Skip to content
  • Tentang
  • Advisory & Consulting
  • Kemitraan Iklan
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

2024 Jadi Tahun Terpanas Akibat Emisi Karbon yang Terus Meningkat

Emisi karbon yang terus meningkat membuat tahun 2024 melampaui tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat.
Oleh Kresentia Madina
27 November 2024
sebuah termometer dengan latar merah

Foto: Maksim Goncharenok di Pexels.

Pada Januari 2024, para ilmuwan menyatakan tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Seharusnya, kabar tersebut menjadi peringatan untuk mengerem emisi karbon. Namun, yang terjadi tidak demikian: emisi karbon terus meningkat dan menyebabkan suhu kembali memecahkan rekor pada tahun 2024.

Emisi Karbon yang Terus Meningkat

Perubahan iklim telah menjadi salah satu masalah paling mendesak di dunia selama ini. Namun, emisi gas rumah kaca masih terus meningkat sekalipun negara-negara telah menyepakati perjanjian global untuk membatasi kenaikan suhu. 

Laporan perkembangan iklim Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkapkan bahwa konsentrasi tiga gas rumah kaca utama (karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida) mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023. Emisi metana mengalami peningkatan terbesar sebesar 165% dibandingkan tingkat pra-industri, diikuti oleh karbon dioksida (51%) dan dinitrogen oksida (24%). Data real-time menunjukkan bahwa tren ini akan berlanjut pada tahun 2024. 

Menurut data yang dicatat oleh Copernicus Climate Change Service, suhu rata-rata global antara November 2023 hingga Oktober 2024 diperkirakan mencapai 1,62°C di atas rata-rata suhu pra-industri pada tahun 1850-1900. Suhu pada 10 bulan pertama 2024 saja lebih panas 0,16°C dibandingkan tahun 2023. Hal ini menunjukkan indikasi yang cukup jelas bahwa tahun 2024 akan melampaui tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat.

Efek Riak

Ketika cuaca menjadi terlalu panas, bukan berarti kita tinggal menghidupkan AC hingga mentok ke angka paling dingin. Sebab, hal ini juga akan memicu reaksi berantai di seluruh dunia, terutama di lingkungan alam. 

Pemanasan laut yang cepat telah memberikan kontribusi signifikan terhadap naiknya permukaan laut dan mencairnya gletser, sehingga meningkatkan kewaspadaan bagi masyarakat pesisir. Laporan WMO mencatat bahwa rata-rata permukaan laut global naik dua kali lebih cepat dibandingkan dekade sebelumnya, yaitu sebesar 4,77 mm per tahun dari tahun 2014 hingga 2023. Sementara itu, gletser kehilangan 1,2 meter es pada tahun 2023, setara dengan lima kali lipat volume air di Laut Mati. 

Bencana lain yang disebabkan oleh iklim adalah kekeringan, gelombang panas, dan kebakaran hutan, yang semuanya terjadi lebih sering dan lebih parah. Akibatnya, kejadian-kejadian ekstrem ini dapat memperburuk kerawanan pangan, menyebabkan pengungsian dan migrasi besar-besaran, dan menghambat kemajuan dalam pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan.

Peringatan bagi Para Penguasa

Keadaan iklim saat ini jelas berlawanan arah dengan apa yang diharapkan dapat dicapai hampir 10 tahun setelah Perjanjian Paris. Namun, hal ini tidak berarti bahwa seluruh upaya untuk mengurangi emisi karbon dan membatasi pemanasan global sia-sia dan hilang semua harapan. 

“Karena pemanasan bulanan dan tahunan untuk sementara melampaui 1,5°C, penting untuk ditekankan bahwa hal ini tidak berarti bahwa kita gagal memenuhi tujuan Perjanjian Paris untuk menjaga kenaikan suhu permukaan rata-rata global jangka panjang jauh di bawah 2°C di atas tingkat pra-industri dan mengupayakan upaya untuk membatasi pemanasan hingga 1,5°C,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo.

Pada akhirnya, kondisi ini harus menjadi peringatan bagi mereka yang duduk di tampuk kekuasaan agar tidak melupakan pentingnya mengatasi perubahan iklim. Mengambil langkah tegas untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dan mengoptimalkan energi terbarukan, serta meningkatkan sistem peringatan dini dan upaya mitigasi bencana, harus diprioritaskan oleh para pemangku kepentingan di semua tingkatan dan sektor untuk mencapai perubahan nyata. 

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    UKRI Danai Enam Proyek untuk Atasi Kerawanan Pangan di Inggris Raya
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu

Continue Reading

Sebelumnya: Mempertanyakan Komitmen Iklim Indonesia dalam COP29
Berikutnya: Petaka Perizinan Pembuangan Limbah Tambang ke Laut Dalam

Artikel Terkait

gedung tinggi dengan pepohonan dan rumput hijau di sekelilingnya Jerman Danai Proyek SETI untuk Dekarbonisasi Sektor Bangunan dan Industri di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Jerman Danai Proyek SETI untuk Dekarbonisasi Sektor Bangunan dan Industri di Indonesia

Oleh Abul Muamar
18 Juli 2025
sebuah tangan dengan latar gelap Memutus Lingkaran Setan Kekerasan dalam Pendidikan Dokter Spesialis
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Memutus Lingkaran Setan Kekerasan dalam Pendidikan Dokter Spesialis

Oleh Abul Muamar
17 Juli 2025
sekelompok anak-anak dengan peralatan belajar di atas perahu Menengok Sekolah Terapung Bertenaga Surya di Bangladesh, Inisiatif Berbasis Komunitas di Tengah Krisis Iklim
  • Kabar
  • Unggulan

Menengok Sekolah Terapung Bertenaga Surya di Bangladesh, Inisiatif Berbasis Komunitas di Tengah Krisis Iklim

Oleh Attiatul Noor
17 Juli 2025
Lima kincir angin yang berjejer di tengah bukit Peluang dan Tantangan Industri Manufaktur Energi Terbarukan di Indonesia
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Peluang dan Tantangan Industri Manufaktur Energi Terbarukan di Indonesia

Oleh Andi Batara
16 Juli 2025
piring berwarna merah dengan garpu dan pisau UKRI Danai Enam Proyek untuk Atasi Kerawanan Pangan di Inggris Raya
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

UKRI Danai Enam Proyek untuk Atasi Kerawanan Pangan di Inggris Raya

Oleh Kresentia Madina
16 Juli 2025
foto udara kawasan dengan lahan yang ditambang, dengan beberapa truk Pelanggaran HAM dan Dampak Lingkungan Tambang Nikel di Pulau Kabaena
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Pelanggaran HAM dan Dampak Lingkungan Tambang Nikel di Pulau Kabaena

Oleh Seftyana Khairunisa
15 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.