Pentingnya Perubahan Paradigma dalam Penanganan Panas Ekstrem

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.
Tahun 2024 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat, melanjutkan tren peningkatan suhu global yang belum pernah terjadi sebelumnya selama satu dekade. Lalu, Januari 2025 mencatatkan rekor baru sebagai Januari terpanas, mengisyaratkan bahwa akan terjadi peningkatan suhu global yang ditandai oleh panas ekstrem pada tahun-tahun mendatang.
Perubahan Iklim dan Panas Ekstrem
Suhu Bumi terus mencatatkan rekor panas terbaru dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Di India, misalnya, musim gelombang panas tiba lebih awal dari biasanya, dengan suhu di sepanjang pantai barat melonjak pada Februari 2025. Para ilmuwan mengaitkan awal ini dengan musim dingin yang sangat kering, di antara berbagai faktor lainnya. Periode panas ekstrem ini melampaui pola musiman dan ekspektasi geografis yang umum, menekankan bahwa perubahan iklim semakin parah.
World Weather Attribution (2024) melaporkan bahwa perubahan iklim menyebabkan sedikitnya 3.700 kematian dan jutaan orang mengungsi akibat 26 peristiwa cuaca ekstrem pada tahun 2024. Para ilmuwan juga menemukan bahwa perubahan iklim memperpanjang durasi panas yang “berbahaya” selama 41 hari pada tahun yang sama.
Suhu global yang memecahkan rekor pada tahun 2024 menyebabkan hujan ekstrem, yang memicu banjir besar. Dari 16 banjir yang diteliti, 15 di antaranya terkait langsung dengan hujan yang disebabkan oleh perubahan iklim, yang menunjukkan bagaimana kenaikan suhu telah memperparah bencana cuaca di seluruh dunia.
Meningkatnya Risiko Kesehatan
Panas ekstrem menimbulkan risiko kesehatan yang serius, sebagaimana terangkum dalam analisis komprehensif tentang kematian yang disebabkan oleh suhu di seluruh dunia. Sebuah studi yang menganalisis data dari 65 juta kematian di sembilan negara menemukan bahwa suhu ekstrem—baik panas maupun dingin—dikaitkan dengan 17 penyebab kematian, terutama penyakit kardiorespirasi dan metabolik. Pada tahun 2019 saja, diperkirakan 1,7 juta kematian di seluruh dunia dikaitkan dengan suhu ekstrem, dengan sedikitnya 356.000 kematian secara khusus dikaitkan dengan panas.
Penelitian yang dipublikasikan dalam The Lancet’s Heat and Health Series (2021) menggarisbawahi bagaimana panas berdampak langsung terhadap tubuh manusia, yang menyebabkan dehidrasi, ketegangan kardiovaskular, dan komplikasi kesehatan lainnya. Temuan tersebut memperkuat peran suhu sebagai faktor utama yang meningkatkan risiko kesehatan, khususnya pada populasi yang rentan dan lingkungan dengan paparan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan global bukan sekadar masalah lingkungan—melainkan juga masalah kesehatan masyarakat.
Batasan Adaptasi terhadap Panas Ekstrem
Upaya untuk beradaptasi terhadap panas ekstrem, khususnya dalam konteks kesehatan masyarakat, telah mengarah pada pengembangan Rencana Aksi Panas (HAP). Rencana ini menggabungkan sistem peringatan dini, keterlibatan masyarakat, penjangkauan yang ditargetkan kepada populasi yang berisiko, dan kolaborasi lintas sektoral.
Meskipun Rencana Aksi Panas telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengurangi risiko kesehatan terkait panas di tingkat lokal, suhu yang meningkat dengan cepat menuntut intervensi yang lebih efektif dan berbasis sains. Untuk meningkatkan dampaknya, Rencana Aksi Panas harus mengintegrasikan temuan ilmiah terbaru, menetapkan ambang batas suhu dan kelembapan lokal untuk area perkotaan berisiko tinggi, dan memanfaatkan analisis risiko untuk mengidentifikasi dan melindungi populasi yang paling rentan dengan lebih baik.
Perubahan Paradigma dan Penilaian Risiko yang Lebih Baik
Pendekatan yang saat ini cenderung berfokus pada respons darurat, namun perubahan paradigma sangat dibutuhkan. Bergeser dari pendekatan reaktif jangka pendek dan beralih ke strategi transformatif jangka panjang sangatlah penting. Transformasi ini memerlukan penguatan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi sekaligus penanganan kerugian dan kerusakan yang disebabkan oleh panas ekstrem. Singkatnya, kita memerlukan kerangka kerja baru yang mengantisipasi risiko, mencegah guncangan, dan menyusun strategi solusi jangka panjang.
Sebagai langkah awal, sangat penting untuk mengukur risiko kesehatan terkait panas secara akurat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh tekanan panas. Indeks Panas, yang dikembangkan pada tahun 1979, dirancang untuk menyampaikan ketidaknyamanan manusia dalam kondisi suhu dan kelembapan yang umum di Amerika Serikat. Namun, indeks ini dibangun berdasarkan asumsi yang disederhanakan yang tidak mencerminkan suhu dan kelembapan ekstrem dari gelombang panas yang meningkat saat ini.
Alat yang direkomendasikan untuk meningkatkan penilaian risiko adalah Indeks Panas yang Diperluas (Extended Heat Index/EHI), yang mampu menangkap tekanan panas bahkan dalam kondisi ekstrem. Penskalaan EHI di berbagai konteks iklim dan kerentanan sosial-ekonomi akan memberikan ukuran paparan panas yang lebih akurat.
Sains Translasional untuk Strategi Komprehensif
Lebih jauh, mengadopsi strategi yang lebih luas yang mengintegrasikan faktor kerugian dan kerusakan nonekonomi (non-economic loss and damage/NELD) ke dalam kerangka kerja manajemen panas merupakan hal yang krusial. Penting untuk memahami spektrum penuh NELD yang terkait dengan panas ekstrem, khususnya pada kelompok rentan seperti anak-anak, remaja, pemuda, dan lansia.
Sains translasional—penerapan penemuan ilmiah pada tantangan kesehatan di dunia nyata—memainkan peranan penting dalam hal ini. Ilmu ini menawarkan peluang untuk meningkatkan perencanaan, penilaian, dan dukungan teknis, memperkuat upaya koordinasi global, antara lain dengan mengembangkan alat akuntansi NELD yang mengintegrasikan metrik hubungan iklim, bencana, dan kesehatan.
Contoh dari konsep ini adalah Sistem Skor Serangan Panas (Heat Stroke Score System/HISS) yang mudah dijalankan, yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh Pusat Manajemen Bencana di Kasturba Medical College di India. Mekanisme Internasional Warsawa (WIM) tentang Kerugian dan Kerusakan menyediakan platform penting untuk memperluas inisiatif ini, memastikan bahwa dampak kesehatan langsung dan jangka panjang dari panas ekstrem ditangani secara sistematis.
Menangani panas ekstrem dan mengatasi seluruh dampaknya memerlukan kolaborasi yang kuat dari para ilmuwan, pemerintah, dan pemangku kepentingan terkait lainnya di berbagai sektor. Bagaimanapun, panas tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik dan mental tetapi juga aspek penting dari perkembangan manusia, termasuk pertumbuhan, pembelajaran, kesejahteraan, dan potensi jangka panjang.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Konten Publik GNA berupaya menginspirasi perubahan sosial skala besar dengan menyediakan pendidikan dan advokasi keberlanjutan yang dapat diakses oleh semua orang tanpa biaya. Jika Anda melihat Konten Publik kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia. Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional sekaligus mendukung keberlanjutan finansial GNA untuk terus memproduksi konten-konten yang tersedia untuk umum ini.