Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara

Foto: Herry Sutanto di Unsplash.
Seni dan budaya saling menghubungkan dan membentuk identitas sebuah masyarakat. Di kawasan yang beragam seperti Asia Tenggara, keduanya mencerminkan pertukaran dan koeksistensi selama berabad-abad. Di tengah arus globalisasi yang membentuk ulang masyarakat, tradisi pun mulai memudar. Yang lenyap bukan hanya pertunjukan, tetapi juga makna, rasa memiliki, dan ketahanan budaya; sementara pelestariannya membutuhkan kolaborasi lintas batas, bukan sebatas di tingkat nasional. Terkait hal ini, seniman, lembaga, dan komunitas di seluruh Asia Tenggara menjalin kolaborasi untuk menghidupkan kembali tradisi dan warisan budaya bersama sekaligus memupuk rasa saling pengertian.
Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara
Bentuk-bentuk seni, seperti musik, tari, dongeng, dan kerajinan, telah berevolusi melalui migrasi dan interaksi budaya dari generasi ke generasi. Selain sebagai bentuk keindahan dan hiburan, seni dan budaya berfungsi sebagai pilar kesejahteraan sosial-ekonomi, yang menopang pariwisata dan pendidikan. Dan adakalanya, seni dan budaya juga menyampaikan kearifan tentang pelestarian lingkungan.
Namun kini, banyak dari ekspresi budaya yang semakin terancam. UNESCO menyoroti kendala mobilitas, terbatasnya pertukaran antarbudaya, dan kurangnya platform regional yang menghambat para seniman untuk melestarikan karya mereka. Demikian pula, Pusat Arkeologi dan Seni Rupa Regional Asia Tenggara (SEAMEO SPAFA) mencatat bahwa tradisi lisan memudar seiring generasi muda beralih ke hiburan digital ketimbang menyaksikan pertunjukan langsung. Ada pula kekhawatiran tentang jaminan pendapatan dan kondisi kerja yang tidak jelas.
Pandemi COVID-19 memperparah kerentanan ini. Di Singapura, misalnya, jumlah pengunjung acara seni pertunjukan berbayar turun menjadi hanya sembilan persen dari angka tahun 2019, yang menggarisbawahi kerentanan yang terus berlanjut semasa krisis.
Menyambungkan Kembali Tradisi melalui Inisiatif Lintas Budaya
Karena banyak tradisi buaya di Asia Tenggara yang melampaui batas negara, pelestariannya membutuhkan kerja sama regional yang menjembatani komunitas dan memperkuat identitas bersama.
Beberapa inisiatif regional menunjukkan bagaimana kolaborasi dapat membantu menghidupkan kembali dan melestarikan warisan budaya bersama. Salah satu contohnya adalah program “Merangkul Warisan Budaya Bersama Melalui Seni Pertunjukan”, yang diluncurkan oleh UNESCO dan Temasek Foundation pada 2025. Program ini menyatukan lebih dari 480 seniman, pendidik, dan pemuda dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Melalui residensi, lokakarya, dan sesi mentoring, para peserta bersama-sama menciptakan pertunjukan yang terinspirasi oleh warisan daerah mereka, dengan tujuan menyeimbangkan pelestarian dengan inovasi.
Setali tiga uang, program Warisan Budaya Bersama: Menghubungkan Museum di Lima Negara menghubungkan museum di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Dengan mengintegrasikan kurasi museum, pendidikan, dan diplomasi budaya, proyek ini mempromosikan storytelling yang inklusif dan identitas kolektif.
Sementara itu, inisiatif SEAΔ (SEA Delta) oleh Mekong Cultural Hub dan British Council menghubungkan para pekerja budaya dari seluruh Asia Tenggara untuk bersama-sama menciptakan proyek-proyek di bidang seni, pendidikan, dan pembangunan sosial. Kolaborasi ini menekankan keberlanjutan, kepemimpinan, dan solidaritas regional melalui kreativitas bersama.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa kolaborasi regional bukan hanya tentang menjaga tradisi, tetapi juga tentang menjaga relevansinya di dunia yang berubah dengan cepat. Platform digital, misalnya, dapat memperluas akses ke audiens baru, sementara festival, residensi, dan pertukaran budaya regional memperkuat pembelajaran bersama.
Pada akhirnya, kolaborasi lintas batas dapat membantu para seniman bertukar pengetahuan, menafsirkan ulang warisan, dan membangun jembatan budaya baru di seluruh Asia Tenggara. Dalam hal ini, pemerintah dapat memperkuat kebijakan dan menyediakan dana untuk program lintas batas. Lembaga budaya dan pendidik dapat memfasilitasi bimbingan, lokakarya, dan pertukaran kreatif yang menghubungkan para praktisi lintas negara. Sementara itu, audiens dapat memainkan peran mereka dengan mendukung dan mempromosikan pertunjukan tradisional di ruang kontemporer. Melalui kerja sama, Asia Tenggara dapat memastikan bahwa warisan budaya bersamanya tidak hanya bertahan tetapi juga terus berkembang dan menginspirasi masa depan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
