Melihat Pendekatan Terpadu dalam Memperkuat Ketahanan di Afrika Selatan

Foto: Tayla Kohler di Unsplash.
Makanan bergizi dan pekerjaan yang layak merupakan dua dari sekian banyak pilar penting untuk membangun kehidupan yang baik. Sayangnya, pilar-pilar tersebut menjadi semakin rapuh karena tekanan besar dari berbagai krisis. Hal ini menuntut pendekatan terpadu yang dapat membantu mengatasi berbagai masalah sekaligus. Di Afrika Selatan, sebuah organisasi nirlaba Thanda berupaya memperkuat ketahanan negara tersebut melalui pendekatan terpadu, dengan pertanian sebagai salah satu fokusnya.
Masalah Berlapis
Afrika Selatan adalah rumah bagi sekitar 63 juta orang. Pada tahun 2023, 19,7% rumah tangga di negara tersebut menghadapi kerawanan pangan tingkat sedang hingga parah, sementara 8,0% mengalami kerawanan pangan parah. Statistik menunjukkan bahwa angka tersebut meningkat dari data sebelumnya pada tahun 2019 dan 2022.
Statistik tersebut juga menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga tanpa anggota yang bekerja menghadapi kerawanan pangan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga dengan setidaknya satu anggota yang bekerja. Sebagai contoh, persentase tingkat kerawanan pangan sedang hingga parah mencapai 29,5% untuk rumah tangga tanpa anggota yang bekerja dan 15,4% untuk rumah tangga dengan setidaknya satu anggota yang bekerja. Selain itu, rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan juga menghadapi risiko kerawanan pangan yang lebih besar ketimbang rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki.
Pengangguran, terutama di kalangan pemuda, merupakan tantangan lain dalam mewujudkan ketahanan di Afrika Selatan. Dalam rentang tahun 2015 hingga 2025, tingkat pengangguran pemuda berusia 15 hingga 34 tahun meningkat dari 36,9% menjadi 46,1%. Angka tersebut terutama lebih tinggi di daerah pedesaan dan di kalangan perempuan muda, menunjukkan bahwa masalah ini berdampak tidak proporsional.
Memperkuat Ketahanan di Afrika Selatan
Sektor pertanian memegang kunci bagi ketahanan pangan Afrika Selatan dan dapat mendorong lapangan kerja di kalangan pemuda jika dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Oleh karena itu, meningkatkan pertanian dapat menjadi langkah penting dalam memperkuat ketahanan bagi negara tersebut.
Salah satu contohnya adalah kerja yang dilakukan organisasi nirlaba Thanda dalam membangun ketangguhan anak-anak dan keluarga di Provinsi KwaZulu-Natal. Organisasi tersebut memanfaatkan pertanian untuk mengatasi masalah pengangguran, kerawanan pangan, dan kekurangan gizi. Di bawah inisiatif pertanian organik, Thanda menggunakan praktik pertanian regeneratif yang mendukung lingkungan. Rumah tangga didorong dan diajarkan untuk menanam makanan mereka di halaman belakang rumah, menggabungkan pengetahuan adat dan peralatan modern.
Lebih lanjut, program ini juga memberdayakan komunitas setempat untuk berpartisipasi aktif dalam pertanian melalui pendampingan, infrastruktur dan peralatan, serta pelatihan keterampilan yang terkait dengan bisnis. Masyarakat yang berpartisipasi termasuk perempuan dan kaum muda, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka tentang gizi, pertanian, dan bisnis. Dalam rentang tahun 2015 hingga 2024, inisiatif Pertanian Organik Thanda menghasilkan sayuran senilai R4,7 juta (sekitar USD 2,4 juta) dan mendukung 380 petani aktif di 31 lahan pertanian di komunitas Mtwalume.
Pendekatan Terpadu dan Kolaborasi Multipihak
Apa yang dilakukan Thanda menunjukkan bagaimana pendekatan terpadu dapat membantu memperkuat ketahanan di Afrika Selatan. Kunci pembangunan berkelanjutan terletak pada keterkaitan antar isu, yang menggarisbawahi pentingnya solusi terpadu untuk memungkinkan perbaikan di berbagai sektor. Mengingat lapangan kerja semakin sulit dan harga-harga kebutuhan terus meningkat, para pemangku kepentingan di pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil harus bergandengan tangan untuk memberikan solusi yang berpusat pada prinsip tidak meninggalkan seorang pun di belakang.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.