Kemnaker Tingkatkan Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia melalui Pelatihan Vokasi

Menaker Ida Fauziyah bersama para petugas dan peserta pelatihan vokasi di BPVP Kendari. | Foto: Dokumen Kemnaker.
Ketersediaan lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak merupakan aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan. Aspek ini berkaitan erat dengan berbagai tujuan yang ingin dicapai, seperti pengentasan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik untuk semua.
Namun, di Indonesia, jumlah pekerjaan yang layak belum dapat mengimbangi jumlah penduduk usia kerja. Di samping itu, daya saing tenaga kerja Indonesia juga masih menjadi persoalan, yang pada gilirannya berdampak pada tingginya angka pengangguran. Keterbatasan keahlian (low skill) merupakan salah satu faktor penyebab.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) berupaya mengatasi persoalan tersebut melalui pendidikan dan pelatihan vokasi di balai-balai latihan kerja (BLK) untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Pelatihan vokasi adalah model pendidikan yang menitikberatkan pada keterampilan individu, kecakapan, perilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat di dunia usaha atau industri.
Tantangan Ketenagakerjaan di Indonesia
Kemnaker mencatat sejumlah tantangan ketenagakerjaan di Indonesia antara lain kualitas angkatan kerja, penempatan dan perluasan kesempatan kerja, mismatch (ketidakcocokan) antara skil dan pekerjaan yang tersedia, tantangan dalam hubungan industrial, dan penyiapan SDM menuju bonus demografi.
Kualitas angkatan kerja berkaitan dengan transformasi ke arah automasi, ekonomi digital, dan revolusi industri. Untuk memacu inovasi, diperlukan lebih banyak angkatan kerja lulusan jurusan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Menurut Statista, China memiliki 4,7 juta lulusan STEM dan India 2,6 juta orang. Sementara Indonesia hanya ada 206.000 lulusan STEM (0,16 persen) dari jumlah angkatan kerja.
Tantangan dalam penempatan dan perluasan kesempatan kerja yang paling menonjol adalah meningkatnya jumlah pengangguran terdidik yang angkanya mencapai 10,42 persen terhadap jumlah pengangguran terbuka pada 2018. Adanya mismatch antara sistem pendidikan dan lapangan pekerjaan yang tersedia serta ekspektasi tenaga kerja yang tidak sesuai merupakan dua kendala dalam hal ini.
Menyangkut tantangan hubungan industrial, era digital dan automasi telah banyak mengubah cara bisnis dan industri dalam beroperasi, mengelola, dan mengorganisasikan sumber daya mereka. Salah satu contohnya adalah skema hubungan kerja di perusahaan transportasi online yang menempatkan pengemudi (driver) sebagai mitra, bukan sebagai pekerja.
Terkait bonus demografi, penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk usia kerja pada kelompok usia muda menjadi tantangan yang serius. Tahun 2025-2035 diperkirakan sebagai puncak bonus demografi di Indonesia. Untuk itu, meningkatkan kualitas SDM perlu menjadi agenda nasional.
Pengembangan Pelatihan Vokasi
Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Kemnaker mendorong akselerasi sinergitas program pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi dengan perluasan kesempatan kerja. Kolaborasi dengan seluruh stakeholder ketenagakerjaan menjadi hal krusial dalam hal ini. Sejauh ini, Kemnaker telah menjalin kerja sama dengan 14 mitra instansi dan industri.
Di samping itu, Kemnaker juga telah memperluas pelatihan vokasi melalui BLK Komunitas sebagai inkubator wirausaha yang bertujuan untuk menyiapkan kompetensi dan produktivitas calon pekerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
“Tidak ada pilihan bagi kita semua selain kerja kolaboratif, kerja sinergi, antara pemerintah (pusat) dengan pemerintah daerah, antara pemerintah dengan dunia industri,” kata Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia.