Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura

Tidak seperti TPA pada umumnya yang tampak kumuh, TPA Semakau di Singapura justru terlihat asri dan hijau, lengkap dengan banyaknya spesies burung dan serangga yang berada di dalam ekosistemnya.
Oleh Zia Ul Haq
19 Mei 2021

Pulau Semakau | Foto: NEA

Bagaimana jika ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang hijau permai, bebas bau busuk, tidak kumuh, bahkan menjadi atraksi ekowisata? Itulah pemandangan yang bisa dilihat di TPA Pulau Semakau, Singapura. TPA ini dipenuhi pepohonan hijau, berbagai jenis burung dan keanekaragaman hayati, dikelilingi terumbu karang yang nampak dalam jernihnya air laut.

Mengenal TPA Semakau

TPA Semakau berlokasi sekitar delapan kilometer di bagian selatan Singapura. Area seluas 350 hektar ini dibangun di lepas pantai yang menghubungkan Pulau Semakau dan Pulau Sekang dengan memastikan limbah sampah tidak merembes ke laut lepas, serta bisa beroperasi secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

TPA Semakau adalah satu-satunya TPA di Singapura, berjasa menjadikan Negeri Singa itu terkenal di seluruh dunia sebagai negara kota yang bersih dan rapi. TPA ini didesain, dibangun, dan dikelola oleh Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA).

Sampah Dikelola sebelum Dikirim ke TPA

Sebelum dikirim ke TPA, sampah yang telah terkumpul terlebih dahulu dibakar di pabrik pembakaran, sehingga volume sampah berkurang sekitar 90%. Proses pembakaran ini juga dimanfaatkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan energi listrik. Prinsipnya adalah bagaimana agar sampah yang ditampung bisa diubah menjadi energi, ‘waste-to-energy’.

Abu sisa pembakaran sampah tersebut diangkut ke TPA Semakau dengan kapal tongkang, lalu diturunkan dengan ekskavator di titik-titik yang sudah ditentukan. Gundukan abu sisa pembakaran sampah diratakan dengan buldozer, kemudian ditutup dengan lapisan tanah.

Rumput dan tanaman pun tumbuh di atas permukaan TPA Semakau dan menjadi hamparan hijau. Secara alamiah, lahan-lahan hijau itu mengundang berbagai jenis spesies burung dan serangga langka. Bahkan TPA Semakau ini menjadi salah satu lokasi terbaik di Singapura untuk mengamati burung.

Memperpanjang Usia Daya Tampung

Dibangun pada 1999, TPA Semakau bisa menampung sekitar 63 juta meter kubik sampah dan diperkirakan akan penuh pada tahun 2035. NEA mengantisipasi kemungkinan tersebut dengan memimpin upaya penelitian dan pengembangan untuk memperpanjang daya tampung TPA Semakau. Ini juga untuk menghindari potensi biaya di masa depan jika harus membangun TPA berikutnya di lepas pantai. 

NEA membuka kesempatan bagi siapapun untuk mengunjungi, mengamati, dan mempelajari pengelolaan sampah di TPA Semakau sebagaimana diumumkan di situs resminya. 

Sistem pengelolaan sampah terintegrasi di Singapura fokus pada 3Rs, yaitu menggunakan sesuai kebutuhan (reduce), menggunakan kembali untuk tujuan yang sama atau baru (reuse), dan mendaur ulang (recycle), menuju visi Singapura Bebas Sampah (Zero Waste Nation). 

Editor: Marlis Afridah

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Berikutnya: Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia

Lihat Konten GNA Lainnya

meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025
orang-orang menunggang kuda menyusuri aliran sungai Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan

Oleh Dinda Rahmania
15 Oktober 2025
dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia