Mendorong Kesejahteraan Anak Indonesia melalui Kampung Anak Sejahtera
Foto Rosalind Chang di Unsplash.
Masalah kesejahteraan anak telah menjadi isu penting di banyak negara, termasuk Indonesia. Meskipun kita sepakat bahwa anak-anak adalah harapan bagi masa depan, kenyataan anak-anak masih terjerat dalam berbagai masalah kesejahteraan, mulai dari kemiskinan, kelaparan, malnutrisi, ketimpangan akses kesehatan dan pendidikan, hingga menjadi korban kekerasan dan konflik. Di Indonesia, berbagai kebijakan dan program telah dijalankan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah itu, salah satunya melalui Kampung Anak Sejahtera yang berjalan sejak tahun 2018.
Masalah Kesejahteraan Anak
Laporan Ipsos Global dan World Vision International memaparkan sejumlah isu utama terkait kesejahteraan anak di dunia. Kemiskinan menjadi isu terbesar dengan persentase 21%, diikuti oleh kelaparan (18%), kesehatan (13%), akses pendidikan berkualitas (12%), dan kekerasan dan konflik (11%).
Di Indonesia, selain isu-isu utama tersebut, kesejahteraan anak masih menjadi persoalan di berbagai bidang, termasuk menyangkut pemenuhan hak-hak dasar anak. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat bahwa pemenuhan hak anak bahkan masih belum tercapai untuk hal-hal mendasar seperti kepemilikan Kartu Identitas Anak (KIA); hak partisipasi anak; hak atas pengasuhan dan lingkungan keluarga; hak atas kesehatan dasar dan kesejahteraan; serta hak atas pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya.
Kampung Anak Sejahtera
Pemerintah melalui KemenPPPA telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan anak, salah satunya melalui Program Kampung Anak Sejahtera (KAS), yang dimulai sejak tahun 2018. Berkolaborasi dengan Foodbank of Indonesia (FOI), program ini menyasar ibu hamil, ibu menyusui, bayi dua tahun pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dan balita sampai anak berusia 2-5 tahun, dengan menitikberatkan pada peran orang tua sebagai pengasuh utama.
Tujuan KAS antara lain untuk meningkatkan wawasan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan anak dan kesehatan reproduksi perempuan, mewujudkan kesejahteraan dan tumbuh kembang anak yang optimal, membuka akses pangan yang layak bagi anak, mencegah dan menekan angka prevalensi stunting, dan memberikan jaminan kesehatan bagi ibu hamil dan balita.
Selain peningkatan kualitas gizi anak melalui perbaikan pola asuh makan, KAS juga berfokus pada berbagai kegiatan pelatihan bagi keluarga, seperti pelatihan penguatan peran keluarga dalam pengasuhan dan pelatihan pengolahan makanan berbasis pangan lokal.
Dalam implementasinya, KAS membentuk tim relawan sebagai pendamping masyarakat serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, bisnis, perguruan tinggi, dan tokoh masyarakat. Para remaja juga dilibatkan dalam program ini untuk meningkatkan pengetahuan, kepedulian, dan pemahaman mereka mengenai kesehatan dan gizi dalam mempersiapkan pernikahan dan kehamilan di masa mendatang.
Namun, KAS, beserta beberapa kebijakan dan program pemerintah lainnya, sejauh ini masih belum mampu mengatasi masalah kesejahteraan anak di Indonesia secara menyeluruh dan merata. Di berbagai tempat, banyak anak yang bahkan masih hidup dalam kelaparan dan tidak memperoleh pengasuhan yang layak dari orang tua pada periode emas (golden age) kehidupannya akibat berbagai faktor.
Semua Saling Berkaitan
Kesejahteraan anak berkaitan erat dengan banyak masalah mendesak, yang menjadi target yang hendak diatasi dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Mulai dari kemiskinan dan ketimpangan, kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, kerawanan pangan, hingga terbatasnya pekerjaan yang layak; semuanya sangat mempengaruhi dan menentukan. Untuk itu, mewujudkan kesejahteraan anak memerlukan langkah komprehensif dan koheren serta dukungan kebijakan di berbagai bidang. Seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat di semua lapisan mesti berpartisipasi dan mendukung segala upaya yang mengarah pada pencapaian tujuan itu.
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Join SekarangAmar is the Manager of Indonesian Digital Publications at Green Network Asia. He holds a Master’s degree in Philosophy from Universitas Gadjah Mada and a Bachelor’s degree in Communication Studies from Universitas Sumatera Utara. He has over ten years of professional experience in journalism as a reporter and editor for several national-level media companies in Indonesia. He is also a writer, editor, and translator with a particular interest in socio-economic and environmental issues.

Pentingnya Rencana Pemulihan Bencana untuk Satwa Liar
Bagaimana Bencana Ekologis Mempercepat Kepunahan Satwa Liar
Menghidupkan Kembali Sungai-Sungai yang Tertimbun dengan Daylighting
Menilik Simpul Antara ‘Gajah Terakhir’ dan Banjir di Sumatera
Meningkatnya Angka Pengangguran Sarjana dan Sinyal Putus Asa di Pasar Kerja Indonesia
Wawancara dengan May Tan-Mullins, CEO dan Rektor University of Reading Malaysia