Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Agroforestri Salak di Bali Diakui sebagai Warisan Pertanian Penting Dunia

Sistem agroforestri salak di Bali, yang melibatkan integrasi salak dengan tanaman dan pohon-pohon lainnya, mendapat pengakuan dari FAO sebagai warisan pertanian penting dunia.
Oleh Abul Muamar
2 Oktober 2024
tiga perempuan memanen salak di kebun salak

Petani salak di Karangasem, Bali. | Foto: Kementerian Pertanian.

Ada banyak jenis buah-buahan tropis yang lezat di Indonesia yang telah dikenal luas, termasuk salak. Namun, berbicara tentang buah-buahan lokal, salah satu hal penting yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana buah itu dibudidayakan, karena buah merupakan bagian sistem pertanian yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Terkait hal ini, sistem agroforestri salak Bali diakui oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sebagai Sistem Warisan Pertanian Penting Dunia (Globally Important Agricultural Heritage Systems/GIAHS).

Salak di Bali

Secara umum, Bali dikenal dengan pariwisatanya yang menawarkan lanskap alam, budaya yang kaya, dan keramahan penduduknya. Namun selain itu, Bali juga memiliki komoditas buah salak yang cukup terkenal dan sering dijadikan buah tangan alternatif oleh pengunjung untuk dibawa pulang.

Daerah penghasil salak di Bali yang utama adalah Kabupaten Karangasem—yang dikenal sebagai wilayah terkering di Pulau Bali. Menurut catatan, salak Bali diperkirakan berasal dari Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Desa ini berada di ketinggian sekitar 500-600 meter di atas permukaan laut, dan merupakan daerah lahan kering beriklim basah dengan jenis tanah yang dominan laterit. Seiring waktu, budidaya salak Bali terus menyebar ke berbagai daerah lain di Bali, termasuk di luar Karangasem seperti Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng.

Di Desa Sibetan sendiri, setidaknya terdapat 15 kultivar salak yang dibudidayakan. Di antara 15 jenis salak itu ada salak gondoh, salak gula pasir, salak getih, salak cengkeh, salak kelapa, dan salak beringin. Masing-masing varian salak tersebut memiliki rasa, warna, tekstur, ukuran pohon, dan bentuk daun yang berbeda-beda.

Agroforestri Salak di Bali

Berbeda dengan perkebunan salak pada umumnya, budidaya salak di Bali, khususnya di Kabupaten Karangasem, dilakukan dengan sistem agroforestri tradisional yang melibatkan integrasi salak dengan tanaman dan pohon-pohon lainnya, seperti mangga, pisang, kelapa, tanaman obat, dan berbagai pohon lainnya, sehingga menciptakan lanskap pertanian yang kaya. Sistem ini dikembangkan oleh masyarakat adat Bali dengan menggunakan subak tradisional dalam pengelolaan air. Salak ditanam di bawah naungan pohon-pohon tinggi yang melindungi sumber air, sehingga menciptakan keanekaragaman hayati yang tinggi dan memadukan nilai budaya dan keberlanjutan ekologi.

Dengan cara ini, pepohonan salak menjadi lebih sehat dan terlindungi dari hama, dan kelembapan tanahnya pun lebih terjaga. Selain itu, metode ini juga membantu mempertahankan topografi, mencegah erosi, menghemat air, menyerap karbon, dan mendukung keamanan pangan sekaligus menjaga warisan budaya dan mata pencaharian lokal.

Berakar pada filosofi tradisional Bali seperti “Tri Hita Karana” dan “Tri Mandala,” sistem ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas yang telah terdaftar sebagai Lanskap Budaya UNESCO. Sistem ini telah diwariskan dan diterapkan secara turun temurun hingga saat ini. Dengan cara ini, masyarakat Bali membudidayakan salak tanpa merusak hutan sehingga mata pencaharian mereka dari produksi salak terus berlanjut. Selain buahnya, setiap bagian dari pohon salak Bali juga dimanfaatkan masyarakat Bali untuk berbagai keperluan sehingga menjadikan tanaman tersebut sebagai tanaman tanpa limbah.

Pada 19 September 2024, sistem agroforestri salak yang telah lama diterapkan oleh masyarakat Bali ini mendapat pengakuan dari FAO, dan masuk dalam daftar Sistem Warisan Pertanian Penting Dunia (GIAHS) bersama sistem budidaya kolam ikan karper di Austria dan sistem agroforestri kakao di Sao Tome dan Principe. Dengan tambahan tiga sistem ini, kini telah ada 89 sistem pertanian dari 28 negara di seluruh dunia yang masuk dalam daftar GIAHS.

Memperluas Sistem Pertanian yang Selaras dengan Alam

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang paling strategis karena berkaitan dengan berbagai aspek, termasuk sejarah, mata pencaharian, ketahanan pangan, hingga kelestarian lingkungan alam. Sistem agroforestri salak di Bali telah mempertegas bahwa sistem pertanian yang selaras dengan alam dapat menjadi solusi berharga di tengah kerusakan lingkungan yang meluas di banyak tempat, terutama akibat pertanian yang dijalankan dengan cara-cara yang tidak berkelanjutan. Dengan kekayaan sumber daya alam yang ada, Indonesia memiliki potensi dan peluang besar untuk mengembangkan sistem pertanian seperti ini di banyak daerah. Dukungan, tindakan, dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk mewujudkannya.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Langkah Pemerintah Dorong Pengelolaan Sampah Perkotaan menjadi Energi
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengulik Dampak Pembangunan Kawasan Industri Takalar

Continue Reading

Sebelumnya: Pentingnya Perubahan Perilaku dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga
Berikutnya: Studi Ungkap Dampak Berbahaya Penggunaan Media Sosial dan Game Online di Kalangan Remaja

Lihat Konten GNA Lainnya

Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025
Tiga anak sedang mengikuti lomba balap karung di antara balon yang tergantung, sementara dua anak di samping memberi taburan bedak. Mereka mengenakan kaos merah putih dan berada di jalan tanah di antara pepohonan. Memperkuat Pendidikan Nonformal untuk Perluas Akses Pendidikan bagi Semua
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Memperkuat Pendidikan Nonformal untuk Perluas Akses Pendidikan bagi Semua

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
23 Oktober 2025
Dua orang duduk di perahu menyusuri perairan dengan salah seorang menebar benih ikan. Memberdayakan Pembudidaya Ikan Skala Kecil untuk Akuakultur Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memberdayakan Pembudidaya Ikan Skala Kecil untuk Akuakultur Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
23 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia