keberlanjutan, muncul kekhawatiran yang semakin besar mengenai dampak produksi susu skala besar dan efek samping kesehatan yang ditimbulkan.
Oleh Dinda Rahmania dan Fiqrulloh Fajrin
23 Februari 2024
seorang anak perempuan memegang gelas berisi cairan putih seperti susu dan mulutnya belepotan susu.

Foto: Alex Green di Pexels.

Selama beberapa generasi, susu hewani telah dianggap sebagai sumber nutrisi penting. Konsumsi susu hewani cukup umum di kalangan masyarakat karena sering direkomendasikan sebagai minuman pelengkap makanan bergizi ideal. Namun kini, seiring meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan keberlanjutan, muncul kekhawatiran yang semakin besar mengenai dampak produksi susu skala besar dan efek samping kesehatan yang ditimbulkan dari mengonsumsinya. Untuk itu, kini saatnya untuk mempertimbangkan kembali konsumsi susu hewani dan produk turunannya.

Tidak Semua Tubuh Bisa Mencerna Susu Hewani

Secara umum, khususnya di Indonesia, makanan yang dianggap sehat dan sempurna dan sering direkomendasikan terdiri dari karbohidrat pokok, daging berprotein, sayuran, buah-buahan, dan susu. Susu yang dimaksud di sini adalah susu hewani, terutama susu sapi, kambing, domba, dan kerbau. Susu hewani memang mengandung protein, kalsium, magnesium, vitamin, dan masih banyak nutrisi lainnya. Kepadatan nutrisi dalam satu gelas susu hewani menjadikannya cara terbaik dan paling sederhana untuk mencerna nutrisi penting tersebut.

Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua tubuh mampu mencerna susu hewani. Jika tubuh Anda tidak menghasilkan cukup enzim pencernaan yang disebut laktase, Anda akan kesulitan mencerna susu, sehingga membuat Anda tidak toleran terhadap laktosa.

Intoleransi laktosa sangat umum terjadi, dan diperkirakan lebih dari 80% orang dewasa di Asia mengidapnya. Bahkan, sekitar setengah populasi dunia mengalami kesulitan mencerna produk susu hewani. Gejala intoleransi laktosa antara lain perut kembung, rasa tidak nyaman di perut, dan diare saat mengonsumsi produk susu hewani. Selain itu, produk susu hewani juga merupakan alergen yang umum di seluruh dunia. Gejala alergi bisa berupa gatal hingga anafilaksis, yang bisa berakibat fatal.

Potret Kelam Industri Susu Hewani

sapi-sapi berbulu hitam putih di peternakan menjulurkan kepala
Foto: Kyle Spradley di Flickr.

Segelas susu dari peternakan (200-250ml) memiliki jejak karbon yang sama dengan mengendarai mobil sejauh 3,8 kilometer. Sumber utama jejak karbon susu berasal dari produksi susu skala besar di industri. Ekspansi industri susu menuntut penambahan lahan yang dibutuhkan untuk menampung lebih banyak sapi dan memenuhi pasokan pakan ternak, yang menyebabkan alih fungsi lahan, deforestasi, peningkatan emisi gas rumah kaca, dan polusi air.

Selain itu, banyak industri peternakan yang tidak menerapkan perlakuan etis terhadap hewan demi menggenjot produksi dan keuntungan. Contoh praktik kelam yang umum terjadi adalah pemisahan anak sapi dari induknya. Dalam hal ini, anak sapi yang baru lahir langsung dipisahkan dari induknya sehingga susu dapat mulai diproduksi. Praktik ini menyebabkan tekanan terhadap induk dan anak sapi.

Yang tak kalah menyedihkan, kondisi kandang sapi di industri peternakan biasanya sempit dan pas-pasan, dan hal itu menyebabkan peningkatan stres pada hewan dan memicu penyebaran penyakit seperti mastitis, yang berasal dari invasi bakteri dan dapat mengubah komposisi susu serta memperpendek umur sapi yang terjangkit.

Alternatif Pengganti Susu Hewani

Person Holding Bottles of Non-Dairy Milk
Foto: Polina Tankilevitch di Pexels.

Produksi susu hewani berskala besar menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan dan etika. Karena itu, memikirkan kembali konsumsi susu hewani dapat membuka peluang untuk mengeksplorasi pilihan yang lebih ramah lingkungan dan lebih sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Pilihan ini bisa berupa alternatif “susu” non-hewani atau makanan lain yang mengandung nutrisi serupa dengan susu. Atau, sebagai alternatif, kita dapat mendukung peternakan sapi perah lokal berskala kecil untuk membeli susu dan produk susu hewani lainnya jika pun tetap ingin mengonsumsinya.

Pendek kata, di tengah dunia yang sedang menghadapi berbagai krisis,  keseimbangan antara kesehatan pribadi dan lingkungan kini menjadi lebih penting dari sebelumnya. Transformasi menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan merupakan hal yang kompleks namun bukan berarti mustahil. Seluruh pemangku kepentingan, terutama dunia usaha dan pemerintah, harus berperan secara proaktif dalam menumbuhkan budaya makan sehat yang juga mempertimbangkan kesejahteraan hewan, dampak lingkungan, aksesibilitas, dan keterjangkauan.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengurangi Limbah Elektronik dengan Material yang Dapat Didaur Ulang dan Diperbaiki
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Singapura Luncurkan Alat Pelaporan ESG Otomatis
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    PUA-DEM: Model Komputer yang Lebih Akurat untuk Prediksi Longsor
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Memahami Prinsip Bisnis dan HAM (BHR) untuk Keseimbangan HAM dan Keuntungan
Fiqrulloh Fajrin
Website |  + posts Bio

Fiqri adalah Intern Social Media Campaigner di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Arkeologi dari Universitas Indonesia. Ia memiliki minat di bidang penelitian dan advokasi dengan topik seputar isu sosial atau humaniora.

  • Fiqrulloh Fajrin
    https://greennetwork.id/author/fiqri/
    Perihal UKT dan Pentingnya Pendanaan yang Berkelanjutan di Perguruan Tinggi Negeri
  • Fiqrulloh Fajrin
    https://greennetwork.id/author/fiqri/
    Mengulik Dampak Lingkungan Konflik Bersenjata

Continue Reading

Sebelumnya: Kolaborasi Penanaman Pohon oleh Penggemar K-pop untuk Pulihkan Hutan Harapan
Berikutnya: Survei CORE Ungkap Pendapat Masyarakat terkait Kebijakan Pemberantasan Kemiskinan dan Pengangguran

Artikel Terkait

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Sri Maulida
2 Juli 2025
seorang nelayan berdiri di kapal kecil di tengah perairan Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Oleh Abul Muamar
1 Juli 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025
kaca yang retak Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan

Oleh Abul Muamar
27 Juni 2025
kumbang kepik menempel di dedaunan Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan
  • Kabar
  • Unggulan

Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan

Oleh Kresentia Madina
27 Juni 2025
lahan sawah dengan pepohonan kelapa di belakang Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Oleh Abul Muamar
26 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.