Menengok Bagaimana Kebijakan Agroforestri di India dalam Mengatasi Degradasi Lahan

Foto: Greta Hoffman di Pexels.
Sekitar sepertiga lahan di dunia mengalami degradasi dengan tingkat sedang hingga parah, dan terus meluas hingga sekitar 1 juta kilometer persegi setiap tahunnya. Jika tidak diatasi, degradasi lahan yang terus merajalela dapat mengancam ketersediaan pangan global, meningkatkan emisi karbon, dan memicu migrasi massal. Merespons isu ini, India menerapkan kebijakan agroforestri nasional sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi degradasi lahan dan isu lainnya.
Degradasi Lahan di India
Berdasarkan data dari Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO), India menghadapi degradasi lahan yang parah, yang berdampak terhadap 29,32% (96,40 juta hektare) dari total wilayah geografis negara tersebut pada rentang tahun 2011-2013. Angka tersebut meningkat 1,87 juta hektare (0,57%) dibandingkan tahun 2003-2005.
Degradasi lahan yang meluas diakibatkan oleh pertumbuhan populasi manusia dan hewan ternak yang begitu cepat, alih fungsi lahan, deforestasi, irigasi yang buruk, dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan. Untuk mengatasi permasalahan ini, agroforestri muncul sebagai salah satu solusi potensial.
Agroforestri, praktik yang memadukan antara pepohonan dengan tanaman pangan dan hewan ternak, berfungsi sebagai metode rehabilitasi lahan sekaligus mendukung pembangunan ekonomi dan sosial. Pada tahun 2014, pemerintah India memberlakukan Kebijakan Agroforestri Nasional untuk memperkuat penerapan agroforestri di negara tersebut demi manfaat lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Kebijakan Agroforestri Nasional di India
Kebijakan Agroforestri Nasional di India bertujuan untuk meningkatkan tutupan pohon dan meningkatkan penghidupan petani kecil melalui agroforestri. Agroforestri merujuk pada praktik pertanian yang mengintegrasikan tanaman tahunan berkayu dengan tanaman pangan dan ternak di tempat atau pengaturan tertentu. Pohon yang ditanam dalam agroforestri menyediakan berbagai layanan ekosistem yang dapat membantu meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi erosi tanah, dan meningkatkan ketersediaan air. Pada saat yang sama, metode ini juga dapat mendiversifikasi hasil panen petani, dari makanan hingga kayu, sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Kebijakan Agroforestri Nasional India mengintegrasikan agroforestri ke dalam strategi pertanian dan didukung oleh lembaga koordinasi. Pemerintah daerah didorong untuk menyederhanakan peraturan kehutanan, mengidentifikasi spesies pohon prioritas, dan memastikan kepemilikan tanah yang aman bagi petani kecil. Selain itu, kemitraan publik-swasta membantu mengelola lahan yang tidak produktif, didukung oleh bibit berkualitas dan pengumpulan data tingkat nasional.
Kebijakan Agroforestri Nasional India dicatat dalam laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sebagai pendekatan inovatif untuk meningkatkan penerapan agroforestri, dengan peningkatan 88,7 juta m3 dalam total volume pohon di luar hutan setahun setelah penerapan kebijakan. Selain itu, agroforestri juga dipraktikkan di lebih dari 28,4 juta hektare lahan di India dan memasok sekitar 65% kayu dan hampir 50% pasokan bahan bakar kayu di negara tersebut.
Pendekatan Multifaset
India bertekad untuk mencapai status netral degradasi lahan pada tahun 2030. Kebijakan Agroforestri Nasional menawarkan dukungan substansial dengan memperluas cakupan pohon, yang dapat memungkinkan rehabilitasi tanah. Tidak hanya itu, penerapan agroforestri sebagai praktik multifaset juga menghasilkan manfaat lain, terutama dalam hal meningkatkan kapasitas dan pendapatan petani kecil. Pada akhirnya, fokus pada solusi terpadu yang dapat mengatasi berbagai masalah sekaligus sangatlah penting di tengah berbagai krisis yang saling berkaitan yang melanda dunia.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia