Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Pentingnya Lingkungan Gizi Sehat di Sekolah dalam Mendukung Kesehatan Anak

Lingkungan gizi yang sehat di sekolah merupakan hal mendasar untuk mendukung tumbuh-kembang dan kesejahteraan anak. Lantas, bagaimana kondisi lingkungan gizi di sekolah-sekolah di Indonesia?
Oleh Andi Batara
14 Juli 2025
Dua anak sedang memegang roti dengan banyak kotak bekal berisi buah dan berbagai makanan di hadapannya.

Foto: Freepik.

Kebiasaan dan gaya hidup anak sejak dini, termasuk pola makan dan aktivitas fisik sebagian besar terbentuk di sekolah. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang sehat dapat berperan besar dalam mendukung tumbuh-kembang dan kesejahteraan jangka panjang mereka. Namun, menciptakan lingkungan gizi yang sehat di sekolah bukanlah perkara mudah. Laporan UNICEF menyoroti pentingnya lingkungan gizi yang sehat di sekolah dalam mendukung kesehatan anak, sekaligus memetakan sejauh mana sekolah-sekolah dasar di beberapa wilayah di Indonesia menyediakan lingkungan yang mendukung pola hidup sehat.

Tantangan Lingkungan Gizi di Sekolah

Lingkungan gizi sekolah meliputi akses terhadap makanan bergizi, air minum yang aman, edukasi gizi, dan dukungan terhadap aktivitas fisik yang cukup. Semua elemen ini berperan penting dalam membentuk kebiasaan makan dan gaya hidup anak. Namun, sejauh ini, isu tersebut belum menjadi perhatian utama dalam praktik pendidikan maupun kebijakan kesehatan di sekolah.

Di banyak sekolah di berbagai daerah, anak-anak kerap terpapar makanan ultra-proses (ultra-processed food/UPF) yang seringkali mengandung kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi. Selain itu, berdasarkan data nasional, satu dari dua anak mengonsumsi satu atau lebih minuman manis setiap harinya. Studi terhadap beberapa sekolah di Jakarta menunjukkan bahwa pilihan makanan yang tersedia di kantin sekolah umumnya tinggi kalori, gula, dan lemak, sementara buah dan sayur jarang menjadi pilihan utama. Pemeriksaan rutin oleh fasilitas kesehatan juga lebih menekankan aspek kebersihan dibanding kualitas gizi makanan yang dijual.

Isu ini bukannya tanpa respons. Di beberapa daerah, telah terdapat pendekatan kantin sehat dengan dukungan dari pemerintah lokal dan organisasi masyarakat. Namun, masalah masih tetap bergulir. Misalnya, studi terhadap 147 sekolah dasar (SD) di Bantul, DI Yogyakarta, menunjukkan bahwa hanya sekitar 43,5 persen sekolah yang kantinnya memenuhi standar sehat berdasarkan Healthy Canteen Score (HCS).

Minimnya Sekolah yang Menyediakan Lingkungan Gizi yang Sehat

Implementasi lingkungan gizi yang sehat di sekolah membutuhkan kebijakan yang terarah, sumber daya yang memadai, serta pemantauan yang berkelanjutan. Selain itu, pemahaman terhadap kondisi di lapangan menjadi dasar penting untuk merumuskan intervensi yang kontekstual. Laporan UNICEF memberikan gambaran mengenai sejauh mana sekolah dasar di Indonesia telah menyediakan lingkungan yang mendukung pola hidup sehat bagi anak.

Laporan tersebut didasarkan pada sampel dari 268 sekolah dasar yang berada di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua. Penilaian dilakukan dengan menggunakan alat Nutrition Environment Assessment Tool for Schools (NEAT-S), yang mencakup penilaian terhadap makanan, minuman, edukasi terkait gizi, dan aktivitas fisik. Hasilnya, hanya 5,2 persen sekolah yang menyediakan pilihan makanan sehat seperti buah, sayur, maupun biji-bijian utuh, serta tidak menyajikan makanan dan minuman manis, makanan tinggi garam, dan makanan yang digoreng. Mayoritas sekolah masih membiarkan para pedagang menyajikan makanan-makanan tidak sehat dan minim nutrisi, seperti cilok, sosis bakar, gorengan, minuman boba, dan banyak lagi. Kondisi tersebut tergambar dari kecilnya proporsi sekolah yang tidak menjual minuman berpemanis (1,5 persen) dan makanan manis, asin, atau digoreng (2,2 persen).

