Mendukung Perempuan Lepas dari Kesenjangan Gender di Dunia Kerja

Foto: Lindsey LaMont di Unsplash.
Perempuan merupakan entitas penting dalam kehidupan. Dalam banyak aspek, peran perempuan sangat vital dan bahkan tak tergantikan. Sayangnya, sampai saat ini, perempuan secara umum belum mendapatkan hak dan akses yang setara dengan laki-laki. Kesenjangan gender masih terjadi di banyak tempat dan waktu.
Dalam laporan Global Gender Gap Report 2022 World Economic Forum (WEF), ketimpangan gender secara umum terjadi di empat bidang, yakni pemberdayaan politik, partisipasi dan peluang ekonomi, pencapaian pendidikan, serta kesehatan dan kelangsungan hidup. Dalam laporan ini, Indonesia mendapat skor indeks ketimpangan gender 0,697 dan berada di peringkat ke-92 dari 146 negara. Artinya, ketimpangan gender di Indonesia masih terbilang tinggi.
Salah satu faktor yang menghambat terwujudnya kesetaraan gender di Indonesia adalah ketimpangan dalam dunia kerja.
Kesenjangan Gender dalam Dunia Kerja
Perempuan berada di posisi timpang dengan laki-laki terkait akses ke pekerjaan, terutama di bidang formal. Hal ini terlihat dari persentase tenaga kerja formal yang didominasi laki-laki dengan jumlah 43,97 persen, sementara perempuan hanya 35,57 persen pada 2022.
Perempuan di Indonesia juga rentan mengalami glass ceiling, kondisi di mana perempuan tidak dapat mencapai tangga karier yang lebih tinggi dari laki-laki dalam posisi manajemen. Dalam catatan ILO 2020, representasi perempuan terus menyusut dalam keterwakilan manajerial di banyak perusahaan. Survei ILO terhadap 416 perusahaan di Indonesia menemukan sebanyak 61 persen perempuan menduduki jabatan sebagai manajer pengawas, 70 persen sebagai manajer menengah, 49 persen sebagai manajer senior dan hanya 22 persen yang menduduki posisi eksekutif puncak dalam tangga karier di sektor formal.
Lebih dari separuh perusahaan hanya memiliki 1 hingga 10 persen eksekutif perempuan. Selain itu, dalam peran manajemen, perempuan terkonsentrasi pada fungsi yang cenderung tidak mengarah ke posisi eksekutif puncak, dewan direksi, dan CEO. Analisis McKinsey Global Institute pada 2018 juga menemukan keterwakilan perempuan di Indonesia di sektor manajemen senior hanya sebesar 13 persen, dan hanya 5 persen yang menduduki posisi dewan direksi.
Dorong Perempuan Lebih Berdaya Saing
Dukungan akses ekonomi dengan menyediakan kesempatan yang setara dalam dunia kerja penting untuk mendorong daya saing perempuan. Upaya ini dapat dimulai melalui sejumlah upaya, di antaranya:
- Menghapus diskriminasi dalam sistem pengupahan bagi perempuan, yang selama ini mencapai 30 persen di sektor formal, dan bahkan sampai 50 persen di sektor informal. Upaya ini dapat meningkatkan produktivitas perempuan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
- Melibatkan perempuan dalam posisi puncak manajerial di perusahaan melalui validasi data sumber daya manusia (SDM) hingga data persepsi staff dan kebijakan perusahaan secara mendalam.
- Mendorong perusahaan menerapkan prinsip gender balance dan menunjuk lebih banyak perempuan menduduki posisi puncak manajemen serta posisi pengambilan keputusan.
- Perusahaan juga perlu mempromosikan pengaturan kerja yang fleksibel untuk memungkinkan perempuan dan laki-laki menjalankan tanggung jawab keluarga secara setara.
- Untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi, perusahaan perlu memprioritaskan pelatihan pengembangan skill dan kapasitas seperti bagi karyawan perempuan untuk meningkatkan kolaborasi dan produktivitas.
- Penyediaan layanan pengasuhan anak atau daycare yang berkualitas dan terjangkau juga dapat menjadi dukungan penting untuk mendorong partisipasi perempuan di dunia kerja dan memiliki penghasilan. Hal ini memerlukan dukungan kebijakan dari pemerintah.
Pada akhirnya, mewujudkan kesetaraan gender memerlukan sinergi para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan. Mempromosikan kesetaraan gender juga dapat menjadi jembatan bagi upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan taraf hidup.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Maulina adalah Reporter & Peneliti untuk Green Network Asia - Indonesia. Dia meliput Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.