Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional

Foto: Freepik.
Pemanasan suhu Bumi akibat perubahan iklim telah mendorong dunia untuk mengakselerasi transisi energi dan dekarbonisasi, dengan beralih ke penggunaan energi yang dianggap lebih bersih. Terkait hal ini, pemerintah telah meluncurkan dokumen Peta Jalan (Roadmap) Hidrogen dan Amonia Nasional sebagai panduan bagi para pemangku kepentingan dalam membangun dan mengembangkan ekosistem hidrogen dan amonia yang berkelanjutan di Indonesia.
Sekilas tentang Hidrogen dan Amonia
Hidrogen merupakan unsur kimia berbentuk gas dan tidak berwarna yang melimpah di alam. Dalam transisi energi, hidrogen dimanfaatkan sebagai sumber energi bersih karena tidak menghasilkan emisi karbon saat dibakar. Berdasarkan proses produksinya, hidrogen diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis warna: hidrogen abu-abu, yang diproduksi dari gas alam melalui proses steam methane reforming (SMR) tanpa penangkapan karbon; hidrogen biru, yang juga berasal dari gas alam namun dilengkapi dengan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS); serta hidrogen hijau yang dihasilkan melalui proses elektrolisis air menggunakan listrik dari energi terbarukan. Hidrogen hijau menjadi bentuk yang paling ramah lingkungan namun biaya produksi dan infrastruktur masih menjadi tantangan.
Sementara itu, amonia (NH₃) adalah senyawa kimia yang berbentuk gas atau cairan tidak berwarna dengan bau menyengat. Dalam konteks energi bersih, amonia berfungsi ganda: sebagai bahan bakar alternatif yang tidak menghasilkan emisi CO₂ saat dibakar dan sebagai media penyimpanan serta transportasi hidrogen yang relatif lebih mudah ditangani dibanding hidrogen murni. Amonia dapat digunakan langsung dalam sektor kelautan, industri, dan pembangkit listrik, serta dapat dipecah kembali menjadi hidrogen untuk keperluan lain. Amonia hijau, yang diproduksi dari hidrogen hijau, menawarkan solusi dekarbonisasi yang menjanjikan untuk sektor-sektor yang sulit dikurangi emisinya yang selama ini bergantung pada bahan bakar fosil.
Roadmap Hidrogen dan Amonia Nasional
Roadmap Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) menetapkan pendekatan strategis yang terintegrasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan hidrogen dan amonia di sektor energi, industri, dan transportasi nasional, seiring dengan meningkatnya permintaan akan hidrogen dan amonia, dengan tujuan akhir untuk mendukung pencapaian target emisi nol bersih pada tahun 2060. RHAN mencakup tiga fase:
- Fase Inisiasi (2025–2034), berfokus pada pelaksanaan proyek percontohan, pengembangan regulasi, skema insentif, pembiayaan, dan pengembangan infrastruktur serta SDM. Fase ini mencakup pengembangan kapasitas elektroliser sebesar 0-734 MW pada 2030, fasilitas reformasi biogas, dan pembangunan infrastruktur awal hidrogen.
- Fase Pengembangan dan Integrasi (2035–2045), mencakup peningkatan kapasitas fasilitas produksi hingga skala komersial, blending hidrogen dalam jaringan gas 40%, dan kapasitas pembangkit listrik berbasis 100% amonia sebesar 2,0 GW. Pada fase ini, adopsi hidrogen akan diperluas ke berbagai sektor industri seperti baja dan pupuk, serta sektor transportasi seperti kereta api dan kapal laut.
- Fase Akselerasi dan Berkelanjutan (2045–2060). Pada fase ini, kapasitas pembangkit listrik berbasis 100% hidrogen pada turbin gas diproyeksikan mencapai 25,3 GW pada tahun 2060, sementara kapasitas pembangkit listrik berbasis amonia di PLTU diproyeksikan meningkat hingga 8,4 GW. Untuk sektor transportasi, pemanfaatan hidrogen untuk FCEV sebesar 530 ribu ton, kereta api sebesar 1,2 ribu ton, dan kapal laut sebesar 453 ribu ton pada tahun 2060.
Mengatasi Tantangan
Ada banyak tantangan yang membentang di depan mata dalam pengembangan ekosistem hidrogen dan amonia di Indonesia, salah satunya terkait mahalnya biaya produksi hidrogen hijau dan amonia hijau. Untuk itu, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan terkait mesti mampu mengatasi tantangan-tantangan yang ada. Dokumen tersebut menekankan perlunya pendekatan berbasis data yang terukur pada setiap rantai pasok, disertai dengan monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara periodik, untuk memastikan keberhasilan implementasi RHAN.
Pada akhirnya, pengembangan hidrogen dan amonia harus menjadi bagian penting dari komitmen bersama untuk mewujudkan transisi energi yang adil, aman, dan inklusif. Untuk itu, diperlukan kolaborasi aktif antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, serta komunitas akar rumput agar seluruh proses transformasi ini tidak hanya berorientasi pada efisiensi dan emisi rendah, tetapi juga menjamin keadilan sosial dan akses energi yang merata.
Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.