Disparitas Gender dalam Upah dan Peran Kepemimpinan di Dunia Kerja Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mencegah dan mengobati penyakit. Lebih dari separuh petugas layanan kesehatan saat ini merupakan perempuan. Namun, kesenjangan upah dan peran kepemimpinan masih menjadi tantangan bagi pekerja kesehatan perempuan. Oleh karena itu, mengatasi disparitas gender sangat penting untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender dalam dunia kerja layanan kesehatan.
Kesenjangan Kepemimpinan di Dunia Kerja
Sebanyak 67% angkatan kerja layanan kesehatan merupakan perempuan, namun sayangnya hanya sekitar seperempat peran kepemimpinan perempuan di sektor ini. WHO melaporkan bahwa delegasi nasional di Majelis Kesehatan Dunia (WHA) yang dipimpin oleh perempuan jumlahnya tak sampai 25%. Selain itu, perempuan hanya menempati 5% peran eksekutif di organisasi kesehatan global di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Masalah utamanya adalah, secara jumlah, perempuan nemiliki perwakilan yang baik di sektor ini, namun masih kekurangan posisi pengambilan keputusan di tingkat yang lebih tinggi.
Laporan tahun 2019 menunjukkan bahwa stereotip, diskriminasi, dan hambatan sistemik menyebabkan ketimpangan gender dalam kepemimpinan di sekor layanan kesehatan. Selain itu, perempuan yang menghadapi masalah yang saling bersinggungan seperti ras dan kelas sosial menghadapi tantangan yang lebih besar dan sering kali terperangkap dalam pekerjaan dengan upah rendah.
Selain itu, norma gender juga turut mempengaruhi, dimana jumlah pekerja kesehatan perempuan banyak di bidang keperawatan dan kebidanan, namun kurang terwakili dalam peran kepemimpinan dan bidang khusus seperti bedah.
Kesenjangan Upah Tenaga Kesehatan Perempuan
Perempuan yang bekerja di sektor kesehatan umumnya berpenghasilan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Laporan WHO dan ILO pada tahun 2022 mengungkap kesenjangan upah global antara perempuan dan laki-laki di sektor kesehatan dan perawatan mencapai 24%, bahkan setelah mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, pendidikan, dan jenis pekerjaan. Laporan tersebut juga mencatat bahwa perempuan, terutama ibu, menghadapi kesenjangan upah tambahan di luar faktor-faktor tersebut.
Selain itu, tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan juga turut menyebabkan signifikansi kesenjangan upah. Di negara-negara berpendapatan tinggi seperti Australia, Kanada, dan Amerika Serikat, kesenjangan upah berdasarkan gender lebih menonjol karena tingginya proporsi perempuan dalam angkatan kerja. Sebaliknya, negara-negara berpendapatan rendah dan menengah yang jumlah pekerja kesehatan perempuannya kurang dari sepertiga seperti Bangladesh dan Yaman, memiliki kesenjangan upah gender yang lebih kecil. Negara-negara berpendapatan rendah dan menengah juga memiliki banyak lapangan kerja informal, yang semakin memperburuk ketimpangan upah.
Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Dunia Kerja Layanan Kesehatan
Kolaborasi antar pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, pengusaha, dan rekan kerja, diperlukan untuk mengambil tindakan tegas guna mengatasi kesenjangan gender dan meningkatkan kesetaraan gender di sektor kesehatan. Penting untuk memastikan pengembangan karier yang adil bagi perempuan melalui pertumbuhan profesional dan meninjau sistem yang ada agar lebih inklusif.
Selain itu, meninjau upah secara berkala untuk mengidentifikasi kesenjangan dan mendorong transparansi upah secara keseluruhan adalah hal yang penting. Hal ini akan membantu mengatasi kesenjangan sistemik dalam kepemimpinan dan upah, serta memastikan lingkungan kerja yang adil dan setara-gender.
Editor: Kresentia Madina & Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Dia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis tentang isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.