Jalan Terjal Asia-Pasifik Mencapai Pembangunan Berkelanjutan

Forum Asia-Pasifik ke-9 tentang Pembangunan Berkelanjutan | Foto oleh Amin J Mohammed
“Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tidak akan pernah mudah, tetapi masih memungkinkan,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina J. Mohammed. Kalimatnya itu dialamatkan kepada pejabat senior pemerintah dan PBB, sektor swasta, pemuda, dan perwakilan masyarakat sipil Asia-Pasifik.
Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) adalah panduan bagi negara-negara untuk bergerak maju dan memastikan kelangsungan hidup kita melalui tantangan perubahan iklim. Sayangnya, pandemi COVID-19 dan krisis baru-baru ini membuat kawasan Asia-Pasifik semakin sulit untuk mencapai Tujuan Global ini.
The Global Risk Report 2022 menyalakan alarm perihal dunia yang terpecah yang disebabkan oleh ketidakmerataan vaksin dan ketimpangan ekonomi global yang semakin melebar. Hampir 90 juta orang di Asia-Pasifik terdesak kembali ke jurang kemiskinan, hidup dengan biaya kurang dari $1,90 per hari (setara Rp27.293) dan menyebabkan lebih dari 30 juta anak-anak mengalami kekurangan gizi akut.
Forum Asia-Pasifik ke-9 untuk Pembangunan Berkelanjutan
Diadakan pertama kali pada tahun 2014, Forum Asia-Pasifik untuk Pembangunan Berkelanjutan (APFSD) adalah platform regional tahunan untuk mendukung negara-negara dalam mengimplementasikan Agenda 2030 dengan mengidentifikasi tren regional dan berbagi praktik terbaik. Forum ini diselenggarakan oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP).
Tahun ini, APFSD ke-9 diadakan pada 28-31 Maret di Bangkok, Thailand. Dengan tema “Membangun kembali lebih baik dari COVID-19 sambil memajukan implementasi penuh Agenda 2030 di Asia dan Pasifik”, forum ini bertujuan untuk menjadi katalisator solusi. Hasil forum ini akan ditinjau dalam Forum Politik Tingkat Tinggi global pada bulan Juli.
Topik Utama
Forum ini fokus pada strategi pemulihan yang inklusif dan adil serta lima Tujuan Global: SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), 5 (Kesetaraan Gender), 14 (Kehidupan bawah air), 15 (Kehidupan di Darat), dan 17 (Kemitraan untuk Tujuan).
Armida Salsiah Alisjahbana, Sekretaris Eksekutif ESCAP, mengatakan bahwa pencapaian tujuan tersebut terbatas atau bahkan stagnan dalam beberapa kasus. Dia menambahkan, “Sayangnya, kawasan ini bahkan mengalami kemunduran dalam hal lain, termasuk konsumsi dan produksi berkelanjutan dan aksi iklim.”
Beverly Longid, Direktur Global Gerakan Masyarakat Adat Internasional untuk Penentuan Nasib Sendiri dan Pembebasan, mewakili masyarakat sipil. Dia menekankan peran masyarakat adat dan komunitas akar rumput dalam mengembangkan pendekatan alternatif dan mengelola sumber daya dan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Dia mendesak para pembuat kebijakan untuk mendengar dan memberikan hak kepada mereka atas topik ini.
Dalam pidato utamanya, Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed berbicara tentang percepatan peralihan dari bahan bakar fosil ke model pembangunan rendah karbon dan perlunya investasi yang lebih besar dalam adaptasi.
“Kita perlu berinvestasi pada perempuan, kaum muda, penyandang disabilitas, orang-orang yang bekerja di sektor informal, serta pengungsi dan migran. Mereka yang paling terpukul oleh pandemi dan akan terus membayar harga tertinggi jika kita tidak mengambil tindakan segera, ”kata Amina Mohammed.
Penerjemah: Abul Muamar
Versi asli artikel ini diterbitkan dalam bahasa Inggris di platform media digital Green Network Asia – Internasional.
Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.