Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida

Di tengah urgensi untuk mengatasi polusi udara, India justru melangkah mundur dengan melonggarkan kebijakan emisi sulfur dioksida sejak Juli 2025.
Oleh Nazalea Kusuma
1 Agustus 2025
pembangkit listrik tenaga termal di India dengan asap keluar dari cerobong asap

Foto: Wikimedia Commons.

Polusi merupakan salah satu dari tiga krisis planet yang melanda Bumi, dan keadaannya tak kunjung membaik. Saat ini, udara bersih menjadi barang mewah, padahal seharusnya merupakan hak asasi manusia. Salah satu polutan udara utama adalah sulfur dioksida (SO2), dan India telah melonggarkan kebijakan emisi SO2 secara signifikan sejak 11 Juli 2025.

Sulfur Dioksida dan Dampaknya

Emisi sulfur dioksida merupakan masalah kesehatan masyarakat. Paparan jangka pendek sekalipun dapat menyebabkan masalah pernapasan dan iritasi kulit serta mata. Di atmosfer, SO2 bereaksi dengan senyawa lain dan berubah menjadi polusi partikulat matter (PM), yang dapat masuk jauh ke dalam paru-paru, memengaruhi fungsi paru-paru, dan menyebabkan penyakit kardiovaskular.

Selain itu, paparan sulfur dioksida juga berdampak terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem. Sama seperti bagi kesehatan manusia, SO2 juga berbahaya bagi kesehatan hewan. Pada konsentrasi tinggi, polutan ini juga mengancam kehidupan tanaman karena dapat merusak pohon dan dedaunan serta menghambat pertumbuhan. Yang lebih parah, sulfur dioksida juga dapat mengakibatkan hujan asam yang merusak ekosistem.

Di alam, sulfur dioksida (SO2) berasal dari aktivitas vulkanik. Dalam konteks ini, mitigasi risiko paparan SO2 merupakan bagian dari manajemen bencana. Namun, saat ini, sumber utama gas yang tidak berwarna dan berbau tajam ini adalah pembakaran bahan bakar fosil.

Kebijakan Emisi SO2 India

India adalah penghasil polusi sulfur dioksida terbesar di dunia. Pada tahun 2015, pemerintah India mewajibkan semua pembangkit listrik termal untuk mengurangi emisi SO2 mereka dalam waktu dua tahun. Hal ini terutama dilakukan dengan memasang unit desulfurisasi gas buang (FGD) yang akan menghilangkan sulfur dioksida dari limbah gas.

Namun, kebijakan ini mendapat penolakan dari perusahaan listrik dan kementerian, yang mengakibatkan beberapa penundaan. Bahkan saat itu, 92% pembangkit listrik tenaga batu bara di negara itu belum memasang unit FGD.

Pada Juli 2025, pemerintah India semakin melangkah mundur. Kebijakan emisi SO2 India yang diperbarui membebaskan lebih dari 400 pembangkit listrik tenaga batu bara dari kewajiban tersebut selama memenuhi kriteria ketinggian cerobong. Hanya 65 unit dari sekitar 600 pembangkit listrik yang diwajibkan memasang unit FGD, dengan perpanjangan tenggat waktu hingga Desember 2027.

Selain itu, industri batubara India juga tidak melambat. Pada tahun 2024 saja, negara tersebut memiliki 38,4 GW proposal pembangkit listrik tenaga batu bara baru—tertinggi kedua setelah China. Selain itu, India berencana membangun lebih dari 90 GW kapasitas batu bara baru pada tahun 2032.

Langkah Mundur

Pemerintah India tampaknya telah mengakali kebijakan barunya ini. Mereka membenarkan kebijakan emisi barunya dengan mengutip “bukti ilmiah” mengenai polusi sulfur ambien di India, konsentrasi SO2 yang tidak signifikan, dan lain-lain. Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) memperingatkan bahaya siasat disinformasi ini.

“Kontribusi sulfat sebesar 5% yang diperkirakan, yang diperoleh dari data di 18 kota yang tidak memenuhi standar, mungkin tidak sepenuhnya mewakili skenario kualitas udara nasional. Keterbatasan seperti periode pengambilan sampel tiga bulan yang singkat dan pengecualian wilayah pedesaan menunjukkan perlunya penilaian yang lebih luas dan sepanjang tahun untuk menginformasikan kebijakan yang efektif,” kata Dr. Manoj Kumar, analis di CREA.

Di sisi lain, penelitian memperkirakan bahwa implementasi penuh FGD dapat mengurangi polusi PM2.5 di India sebesar 8%. Di wilayah dekat pembangkit listrik tenaga batu bara, polusi PM2.5 akan turun sebesar 7–28%, dan 48.000 kematian dini dapat dihindari. Hal ini akan menjadi langkah signifikan dalam memenuhi hak warga negara India untuk mendapatkan udara bersih, alih-alih melangkah mundur dengan kebijakan emisi SO2 yang baru ini.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Polusi Cahaya dan Dampaknya terhadap Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya

Continue Reading

Sebelumnya: SE Menaker untuk Hapus Diskriminasi dalam Rekrutmen Tenaga Kerja
Berikutnya: Menempatkan Anak di Jantung Isu Iklim: Refleksi tentang Hak Anak dari ARNEC 2025

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia