Meningkatkan Dukungan untuk Kesehatan Mental Remaja
Kesehatan mental remaja telah menjadi masalah serius di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Peristiwa yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental remaja kerap muncul dalam pemberitaan media dari berbagai penjuru. Sayangnya, dukungan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di Indonesia masih kurang. Untuk mewujudkan generasi Indonesia yang tangguh, meningkatkan dukungan bagi kesehatan mental remaja, pemuda, dan anak-anak adalah hal yang krusial.
Kesehatan Mental Remaja di Indonesia
Menurut WHO, kesehatan mental adalah keadaan sejahtera secara mental yang memungkinkan seseorang untuk mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, belajar dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi bagi masyarakat. Penelitian Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 mengungkap bahwa satu dari tiga remaja (34,9% atau 15,5 juta jiwa) berusia 10-17 tahun di Indonesia mengalami masalah mental.
Menurut penelitian tersebut, kecemasan menjadi masalah kesehatan mental yang paling banyak dialami oleh remaja di Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, dengan angka 26,7 persen. Remaja perempuan memiliki prevalensi depresi yang lebih tinggi dibanding remaja laki-laki, sedangkan remaja laki-laki memiliki prevalensi masalah perilaku dan masalah terkait pemusatan perhatian yang lebih tinggi dibanding remaja perempuan.
Meningkatnya beban dan tanggung jawab dalam hidup seiring menuju dewasa, serta buramnya gambaran masa depan terutama menyangkut pekerjaan dan cita-cita, merupakan beberapa faktor utama pemicu kecemasan yang dialami oleh remaja dan pemuda. Sayangnya, meski isu kesehatan mental meningkat, hanya sedikit remaja yang mencari bantuan profesional untuk mengatasi masalah kesehatan mental mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh tim Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia menemukan bahwa banyak remaja memilih mengatasi kecemasan mereka dengan menyakiti diri mereka sendiri (51,4%) hingga ingin mengakhiri hidup (57,8%). Hal ini mesti menjadi perhatian semua pihak mengingat hampir seperempat dari total penduduk Indonesia merupakan kelompok remaja dan pemuda, yang memiliki peran penting bagi perkembangan Indonesia, terutama untuk meraih bonus demografi dan mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
“Hanya 2,6 persen dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental menggunakan fasilitas kesehatan mental atau konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah emosi dan perilaku mereka dalam 12 bulan terakhir. Angka tersebut masih sangat kecil dibandingkan jumlah remaja yang sebenarnya membutuhkan bantuan dalam mengatasi permasalahan mental mereka,” kata Profesor Siswanto Agus Wilopo, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM yang merupakan peneliti utama I-NAMHS.
Meningkatkan Dukungan
Masalah kesehatan mental remaja menjadi semakin mendesak di tengah berbagai krisis yang melanda dunia, termasuk pandemi dan krisis kemanusiaan. Laporan UNICEF mengungkap bahwa kegagalan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mental dari 25,8 juta anak-anak dan remaja yang terkena dampak krisis kemanusiaan dan hidup dengan kondisi kesehatan mental akan mengakibatkan hilangnya pendapatan sebesar US$151 miliar sepanjang hidup mereka. Untuk itu, intervensi dukungan kesehatan mental dan psikososial di lingkungan pendidikan dapat menjadi salah satu solusi yang berarti.
Sekolah dan lingkungan pendidikan merupakan tempat di mana masalah kesehatan mental remaja sering mencuat. Beberapa kasus kekerasan yang melibatkan murid di sekolah menunjukkan bahwa isu kesehatan mental di lingkungan pendidikan memerlukan penanganan serius.
Penelitian I-NAMHS memberikan sejumlah rekomendasi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan mental remaja di Indonesia.
- Mengutamakan upaya-upaya yang mendukung pengelolaan gangguan kesehatan mental (utamanya kecemasan) pada remaja, termasuk edukasi untuk remaja dan keluarganya terkait kapan dan bagaimana cara mencari pertolongan profesional untuk gejala gangguan mental.
- Mengimplementasikan penapisan dan strategi manajemen yang spesifik disertai dengan integrasi jalur rujukan kesehatan mental ke dalam sistem sekolah.
- Menerapkan program literasi kesehatan mental dengan sasaran pengasuh utama harus berfokus untuk memastikan agar mereka merasa lebih siap untuk menangani kecemasan yang ditunjukkan oleh remaja.
- Memberikan pelatihan kesehatan mental kepada para tenaga kesehatan di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan mental serta penanganannya di dalam lingkup kerja layanan kesehatan yang ada. Sumber daya juga harus dikhususkan untuk task-shifting dan usaha peningkatan kapasitas kesehatan mental di kalangan tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil.
Kesehatan Mental Adalah Hak Asasi Manusia Universal
Di berbagai tempat, banyak orang dengan gangguan kesehatan mental mengalami berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Banyak dari mereka yang dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat, mengalami berbagai bentuk diskriminasi, hingga kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan mental yang mereka butuhkan. Semua itu perlu segera kita akhiri bersama-sama, termasuk dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental setiap orang.
Pada peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023, PBB menyerukan bahwa kesehatan mental merupakan hak asasi manusia universal. Beberapa pesan utama yang ditekankan adalah:
- Kesehatan mental yang baik merupakan bagian integral dari kesehatan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.
- Gangguan kesehatan mental merupakan ancaman signifikan terhadap kesejahteraan generasi muda.
- Layanan dan dukungan kesehatan mental masyarakat yang berkualitas sangat penting untuk masa depan kita semua.
- Kita mesti melawan stigma dan diskriminasi terkait kesehatan mental.
- Setiap orang berhak mengakses layanan kesehatan mental yang berkualitas.
- Setiap orang memiliki pikiran yang gemilang, kompleks, dan berbeda-beda. Namun hak kita sama.
- Setiap orang mempunyai hak untuk hidup mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat.
“Memiliki kondisi kesehatan mental tidak boleh menjadi alasan untuk menghilangkan hak asasi seseorang atau mengecualikan mereka dari pengambilan keputusan mengenai kesehatan mereka sendiri,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam pesannya untuk Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.