Bagaimana Solar Sister Menghubungkan Energi Bersih dengan Pemberdayaan Perempuan di Afrika

Foto: S di Unsplash.
Saat dunia sedang beralih menuju energi berkelanjutan, jutaan orang masih mengalami kemiskinan energi. Keterbatasan akses terhadap listrik termasuk salah satu bentuk kemiskinan energi yang meluas ke berbagai aspek seperti kesehatan dan pendidikan, yang sangat penting bagi kualitas hidup di zaman modern. Untuk membantu mengatasi krisis ini, sebuah inisiatif akar rumput di Afrika bernama Solar Sister menawarkan solusi yang menggabungkan dua hal penting: energi bersih dan pemberdayaan perempuan.
Keterbatasan Akses terhadap Energi Bersih
Lebih dari 600 juta orang di Afrika sub-Sahara masih hidup tanpa akses listrik dan bentuk energi modern lainnya. Keterbatasan ini membuat masyarakat di sana bergantung pada kayu bakar, arang, dan lampu semprong.
Sayangnya, bahan-bahan bakar tradisional ini menimbulkan risiko kesehatan yang serius, termasuk masalah pernapasan dan penglihatan. Penggunaannya yang terus-menerus bahkan dapat menyebabkan kematian, berkontribusi pada penyebab lebih dari 3 juta kematian per tahun secara global, termasuk sekitar 237.000 kematian balita.
Perempuan adalah pihak yang paling terdampak, karena sebagian besar dari mereka memikul tanggung jawab untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak dan mengumpulkan bahan bakar. Sementara itu, ketiadaan listrik juga membatasi kemampuan anak-anak untuk belajar ketika hari mulai gelap, sehingga mempertebal lingkaran setan kemiskinan multidimensi yang membelenggu masyarakat rentan.
Solar Sister dan Pemberdayaan Perempuan
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memperluas akses listrik bagi semua orang. Namun, perluasan akses listrik juga dapat dimulai dari dalam komunitas. Didirikan pada tahun 2009, Solar Sister merekrut, melatih, dan mendukung perempuan lokal di beberapa negara Afrika untuk menjadi wirausahawan energi bersih. Melalui jaringan penjualan langsung, perusahaan sosial ini bertekad mendorong kemandirian ekonomi perempuan, terutama di daerah pedesaan.
Selama periode pelatihan yang berlangsung 12 bulan, para peserta mengembangkan keterampilan bisnis, kepemimpinan, dan penetapan tujuan untuk menjual produk-produk bertenaga surya, seperti lampu tenaga surya, pengisi daya ponsel, dan kompor bersih kepada masyarakat dengan akses listrik terbatas. Model ini mengintegrasikan perempuan ke dalam rantai pasokan energi, memberdayakan mereka untuk mendukung pembangunan komunitas mereka sendiri di tengah transisi energi global.
Jaringan Solar Sister dimulai di Uganda dan sejak saat itu telah meluas ke negara-negara lain seperti Tanzania, Nigeria, Kenya, Rwanda, dan Sudan Selatan. Hingga saat ini, Solar Sister telah berkontribusi dalam penjualan lebih dari 860.000 produk energi bersih, mencegah lebih dari 1,4 juta metrik ton emisi karbon menurut perkiraan, dan membantu meningkatkan kualitas udara.
Mewujudkan Transisi Energi yang Inklusif
Seiring upaya transisi energi terus berlanjut sebagai aspek integral dari pembangunan berkelanjutan, kita tidak boleh melupakan prinsip inti untuk tidak meninggalkan seorang pun pun. Komunitas lokal memainkan peran krusial dalam mengembangkan dan menerapkan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan energi. Namun, pemerintah, bisnis, dan organisasi memiliki peran yang lebih besar dalam berkolaborasi dan menyediakan solusi sistemik untuk tantangan ini. Berinvestasi dalam pelatihan kewirausahaan, memperluas akses ke pembiayaan mikro, dan memastikan bahwa kebijakan energi memprioritaskan kelompok marginal adalah beberapa langkah yang diperlukan untuk memperluas akses energi bersih yang adil.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia