Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan

Foto: Kiara Martin di Unsplash.
Meski berukuran kecil, serangga memiliki peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Sayangnya, semakin banyak penelitian yang mengungkap tren penurunan jumlah serangga di seluruh dunia. Penurunan jumlah serangga yang kian mengkhawatirkan dapat berakibat fatal bagi manusia dan planet Bumi.
Peran Serangga yang Tak Tergantikan dalam Ekosistem
Serangga merupakan salah satu makhluk yang kita jumpai setiap hari. Ada yang berdengung, terbang ke sana-kemari, hingga yang melompat-lompat. Sebagian orang mungkin takut atau tidak suka pada serangga, tetapi kita tidak dapat menyangkal peran penting mereka dalam menyeimbangkan ekosistem.
Misalnya, lebah dan kupu-kupu berperan sebagai penyerbuk, yang membantu tanaman bereproduksi. Penelitian juga mengungkap potensi kumbang kotoran dalam mengurangi emisi metana pertanian karena kemampuannya mengurai dan mengubur kotoran hewan, meskipun skalanya mungkin jauh lebih kecil daripada upaya manusia. Serangga juga membantu dalam pengendalian hama, penyaringan air, dan penyuburan tanah.
Sayangnya, lebih dari 40% spesies serangga terancam punah. Lepidoptera (kupu-kupu dan ngengat) dan Hymenoptera (tawon, lebah, dan semut) termasuk di antara banyak ordo serangga yang mengalami penurunan paling signifikan. Misalnya, populasi kupu-kupu raja barat telah menurun dari sekitar 10 juta menjadi 1.914 antara tahun 1980-an hingga 2021.
Penelitian menemukan bahwa alih fungsi lahan untuk kepentingan pertanian merupakan pendorong utama penurunan serangga, karena menyebabkan hilangnya habitat dan pergeseran keanekaragaman spesies di area tersebut. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam pertanian juga merupakan faktor utama karena mendorong pencemaran air dan tanah, yang menyebabkan degradasi ekosistem lebih lanjut, tidak hanya di habitatnya tetapi juga di wilayah sekitarnya. Selain itu, kehadiran spesies invasif, polusi cahaya, polusi suara, dan perubahan iklim, adalah penyebab lain di balik penurunan serangga yang meluas.
Dampak Jangka Panjang
Lalu, apa dampak dari penurunan serangga terhadap kita? Pertama, menurunnya populasi serangga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem kita.
Berkurangnya jumlah serangga di alam liar akan menyebabkan burung, mamalia besar, dan spesies lainnya yang bergantung pada serangga sebagai sumber makanan, akan kesulitan mencari makanan. Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan populasi spesies predator, yang akan mengganggu rantai makanan dan ekosistem secara keseluruhan. Di Inggris, misalnya, sebuah penelitian menemukan bahwa populasi burung di lahan pertanian—yang hidupnya bergantung pada keberadaan lalat gergaji, kumbang tanah, dan kumbang penggerek—turun hingga 60% antara tahun 1970-2019, seiring penurunan populasi serangga yang signifikan.
Lebih jauh, penurunan jumlah serangga juga mempengaruhi siklus hidup tanaman dengan mengurangi jumlah penyerbuk dan membatasi produksi sayur-sayuran dan buah-buahan. Penyerbuk alami, yang sebagian besar adalah serangga, berkontribusi terhadap sekitar 35% volume produksi tanaman pangan global. Penurunan serangga tidak hanya berdampak pada ketersediaan makanan dan nutrisi di piring kita, tetapi juga menimbulkan tantangan bagi mata pencaharian petani karena hasil panen mereka menurun. Konsekuensi dari penurunan jumlah serangga sangat luas, dan karena itu situasi ini menuntut tindakan nyata dan segera untuk melestarikan serangga.
Mengatasi Penurunan Jumlah Serangga
Dalam skala besar, menghentikan penurunan populasi spesies serangga berarti mengevaluasi praktik alih fungsi lahan yang menyebabkan hilangnya habitat dan beralih ke praktik pertanian dan pembangunan yang ramah lingkungan. Di tengah pesatnya urbanisasi yang mengarah pada pembangunan infrastruktur yang lebih besar, sangat penting untuk memastikan lingkungan binaan dapat mendukung hidup berdampingan dengan alam, termasuk serangga, karena kesejahteraan alam sangat berkaitan dengan kita.
Aspek penting lainnya adalah memperkuat dukungan dan pengelolaan kawasan konservasi untuk membantu menyediakan tempat khusus bagi serangga agar dapat berkembang biak. Riset dan inovasi berkelanjutan, dengan kearifan dan partisipasi masyarakat lokal, juga sangat penting.
Sementara itu, tindakan kita sebagai individu juga dapat menciptakan dampak. Menyadari dampak cahaya buatan, menanam tanaman dengan pestisida yang tidak beracun, dan beralih ke makanan organik adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk berkontribusi dalam melindungi serangga dan makhluk hidup lainnya di Bumi.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.