KADIN Serukan Gotong Royong Restorasi Mangrove sebagai Solusi Perubahan Iklim

Foto oleh David Clode di Unsplash.
Hutan mangrove memegang peran penting bagi kesehatan lingkungan hidup kita. Mangrove dapat menahan arus air laut yang mengikis daratan pantai, menahan angin badai yang bermuatan garam, dan menyerap semua jenis limbah dan logam beracun. Indonesia sendiri memiliki hutan mangrove yang cukup luas. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, total luas mangrove Indonesia mencapai 3.364.076 Ha.
Akan tetapi, luas hutan mangrove itu juga diikuti oleh laju kerusakan yang signifikan. Menurut Center for International Forestry Research (CIFOR), ekosistem mangrove Indonesia mengalami laju degradasi mencapai 52.000 Ha per tahun. Oleh karenanya, diperlukan restorasi mangrove untuk mengatasi laju kerusakan tersebut.
Untuk mendukung gerakan restorasi mangrove, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menggelar serial webinar dengan tema ‘Mangrove dan Perubahan Iklim Nasional’, yang dijadwalkan pada September, Oktober, dan November 2022. Tujuannya adalah untuk mengajak para pemangku kepentingan mendiskusikan bentuk kebijakan restorasi mangrove yang tepat, termasuk soal bagaimana meningkatkan keuntungan lingkungan, sosial, dan ekonomi jangka panjang dari investasi mangrove dengan menyoroti peluang yang ada.
Restorasi Mangrove untuk Mencapai 6 SDGs
Seri pertama webinar ini digelar pada Jumat, 30 September 20222 dengan topik “Gotong-royong dalam Program Restorasi Mangrove yang Layak Investasi dan Berkelanjutan”.
Dalam webinar tersebut, dipaparkan bahwa perlindungan, restorasi, dan pengelolaan mangrove yang berkelanjutan dapat membantu mencapai setidaknya enam target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu:
- Melestarikan dan mempromosikan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut (Goal 14)
- Menekan angka kemiskinan dan kelaparan (Goal 1 dan Goal 2)
- Meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir dan mengambil tindakan terhadap dampak perubahan iklim (Goal 13)
- Melindungi, memulihkan, dan mempromosikan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan (desertifikasi), menghentikan degradasi lahan, dan mencegah hilangnya keanekaragaman hayati (Goal 15)
- Memperkuat kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan (Goal 17)
“Ekosistem dan restorasi mangrove penting dalam mendukung ketahanan wilayah pesisir dan merumuskan langkah-langkah strategis dalam mewujudkan pasar karbon untuk ekosistem blue carbon dan juga untuk mendukung pencapaian Indonesia FOLU Net Sink 2030,” kata Agus Justianto, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang menjadi salah satu narasumber dalam webinar tersebut.
Butuh Upaya Kolektif
Restorasi lahan mangrove memerlukan upaya kolektif dan inklusif dari semua pemangku kepentingan, termasuk melibatkan masyarakat dan menyelaraskan kepentingan ekonomi lokal.
Restorasi mangrove diyakini dapat menjadi model bisnis yang layak untuk investasi melalui manfaat jasa ekosistem serta berpotensi menghasilkan kredit karbon dalam pengurangan emisi karbon yang bersertifikat dan berkualitas tinggi melalui skema net zero hub.
“Apa yang dilakukan KADIN ini merupakan petanda baik mengenai bagaimana kita, masyarakat Indonesia, merespons bencana iklim. Kalau sektor bisnis sudah terlibat, saya kira kita semua perlu mendukung ke arah yang tepat dan efisien. Mereka (bisnis) ingin untung, tapi keuntungan itu jangan jangka pendek karena kita punya anak, cucu (saya sendiri juga sudah punya cucu). Kita memerlukan aset ini. Inilah aset masa depan yang sesungguhnya,” ujar Profesor Daniel Murdiyarso dari Institut Pertanian Bogor.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network ID.