Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene

Pelestarian dan perlindungan penyu harus terus dilakukan, agar keindahan dan keberadaan mereka tetap lestari di lautan serta pantai-pantai Majene. Itulah yang diupayakan oleh Komunitas Sammuane Pannu (SAMPAN) di Majene, Sulawesi Barat.
Oleh Ihsan Tahir
3 Juli 2025
sekelompok orang berfoto bersama dengan sebagian berdiri dan sebagian berjongkok.

Komunitas Sammuane Pannu berfoto bersama setelah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang konservasi penyu dalam Festival Sungai Tubo-Salutambung, 17 Juni 2025. | Foto: Dokumentasi Sammuane Pannu.

Di samudera yang luas dan biru, penyu menari lembut di antara gelombang yang memeluk pantai, menjadi saksi bisu keanekaragaman hayati yang menakjubkan. Dunia ini menyimpan berbagai jenis penyu, makhluk purba yang telah mengarungi lautan ribuan tahun lamanya. Dari si hijau yang lembut, hingga si abu-abu yang gagah, setiap penyu menyimpan keunikan dan kisahnya sendiri.

Secara global, dikenal sekitar tujuh jenis penyu yang tersebar di berbagai belahan dunia. Mereka adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu cokelat (Caretta caretta), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu peta (Natator depressus), dan penyu tempayan (Lepidochelys kempii). Setiap spesies memiliki karakteristik unik, mulai dari bentuk cangkang hingga pola migrasi yang panjang, mengarungi lautan luas, mencari tempat bertelur yang aman dan tanah yang subur.

Di Indonesia, negeri yang diberkahi kekayaan laut, jumlah penyu yang mendaratkan diri di pantai-pantainya pun tak kalah beragam. Diperkirakan, puluhan ribu populasi penyu setiap tahunnya memanfaatkan pantai-pantai Indonesia sebagai tempat bertelur, dengan beberapa spesies yang sangat dilindungi dan terancam punah. Jumlah penyu di Indonesia mencapai lebih dari lima jenis yang penting dan dikenal luas, seperti penyu hijau, penyu sisik, penyu belimbing, dan penyu tempayan, yang menjadi bagian dari kehidupan laut negeri ini sekaligus simbol konservasi yang harus dijaga.

Sementara di wilayah Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, keberadaan penyu menjadi bagian dari harmoni alam yang memukau. Di sini, setidaknya ditemukan tiga jenis penyu yang sering menjadi penghuni dan penanda ekosistem pesisir, yaitu penyu hijau, penyu sisik, dan penyu lekang. Keberadaan mereka tidak hanya berarti keberlangsungan biodiversitas, tetapi juga menjadi simbol penting dalam budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Upaya pelestarian dan perlindungan terhadap penyu-penyu ini harus terus dilakukan agar keindahan dan keberadaan mereka tetap lestari di lautan serta pantai-pantai Majene, sehingga generasi mendatang dapat menyaksikan makhluk purba ini melintasi jantung lautan Nusantara yang memesona. Itu pulalah yang diupayakan oleh Komunitas Sammuane Pannu (SAMPAN).

Komunitas Sammuane Pannu (SAMPAN)

sejumlah orang menanam mangrove di pantai
Kegiatan pelepasan tukik dan penanaman mangrove di sepanjang Pantai Lombongan, Desa Tammerodo Utara, Majene. | Foto: Dokumentasi Sammuane Pannu/Ari.

Di balik riuh ombak yang memecah kesunyian pesisir pantai Majene, tersimpan cerita tentang sebuah perjuangan yang lahir dari rasa penasaran dan kepedulian. Kisah ini bermula di Dusun Lombongan, Desa Tammerodo Utara, pada Mei 2018, di mana sekelompok pemuda menyaksikan kenyataan pahit: telur penyu yang seharusnya menjadi harapan kehidupan, malah menjadi santapan masyarakat dan mangsa predator. Dari sinilah benih sebuah gerakan penyelamatan mulai tumbuh, sebuah perjalanan panjang yang belakangan terbentuk dengan nama Komunitas Sammuane Pannu (SAMPAN).

Awalnya, rasa penasaran sederhana tentang bagaimana telur penyu berubah menjadi tukik, lalu tumbuh menjadi penyu dewasa, membuka mata para pemuda Dusun Lombongan. Mereka mulai menyelidiki siklus hidup makhluk purba ini, menyadari betapa rapuhnya proses kelahiran penyu yang sering terancam oleh tangan manusia dan binatang predator. Ketika populasi penyu semakin menipis, keprihatinan itu berubah menjadi panggilan jiwa untuk bertindak.

Sammuane Pannu, yang dalam bahasa lokal berarti “Sahabat Penyu,” bukan sekadar gerakan konservasi biasa. Ia adalah manifestasi dari cinta dan tanggung jawab terhadap alam yang diwariskan nenek moyang. Para pemuda yang tergabung dalam komunitas ini mulai mengorganisasi patroli malam, menjaga sarang telur penyu dari ancaman pencurian dan predator. Mereka juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian penyu, bukan hanya sebagai warisan alam, tapi juga sebagai bagian dari identitas budaya pesisir Majene.

Melawan Arus Tradisi dan Tantangan

beberapa anak melepas tukik
Kegiatan pelepasan tukik dan penanaman mangrove bersama masyarakat.  | Foto: Dokumentasi Sammuane Pannu/Ari.

Perjuangan Sammuane Pannu tidaklah mudah. Tradisi lama yang menganggap telur penyu sebagai makanan, memberi banyak khasiat, dan sumber penghasilan, harus mereka hadapi dengan sabar dan strategi. Namun, dengan pendekatan yang mengedepankan dialog dan pemahaman, lambat laun sikap masyarakat berubah. Mereka mulai melihat penyu bukan sebagai santapan, melainkan makhluk yang harus dilindungi demi keberlangsungan ekosistem dan masa depan anak cucu.

Kini, di pesisir Majene, suara ombak bukan hanya mengiringi langkah kaki para penjaga penyu, tapi juga menjadi saksi kebangkitan harapan. Tukik-tukik kecil kembali menari di bibir pantai, menandakan bahwa perjuangan mulai membuahkan hasil. Kisah ini mengajarkan kita bahwa rasa penasaran dan kepedulian dapat melahirkan kekuatan untuk mengubah nasib alam dan manusia.

Namun, gerakan ini tidak boleh berhenti sampai di sini karena tantangan akan semakin berat di masa-masa mendatang. Perubahan iklim dan dampaknya yang semakin meningkat, perburuan dan perdagangan penyu yang beroperasi dalam senyap, serta degradasi ekosistem laut terutama akibat aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab, menggarisbawahi bahwa perjuangan ini harus terus berlanjut, ditingkatkan, serta diperluas; dan semua itu memerlukan komitmen, tanggung jawab, dan keterlibatan dari lebih banyak pihak.

Kembali ke Akar, Menemukan Makna

Pada akhirnya, Sammuane Pannu bukan hanya cerita tentang penyelamatan penyu, melainkan juga perjalanan kembali ke akar, menemukan makna hidup yang sejati melalui harmoni dengan alam. Di tengah modernitas yang kian menggerus nilai-nilai tradisional, inisiatif ini menjadi pengingat bahwa menjaga alam adalah menjaga diri kita sendiri. Semoga semangat Sammuane Pannu dapat menginspirasi generasi muda di mana pun untuk mencintai dan melestarikan warisan bumi yang tak ternilai harganya.

Editor: Abul Muamar


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Ihsan Tahir
+ postsBio

Ihsan adalah seorang advokat dan pegiat di Sulbar Connection Forum, sebuah forum yang membahas dan melakukan aksi terkait isu-isu sosial, hukum, lingkungan, dan pendidikan. Ia merupakan alumnus Universitas Islam Indonesia, dan aktif dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan.

    This author does not have any more posts.

Continue Reading

Sebelumnya: Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi
Berikutnya: GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi

Artikel Terkait

sekelompok muda-mudi berfoto bersama. Gerakan Masjid BERKAH: Kolaborasi Pengelolaan Sampah di Kota Bandung
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Gerakan Masjid BERKAH: Kolaborasi Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

Oleh Khoirun Nisa’ dan Lulu Nailufaaz
11 Juli 2025
bola lampu basah tergantung di kawat Bagaimana Solar Sister Menghubungkan Energi Bersih dengan Pemberdayaan Perempuan di Afrika
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Solar Sister Menghubungkan Energi Bersih dengan Pemberdayaan Perempuan di Afrika

Oleh Attiatul Noor
11 Juli 2025
foto terumbu karang dengan segerombolan ikan kecil yang berenang di dekatnya Indonesia Tandatangani Komitmen Tingkat Tinggi untuk Pelindungan Terumbu Karang
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Indonesia Tandatangani Komitmen Tingkat Tinggi untuk Pelindungan Terumbu Karang

Oleh Seftyana Khairunisa
10 Juli 2025
orang membuat tabung untuk menampung gas Inisiatif Energi Terbarukan Berbasis Komunitas di Desa-Desa Transmigran Halmahera
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Inisiatif Energi Terbarukan Berbasis Komunitas di Desa-Desa Transmigran Halmahera

Oleh Arifa Fajar
10 Juli 2025
bola lampu dengan colokan dengan latar hijau Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional

Oleh Abul Muamar
9 Juli 2025
balok-balok kayu dengan simbol ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan

Oleh Kresentia Madina
9 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.