“It’s Not Over Until It’s Over” (Bagian 1): Pemuda dan Harapan dalam SDG Moment 2021
SDG Moment 2021 merupakan sebuah kesempatan untuk menilik kembali harapan dan mengembalikan langkah kita ke tujuan utama untuk mencapai Agenda 2030. Perhelatan tahunan ini merupakan bagian dari sesi Sidang Majelis Umum PBB ke-76 (UNGA 76) di New York. Acara tersebut diadakan secara virtual pada Senin, 20 September 2021 lalu.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) berperan sebagai sebuah cetak biru bagi dunia untuk terus maju dan mengakhiri kemiskinan. Dengan 17 Tujuan, SDGs berusaha mencari solusi permasalahan terkait manusia, planet bumi, dan kemakmuran secara menyeluruh. Sebagai tambahan, mereka juga menawarkan sebuah kerangka kerja pemulihan COVID-19 untuk masa depan yang lebih baik, aman, dan sehat.
Dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 30 pemimpin negara dan para pegiat SDGs. Tentu saja, para pemuda dari seluruh dunia juga hadir, tampil, dan menjadi elemen kunci dalam SDG Moment 2021.
Terdapat penekanan akan harapan yang tersebar selama SDG Moment 2021. Sebuah laporan data mengenai Progres SDG menyajikan pemeriksaan kondisi lapangan tentang seberapa jauh kita tertinggal dari SDGs, dengan kemunduran yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Abdulla Shahid, Presiden Sidang Majelis Umum, mengatakan bahwa, “Celah di antara tujuan politik dan komitmen dari para sumber telah menghasilkan ‘garis retakan’ yang cukup besar”. Namun di luar itu semua, kita diingatkan kembali untuk tetap berharap.
Para pemuda tampil di atas panggung dalam beberapa kesempatan selama SDG Moment 2021, dimulai dengan grup musik asal Korea Selatan, BTS. Grup musik yang mendunia sekaligus Special Presidential Envoy for Future Generation and Culture dari Korea Selatan ini berbicara tentang masih adanya harapan dan waktu untuk berubah. BTS menjabarkan kisah-kisah para pemuda dari berbagai penjuru dunia, mengingatkan kita bahwa para pemuda masa kini tengah mempelajari banyak hal baru, menemukan keberanian baru, dan menghadapi tantangan-tantangan baru.
“Saya harap kita tidak hanya melihat masa depan sebagai kegelapan yang pekat. Kita memiliki orang-orang yang peduli pada dunia dan mereka tengah mencari solusi. Masih ada banyak halaman yang belum terbuka dalam kisah kita, dan saya rasa tidak seharusnya kita berbicara seolah-olah akhir dari kisah ini telah ditentukan,” ujar Kim Taehyung dari BTS.
SDG Moment 2021 juga menjadi sebuah wadah untuk dialog antar generasi antara Graça Machel, seorang pejabat publik senior, dengan Valentina Munoz Rabanal, seorang aktivis STEM berusia 19 tahun yang menuliskan kebijakan Artificial Intelligence (AI)—Kecerdasan Buatan di Republik Chili.
Valentina membuat pernyataan bahwa pemuda adalah para protagonis, bukan hanya pengamat perubahan sosial. Ia bicara tentang bagaimana melibatkan para pemuda untuk ikut berpartisipasi juga berarti meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab mereka terhadap pembangunan berkelanjutan. Machel kemudian mengatakan bahwa ia masih memiliki harapan. Ia melihat bagaimana orang-orang muda secara aktif berpartisipasi dalam permasalahan dunia dengan kreativitas dan inovasi yang tidak dapat dilihat oleh kaum yang lebih tua.
“Para pemuda membuat hal-hal menjadi nyata. Saya tahu bahwa kita sedang mengubah dunia, dan kita perlu dunia tahu akan hal itu,” ujar Valentina.
Editor: Marlis Afridah
Penerjemah: Inez Kriya
Sumber: SDG Moment 2021 dapat disaksikan pada kanal YouTube PBB ini dan ini.
Untuk membaca versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris, klik di sini.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah mempelajari ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di berbagai kota lintas Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkenalkan Naz pada masyarakat dan budaya yang beragam dan memperkaya perspektifnya. Dalam kehidupan profesionalnya, Naz memiliki passion dan pengalaman hampir satu dekade sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.