Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Menilik Pentingnya Lahan Basah Perkotaan

Jika dilestarikan dengan baik dan dikelola secara berkelanjutan, lahan basah perkotaan akan memberikan banyak manfaat bagi lingkungan, ekonomi, sosial, dan kesehatan.
Oleh Nazalea Kusuma
10 Februari 2025
pemandangan lanskap lahan basah di perkotaan jeju, korea selatan

Kota Jeju, Korea Selatan, salah satu Kota Lahan Basah Terakreditasi. | Foto: Dasha Klimova di Pexels.

Sepanjang sejarah, umat manusia selalu berduyun-duyun mendatangi sumber air, termasuk lahan basah. Sementara itu, lebih dari separuh populasi dunia kini tinggal di perkotaan, dengan jumlah yang diperkirakan akan terus bertambah. Oleh karena itu, lahan basah perkotaan menjadi semakin relevan dan penting.

Lahan Basah di Tengah Arus Urbanisasi

Lahan basah adalah wilayah daratan kaya air yang terhubung dengan badan air. Beberapa contoh lahan basah adalah rawa-rawa, danau, hutan bakau, lahan gambut, dan delta sungai.

Lahan basah adalah rumah bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan. Ekosistem kompleks ini juga merupakan sistem pengelolaan air alami yang dapat menyaring polutan dan memurnikan air, sehingga meningkatkan kualitas air. Fungsi lahan basah sebagai penyimpan karbon alami juga penting di tengah perubahan iklim. Selain itu, secara kultural dan spiritual, lahan basah punya arti penting bagi banyak komunitas di seluruh dunia, khususnya bagi Masyarakat Adat.

Sayangnya, ekspansi wilayah perkotaan telah mendorong para pengembang untuk merambah, menimbun, dan meratakan lahan basah untuk memperluas kota, sehingga mengancam kualitas dan keberadaan lahan basah. Namun, jika dilestarikan dengan baik dan dikelola secara berkelanjutan, lahan basah akan memberikan banyak manfaat.

Selain itu, lahan basah juga akan memberikan manfaat tambahan yang bersifat spesifik untuk wilayah perkotaan, seperti mendukung pengelolaan banjir akibat badai, hujan lebat, dan kenaikan permukaan air laut. Lahan basah yang terjaga dengan baik juga dapat meningkatkan kualitas udara dan mengurangi dampak fenomena pulau panas perkotaan (urban heat island).

Dari sisi ekonomi, lahan basah di perkotaan juga dapat menjadi sumber penghidupan, misalnya melalui pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan atau dengan penciptaan fungsi rekreasi, sosial, dan pendidikan melalui ekowisata. Selain itu, lahan basah dapat berperan sebagai infrastruktur biru-hijau, yang dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental penduduk kota.

Akreditasi Kota Lahan Basah

Secara global, pembahasan mengenai lahan basah secara bertahap telah semakin sering. Pada tahun 1971, Konvensi Lahan Basah menjadi perjanjian antar-pemerintah pertama mengenai topik ini. Menyadari pentingnya kawasan perkotaan dalam konservasi lahan basah, konvensi ini kemudian meluncurkan skema Akreditasi Kota Lahan Basah sejak tahun 2018. Hingga tahun 2025, daftar Kota Terakreditasi telah mencapai 74 kota, di antaranya Balanga (Filipina), Nagoya (Jepang), Kigali (Rwanda), Saint Omer (Perancis), dan Valdivia (Chile). Sedangkan di Indonesia, Kota Surabaya (Jawa Timur) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Jambi) merupakan daerah yang telah mendapatkan akreditasi ini.

“Kota-kota ini telah menunjukkan komitmen kuat terhadap konservasi lahan basah melalui kebijakan, proyek, dan keterlibatan masyarakat. Mereka telah mengintegrasikan lahan basah ke dalam perencanaan kota, melindungi dan memulihkan ekosistem lahan basah, dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya lahan basah,” kata Sekretaris Jenderal Ramsar Musonda Mumba.

Lahan Basah Perkotaan yang Berkelanjutan

Perencanaan kota yang ramah lahan basah merupakan strategi yang efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan lahan basah buatan dan alami ke dalam lanskap perkotaan menggunakan prinsip desain biofilik, memulihkan lahan basah yang terdegradasi, dan membuat rencana yang mandiri.

Selain itu, perencanaan kota juga membutuhkan kerangka tata kelola yang kuat. Regulasi dan kebijakan merupakan fondasi pengelolaan lahan basah di perkotaan yang berkelanjutan. Selain itu, melibatkan masyarakat dalam penciptaan, pemeliharaan, dan pengelolaan lahan basah dapat menumbuhkan rasa peduli dan memastikan keberlanjutan jangka panjang yang bermanfaat bagi manusia dan planet Bumi.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses eksklusif ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia. Langganan Anda juga akan mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan Anda

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)

Continue Reading

Sebelumnya: Melihat Konservasi Kupu-Kupu Berbasis Habitat Alami di Lampung
Berikutnya: Pusat Edukasi Hiu Paus di Teluk Saleh untuk Perkuat Upaya Konservasi

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

sekelompok orang di layar zoom Membentuk Pemimpin Perempuan melalui Sekolah Kepemimpinan Perempuan
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Membentuk Pemimpin Perempuan melalui Sekolah Kepemimpinan Perempuan

Oleh Patra Manurung
27 Agustus 2025
seorang pedagang bertopi caping mendorong gerobak menyeberangi jalan. Mengatasi Heat Stress Okupasional Demi Keselamatan dan Kesehatan Pekerja
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Mengatasi Heat Stress Okupasional Demi Keselamatan dan Kesehatan Pekerja

Oleh Dinda Rahmania
27 Agustus 2025
foto udara KEK Mandalika; terdapat jalanan dan beberapa bangunan di wilayah yang terhubung pantai dan laut Sisi Kelam Pengembangan Pariwisata di Kawasan KEK Mandalika
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Sisi Kelam Pengembangan Pariwisata di Kawasan KEK Mandalika

Oleh Seftyana Khairunisa
26 Agustus 2025
pasangan lanjut usia menggunakkan masker Polusi Udara dan Risiko Demensia yang Lebih Tinggi
  • Kabar
  • Unggulan

Polusi Udara dan Risiko Demensia yang Lebih Tinggi

Oleh Dinda Rahmania
26 Agustus 2025
Sekelompok laki-laki muda berfoto bersama seorang ibu di depan sebuah rumah. Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh

Oleh Naufal Akram
25 Agustus 2025
buku terbuka Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan

Oleh Yanto Pratiknyo
25 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia