Wawancara dengan Verly Widiantoro, Direktur Teknik dan Produksi WIKA Beton

Verly Widiantoro, Direktur Teknik dan Produksi WIKA Beton. | Foto: WIKA Beton.
Bisa ceritakan tentang organisasi Anda dan peran Anda saat ini?
PT Wijaya Karya Beton Tbk (WIKA Beton) didirikan sebagai salah satu perusahaan anak BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk pada tahun 1997 dengan visi untuk menjadi perusahaan terkemuka dalam bidang Engineering- Production-Installation (EPI) di industri beton Asia Tenggara. Untuk mencapai visi ini, WIKA Beton beroperasi dengan 14 pabrik, 1 mobile plant, 3 crushing plant, dan 3 jetty yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang pertumbuhan industri konstruksinya tinggi. Saat ini, WIKA Beton juga telah memiliki 4 anak usaha.
WIKA Beton mempunyai komitmen keberlanjutan dengan prinsip triple bottom line: People, Planet, Profit. Sebagai salah satu Direksi WIKA Beton, saya memiliki tanggung jawab untuk menentukan arah perusahaan serta mengendalikan operasional perusahaan untuk mencapai visi misi perusahaan. Tak hanya itu, saya juga memimpin inisiatif perusahaan untuk turut berkontribusi membangun masa depan yang berkelanjutan. WIKA Beton terus berinovasi bukan hanya untuk sekadar menjadi market leader dalam industri beton, tapi kami juga memiliki keyakinan bahwa setiap tindakan perusahaan harus berkontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan.
Apa komitmen dan tujuan keberlanjutan perusahaan Anda?
Perkembangan inisiatif keberlanjutan perusahaan kami dalam beberapa tahun terakhir ini cukup membanggakan. WIKA Beton menjadi pelopor di industri beton nasional yang berhasil mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam setiap aspek operasional. Sejumlah langkah besar berani kami ambil demi mengurangi dampak lingkungan, sejalan dengan komitmen kami terhadap pembangunan berkelanjutan.
Pertama, kami mengadopsi penggunaan bahan material yang ramah lingkungan. Saat ini, 60% dari total konsumsi semen kami sudah menggunakan semen ramah lingkungan. Kami berencana meningkatkannya hingga 80% di tahun depan, dan terus meningkat setiap tahunnya. Kami juga memanfaatkan limbah batu bara fly ash sebagai pengganti semen dalam produksi beton, material Artificial Aggregate kasar dari limbah pabrik, terak nikel, serta terak tanur sembur berbutir tanah (Ground Granulated Blast Furnace Slag/GGBFS).
Kedua, kami fokus pada pengembangan inovasi produk ‘beton hijau’ (green concrete) yang tidak hanya ramah lingkungan, namun juga tetap mengedepankan standar kualitas & mutu produk. Misalnya seperti beton porous, produk sumur resapan segmental, dan beton geopolimer.
Ketiga, proses produksi kami telah menerapkan pendekatan zero-waste pada proses pemadatan produk beton putar. Terdapat pula inovasi non-steam pada proses percepatan produksi. Bahkan, energi untuk penerangan seluruh pabrik kami telah menggunakan solar cell.
Apa tantangan terberat Anda dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut?
Berdasarkan data dari Circularity Gap Report (2023), 40% emisi GRK global berasal dari kegiatan konstruksi, penggunaan, dan pembongkaran bangunan. Sebagai produsen yang kegiatan utamanya memanfaatkan sumber daya alam seperti batu alam dan pasir, kami merasa terpanggil untuk menurunkan efek negatif emisi yang dihasilkan. Usaha ini tentu saja berpengaruh pada cost. Kami harus memutar otak bagaimana caranya agar kami tetap bisa berproduksi dengan cost yang kompetitif, namun tidak ikut memperparah kerusakan lingkungan.
Apa peluang yang Anda lihat untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut?
Kami melihat peluang untuk mengembangkan inovasi lingkungan, misalnya dengan menggunakan teknologi baru yang ramah lingkungan. Hal ini juga merupakan peluang untuk mendorong efisiensi sumber daya, yang melibatkan optimalisasi penggunaan bahan mentah dan sumber daya, menerapkan praktik yang mengurangi limbah, dan meningkatkan daur ulang. Selain itu, kami juga melakukan investasi pada instalasi sel surya dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Berinvestasi pada energi terbarukan tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga menurunkan biaya energi jangka panjang.
Selain itu, kami melihat peluang yang signifikan dalam proyek-proyek yang berfokus pada keberlanjutan, seperti proyek IKN dan lainnya. Isu terkait lainnya adalah beton hijau. Kami secara aktif mengadvokasi penggunaan beton hijau untuk menciptakan permintaan pasar yang lebih besar terhadap produk-produk berkelanjutan. Tujuan kami adalah menjadikan merek WIKA Beton dikenal sebagai perusahaan yang sadar lingkungan, baik di kalangan masyarakat maupun investor lokal atau internasional.
Terakhir, kami juga mempertimbangkan pentingnya kolaborasi dengan pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membentuk bisnis yang berkelanjutan
Apa isu-isu ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola) yang menjadi fokus organisasi Anda, dan bagaimana Anda mengintegrasikannya ke dalam keberlanjutan perusahaan Anda?
Kami menerapkan pendekatan yang komprehensif terhadap isu-isu Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG), dengan fokus utama saat ini pada dekarbonisasi dan renewable energy. Bukan hanya berhenti pada level compliance, tapi kami sudah mengintegrasikan prinsip-prinsip tersebut ke inti operasi bisnis kami.
Bagaimana Anda mengkomunikasikan strategi dan inisiatif keberlanjutan perusahaan Anda kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal?
Transparansi dan akuntabilitas sangat penting dalam mengkomunikasikan strategi keberlanjutan kami kepada para pemangku kepentingan. Kami juga berusaha menanamkan kesadaran akan praktik keberlanjutan, dimulai dari internal pegawai kami sendiri. Kami memastikan semua keberhasilan maupun tantangan kami bagikan secara terbuka. Informasi ini dapat dengan mudah diakses di website, sosial media, maupun pemberitaan di media massa, dan juga terangkum dalam Laporan Keberlanjutan.
Jika Anda hendak membagikan saran yang Anda pelajari selama menjalani peran Anda yang mungkin bermanfaat bagi rekan-rekan Anda dan para praktisi keberlanjutan di seluruh dunia, apa yang akan Anda sampaikan?
Jika kami harus memberikan nasihat, kira-kira akan seperti ini:
“Keberlanjutan adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Hal ini membutuhkan kesabaran, dedikasi, serta komitmen untuk pembelajaran dan adaptasi yang berkelanjutan. Kita bukan hanya sekadar berbisnis; kita harus menjalankan bisnis secara bertanggung jawab dan berkelanjutan bagi kebaikan masa depan kita semua.”
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.
Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan Anda