Australia Luncurkan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan untuk Dukung Pencapaian Net Zero

Foto: Freepik.
Urgensi untuk membatasi laju perubahan iklim menuntut keterlibatan dari setiap pemangku kepentingan, termasuk bisnis. Di Australia, pemerintah negara tersebut merilis Taksonomi Keuangan Berkelanjutan untuk mendorong keselarasan yang lebih baik antara investasi dan target net zero nasional.
Aktivitas Ekonomi yang Selaras Iklim
Keuangan berkelanjutan mengintegrasikan prinsip dan informasi lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) ke dalam proses pengambilan keputusan dalam bisnis atau lembaga keuangan. Praktik ini mengarahkan dukungan dan modal ke dalam proyek dan aktivitas rendah karbon, yang menggarisbawahi peran utamanya dalam upaya dekarbonisasi.
Selain itu, informasi tentang keuangan berkelanjutan yang diungkapkan dalam pelaporan keberlanjutan perusahaan memberikan transparansi kepada investor dan konsumen tentang risiko dan peluang yang terkait dengan keberlanjutan dalam operasi mereka.
Pemerintah Australia sendiri telah menetapkan target untuk mengurangi emisi karbon sebesar 43% di bawah level tahun 2005 pada tahun 2030, dan mencapai net zero emisi pada tahun 2050. Menyelaraskan aktivitas ekonomi di sektor-sektor tinggi karbon untuk mendukung pencapaian target ini menjadi krusial. Dalam hal ini, Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Australia bertujuan untuk mendukung transisi menuju net zero.
Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Australia
Taksonomi keuangan berkelanjutan menyediakan seperangkat alat untuk mengklasifikasikan dan menentukan apakah suatu kegiatan ekonomi selaras dengan iklim. Secara keseluruhan, taksonomi dapat memastikan kejelasan bagi pasar, menyederhanakan pelacakan kemajuan keuangan berkelanjutan, dan membuka peluang investasi baru untuk proyek dan perangkat yang terkait dengan keberlanjutan.
Pengembangan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Australia memanfaatkan keahlian para pemimpin keberlanjutan dan keuangan serta penasihat teknis, serta mengumpulkan umpan balik dari dua putaran konsultasi publik. “Proses pengembangan selama 20 bulan ini sangat ketat dan kolaboratif, dipimpin oleh badan pembuat keputusan ahli independen dengan pengawasan strategis dari Departemen Keuangan Australia dan regulator keuangan. Proses ini mencerminkan masukan teknis yang mendalam dan keterlibatan yang luas di seluruh keuangan, industri, dan masyarakat sipil,” kata Kristy Graham, CEO Australian Sustainable Finance Institute.
Taksonomi Australia mencakup sektor-sektor utama yang penting di negara tersebut, seperti pertambangan, mineral kritis, dan pertanian, dengan fokus pada transisi net-zero sekaligus tetap memastikan kompatibilitas dengan taksonomi yang diakui secara internasional. Klasifikasi ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi kegiatan apa saja yang diperlukan dan dapat secara langsung berkontribusi untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris, dan secara aktif menyelaraskan keputusan investasi dan aliran modal ke dalam proyek-proyek ini. Selain itu, taksonomi ini juga mencakup harapan untuk keterlibatan dengan masyarakat adat dan pengelolaan warisan budaya.
Meningkatkan Partisipasi
Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Australia dapat digunakan secara sukarela oleh bisnis dan lembaga keuangan sebagai metrik tingkat pemula atau alat penyaringan aktivitas. Diluncurkan pada Juni 2025, taksonomi tersebut menerapkan periode percontohan selama beberapa bulan yang melibatkan lembaga keuangan besar. Periode percontohan ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan taksonomi, meningkatkan panduan pasar, dan mengumpulkan umpan balik untuk penyempurnaan.
Pada akhirnya, hal ini menyoroti pentingnya para pelaku di sektor bisnis untuk berpartisipasi dalam upaya pembangunan berkelanjutan, khususnya di tengah krisis iklim. Dalam hal ini, kerangka kerja nasional berperan sebagai instrumen penting yang memungkinkan untuk memicu komitmen dan tindakan guna mendukung kehidupan manusia dan Bumi.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.