Melestarikan Situs Warisan di Tengah Perubahan Iklim

Foto: Thomas Griggs di Unsplash.
Perubahan iklim telah menimbulkan dampak dalam berbagai bentuk. Situs-situs warisan, yang telah bertahan melewati waktu, juga ikut terdampak. Hal ini menekankan perlunya memperkuat ketahanan iklim untuk melestarikan warisan dunia, di samping masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Ancaman terhadap Situs Warisan
Perubahan iklim telah mengubah kehidupan kita hari ini dan masa depan yang menanti kita. Kini, krisis iklim juga perlahan menghapus peninggalan sejarah dari masa lalu. Situs-situs warisan di seluruh dunia, yang telah bertahan selama berabad-abad, kini menghadapi ancaman erosi, cuaca ekstrem, dan banjir.
Misalnya, karya seni dan kitab suci di Gua Mogao, China, berisiko mengelupas dan lepas akibat meningkatnya kelembapan dan kebocoran air. Gua ini dibangun pada tahun 366 M, dan dianggap sebagai salah satu situs budaya terkaya untuk seni Buddha. Demikian pula, patung dan arsitektur di Rapa Nui, Chili, juga terancam banjir dalam beberapa dekade mendatang.
Para peneliti dari Universitas Hawaiʻi di Mānoa menemukan bahwa Ahu Tongariki, salah satu artefak penting di pesisir pulau tersebut, kemungkinan akan terendam gelombang pada tahun 2080. Mereka menggunakan simulasi untuk memprediksi kondisi gelombang di sepanjang garis pantai pulau tersebut, yang telah mengalami kenaikan permukaan laut. IPCC memiliki proyeksi serupa. Permukaan laut pulau tersebut mungkin akan naik hingga 0,94 m dari garis dasar 1995–2014 pada tahun 2100. Ini berarti permukaan laut dapat mencapai 2 meter jika tidak ada tindakan signifikan untuk membatasi emisi gas rumah kaca global.
Tantangan & Potensi
Situs warisan budaya sering dianggap memiliki potensi pariwisata yang berkontribusi dalam mendukung mata pencaharian masyarakat sekitar. Namun, lebih dari itu, situs-situs warisan juga memiliki peran penting dalam upaya kita mendukung pembangunan berkelanjutan.
Situs warisan budaya seperti Gua Mogao dan Rapa Nui sangat penting dalam melestarikan pengetahuan dan sejarah berabad-abad, menawarkan wawasan dan kearifan berharga bagi generasi hari ini dan mendatang. Kedua situs tersebut termasuk dalam daftar situs Warisan Dunia UNESCO, yang mencakup lebih dari seribu situs budaya, alam, dan campuran.
Sementara itu, situs warisan alam dapat berfungsi sebagai penyangga alami terhadap dampak iklim dan bencana, sekaligus melindungi keanekaragaman hayati. Cagar Biosfer Kupu-kupu Raja di Meksiko, yang juga merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, merupakan area penting tempat kupu-kupu raja menghabiskan musim dingin.
Situs warisan juga merupakan ekosistem dan budaya Masyarakat Adat yang telah mereka lestarikan dan praktikkan selama beberapa generasi. Mereka memainkan peran penting dalam memajukan pembangunan berkelanjutan melalui keyakinan dan praktik yang selaras dengan alam. Sayangnya, ekosistem dan budaya ini berada di bawah tekanan perubahan iklim dan pembangunan modern yang tak terbendung.
Merawat Sejarah
Situs warisan merupakan aset berharga yang perlu dilindungi dari dampak perubahan iklim. Memahami hal ini sangat penting untuk merumuskan intervensi yang efektif dan bermakna guna memperkuat ketahanan iklim di situs-situs tersebut.
Pada akhirnya, diperlukan tindakan kolektif. Melibatkan komunitas lokal—ide, kearifan lokal, dan pengalaman mereka—melalui tata kelola yang terintegrasi dan inklusif sangat penting untuk menerapkan intervensi yang mendasar. Sementara itu, pemerintah dan organisasi internasional bertanggung jawab untuk memberikan bantuan dalam bentuk pembiayaan, teknologi, dan pengembangan kapasitas guna menciptakan upaya yang lebih efektif, komprehensif, dan tangguh dalam meningkatkan ketahanan iklim di situs-situs warisan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.
Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan AndaMadina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.