FAO dan Kementan Kaji Penyebab Kehilangan Pangan Hortikultura

Foto oleh Freepik.
Di tengah krisis iklim dan ancaman krisis pangan yang melanda dunia, Indonesia mengalami penyusutan dan kehilangan pangan yang cukup besar. Menurut laporan Bappenas, kurun 2000-2019, angka food loss and waste (FLW) di Indonesia mencapai 23-48 juta ton atau 115-184 kg per kapita per tahun.
Jika dikonversi ke nilai rupiah, besaran FLW tersebut mencapai Rp213-551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia. Jumlah orang yang dapat diberi makan dari kehilangan kandungan gizi (energi) dari kehilangan pangan tersebut yaitu 61-125 juta orang atau 29-47% populasi Indonesia.
Dari sisi sektor dan jenis pangan, kehilangan terbesar terjadi di tanaman pangan, kategori padi-padian. Dari sisi tahap rantai pasok, penyusutan dan kehilangan pangan terbesar terjadi di tahap konsumsi. Sementara sektor pangan paling tidak efisien karena banyak terbuang atau menyusut dalam rantai pangan yaitu tanaman hortikultura, tepatnya kategori buah dan sayur-sayuran.
Penyebab Kehilangan Pangan
Lima penyebab dan pendorong utama FLW di Indonesia menurut laporan Bappenas adalah:
- Kurangnya implementasi Good Handling Practice (GHP)
- Kualitas ruang penyimpanan yang kurang memadai
- Standar kualitas pasar & preferensi konsumen
- Kurangnya informasi/edukasi pekerja pangan & konsumen
- Kelebihan porsi & perilaku konsumen
Sementara menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), di kawasan Asia Pasifik, hampir separuh buah dan sayuran terbuang atau hilang bahkan sebelum sampai ke tangan konsumen.
Kehilangan pangan paling sering diakibatkan oleh keterbatasan manajerial dan masalah teknis dalam teknik pemanenan, penyimpanan, transportasi, pengolahan, fasilitas pendinginan, infrastruktur, pengemasan dan sistem pemasaran Salah satu sektor utama yang menjadi perhatian di sektor pertanian adalah produksi pertanian skala kecil dan menengah dan pengolahan.
“Sangat penting untuk memahami hambatan dan tantangan dalam rantai nilai untuk mengurangi kehilangan pangan, terutama untuk komoditas yang mudah rusak, seperti buah-buahan dan sayuran,” kata Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia.
Riset Fokus pada Cabai, Bawang Merah, dan Kubis
Sejak September 2022, FAO dan Kementerian Pertanian melakukan studi untuk mengetahui penyebab persis FLW di Indonesia pada sektor tanaman hortikultura. Studi ini berfokus pada tiga komoditas hortikultura, yakni cabai di Banyuwangi, bawang merah di Brebes, dan kubis di Cianjur. Studi ini akan berlangsung hingga Januari 2023.
Studi ini bertujuan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang titik-titik kehilangan kritis dan solusi untuk mengatasinya. Hasil studi terhadap ketiga komoditas tersebut akan dijadikan model untuk studi-studi selanjutnya pada berbagai komoditas lain yang juga berisiko mengalami penyusutan dan kehilangan.
“Buah dan sayuran adalah komoditas bergizi yang paling banyak hilang dan terbuang. Kita perlu bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memperbaiki situasi dan mengurangi kehilangan pangan di Indonesia,” kata Retno Sri Hartati Mulyandari, Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network ID.