Laporan tersebut juga mengungkap bahwa kebijakan terkait makanan sehat atau lingkungan aktivitas fisik di sekolah seringkali hanya berupa kesepakatan lisan, bukan aturan tertulis. Meskipun banyak sekolah yang terbebas dari pemasaran dan sponsor makanan tidak sehat, produk-produk tidak sehat tetap beredar luas di banyak sekolah, dan hanya sebagian kecil sekolah yang membatasi penyebarannya. Selain itu, hanya 26,5 persen sekolah yang melaksanakan aktivitas fisik yang mencukupi bagi siswa, yakni  60 menit per hari atau 300 menit per minggu sesuai standar World Health Organization (WHO). Kondisi tersebut diakibatkan oleh kurangnya penyediaan ruang dan waktu yang memadai untuk mendukung aktivitas fisik anak di sebagian besar sekolah. Selain itu, meningkatnya penggunaan perangkat elektronik atau screen time, kurangnya tempat yang aman dan mudah diakses untuk beraktivitas fisik, dan adanya norma budaya dan sosial di Indonesia yang memprioritaskan prestasi akademik dibanding aktivitas fisik juga berkontribusi pada minimnya aktivitas fisik siswa.

Memperkuat Regulasi dan Intervensi

Perbaikan lingkungan gizi di sekolah perlu dimulai dari penguatan regulasi dan intervensi  seperti penataan kantin, peningkatan kapasitas guru terkait gizi, aturan penjualan produk makanan di lingkungan sekolah, serta pelibatan orang tua secara aktif. Sejalan dengan hal tersebut, UNICEF memberikan sejumlah rekomendasi untuk mewujudkan lingkungan gizi sekolah yang lebih sehat:

  • Meningkatkan kebijakan terkait lingkungan pangan, termasuk langkah-langkah spesifik untuk menciptakan lingkungan gizi sekolah yang lebih sehat, yang mencakup  pedoman nasional kantin sekolah, regulasi mengenai penjualan dan pemasaran makanan tidak sehat di dalam dan sekitar sekolah, skema pelabelan gizi pada bagian depan kemasan, dan kebijakan fiskal untuk membuat makanan tidak sehat menjadi lebih mahal.  
  • Memperluas cakupan dan kualitas layanan gizi esensial di sekolah melalui rencana aksi yang meningkatkan jangkauan dan efektivitas program. Hal ini mencakup penguatan peran petugas kesehatan, sekolah, dan orang tua, dengan langkah-langkah kunci seperti mengalokasikan anggaran khusus, membangun sistem pemantauan kepatuhan konsumsi suplemen, dan mengadakan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran siswa dan orang tua.
  • Meningkatkan edukasi gizi dan aktivitas fisik, antara lain dengan meningkatkan kapasitas guru untuk menyampaikan pendidikan gizi dan menyediakan ruang yang memadai dan waktu yang cukup untuk aktivitas fisik sebagai bagian dari kurikulum sekolah.
  • Meningkatkan kesadaran dan penguatan kapasitas di lingkungan sekolah yang lebih luas, termasuk pekerja kantin sekolah, pedagang makanan, orang tua, serta tenaga di pusat layanan kesehatan masyarakat.
  • Memperkuat sistem untuk deteksi dini dan rujukan anak yang mengalami atau berisiko mengalami malnutrisi (termasuk stunting dan obesitas) dan membangun mekanisme tindak lanjut dan umpan balik yang andal bagi anak yang terdampak malnutrisi.
  • Memperbaiki tata kelola, antara lain dengan meningkatkan koordinasi antarpemangku kepentingan dan lintas sektor dengan memastikan bahwa seluruh pihak terkait di tingkat daerah dilibatkan dalam perancangan dan pelaksanaan intervensi gizi sekolah,  mengintegrasikan intervensi gizi sekolah ke dalam anggaran nasional, serta memperkuat koordinasi lintas sektor.

Editor: Abul Muamar

Continue Reading

Sebelumnya: Mengintegrasikan Indikator Lingkungan dalam Strategi Pemberantasan Stunting
Berikutnya: Mempromosikan Penuaan Sehat dengan Kota Ramah Lansia

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia