Mama Aleta Fund Gelar Pameran Cerita Foto tentang Kisah-Kisah Perempuan yang Melawan Perusakan Lingkungan

Dua perempuan muda Mollo belajar menenun di Sekolah Tenun Nausus. | Foto: Albertus Vembrianto Waluyas.
Dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Mama Aleta Fund (MAF) menggelar pameran cerita foto bertajuk “Ketika Perempuan Bertemu Pulau, Tenun, dan Sorgum”. Pameran ini menampilkan kisah-kisah perempuan dari Timor, Flores, Adonara, dan Lembata yang melawan perusakan lingkungan dan krisis iklim, dan pada saat bersamaan berjuang memulihkan kehidupan melalui tenun, pangan lokal, dan ingatan leluhur.
Menelusuri Pengalaman dan Pengetahuan Perempuan
MAF menyadari pentingnya menelusuri pengalaman dan pengetahuan perempuan untuk memahami sejarah politik dan krisis sosial-ekologis yang mengakar dalam berbagai skala di pulau-pulau kecil di timur Indonesia.
Salah satu hasil penelusuran berasal dari karya-karya Albertus Vembrianto, yang tersaji dalam tiga seri cerita foto yang ditayangkan sepanjang Juni 2025. Selain liputannya yang penting tentang Papua, Vembrianto pernah terpilih sebagai salah satu fotografer dari Asia Tenggara dan Oseania dalam program 6×6 Global Talent oleh World Press Photo tahun 2019. Selain itu, karyanya juga terpilih sebagai yang terbaik dalam Permata Photojournalist Grant (PPG) tahun 2018.
Alam serupa tubuh manusia, mengikuti filosofi orang Mollo dalam melihat hubungan antara tubuh dengan ruang hidupnya. Pameran ini mengajak kita untuk mengenal lebih dekat tubuh kita sendiri–Tanah air.
Cerita-cerita foto dalam pameran ini menunjukkan bagaimana perubahan sosial ekologis telah berakar pada masa kolonial, yang memperlakukan wilayah jajahan sebagai komoditas. Hal itu kemudian diteruskan oleh penguasa berikutnya melalui proyek-proyek pembangunan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.
Perempuan sebagai Penggerak Pemulihan Krisis Sosial-Ekologis
Perempuan adalah pihak paling rentan dari perubahan sosial-ekologis tersebut. Namun, perempuan juga yang menjadi penggerak perdamaian dan pemulihan krisis sosial ekologis yang terjadi. Dari ladang sorgum di Adonara hingga benang-benang tenun di Mollo, mereka terus merawat kehidupan dengan keberanian yang hening.
“Kami tidak menjual apa yang tidak bisa kami buat,” ujar Aleta Baun, perempuan adat Mollo. “Itu adalah sebuah prinsip yang dipegang oleh perempuan-perempuan pejuang Tanah air di pulau-pulau kecil Indonesia timur. Prinsip yang seharusnya dihormati dan dipegang oleh pengurus negara sebagai model ekonomi yang teruji, berkelanjutan, dan berdaulat.”
Sebagai bagian dari pameran, pada 1-10 Juli 2015, MAF mengundang pencinta foto, jurnalis, mahasiswa dan pelajar, dan seluruh anggota masyarakat dari berbagai latar belakang untuk ikut serta dalam lomba menulis ulasan cerita foto. Lomba ini bertujuan untuk mengajak publik menanggapi dan merefleksikan cerita-cerita yang hadir dalam pameran foto. Lima karya terbaik akan dipublikasikan dan mendapatkan buku cerita foto dan merchandise menarik.
Editor: Abul Muamar
Terbitkan siaran pers organisasi dan komunitas Anda bersama Green Network Asia, pelajari Layanan Penempatan Siaran Pers GNA.

Berlangganan GNA Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Mama Aleta Fund (MAF) adalah organisasi nirlaba yang mendukung perjuangan perempuan dalam mempertahankan wilayah dan menolak perusakan alam di Indonesia bagian timur.