Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Konten Sponsor
  • Dukung Misi Kami
  • Panduan Menulis Siaran Pers
  • Panduan Menulis Opini
  • Asia
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Dunia
  • Muda
  • SDGs
  • Topik
  • #LetterfromtheFounder
  • Kabar
  • Unggulan

Mengatasi Keadaan Tanpa Kewarganegaraan di Tengah Krisis Iklim

Orang-orang tanpa kewarganegaraan sering diabaikan hak-hak dasar manusianya seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan lain sebagainya.
Oleh Nazalea Kusuma
11 November 2022
seorang perempuan duduk di tempat penghentian bus dengan asap di sekelilingnya

Foto oleh Amel Majanovic di Unsplash.

Selama lebih dari 30 tahun, Meepia Chumee tidak memiliki kewarganegaraan. Dia lahir di Thailand, namun dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya sebagai warga tanpa kewarganegaraan. Akibatnya, dia nyaris tidak punya akses pendidikan, perawatan kesehatan, dan pekerjaan yang layak. Dia bahkan takut untuk keluar dari desa kecilnya di Thailand utara.

Syukurnya, Meepia akhirnya memperoleh kewarganegaraan pada usia 34 tahun berkat bantuan dari organisasi akar rumput Legal Community Network (LCN) dan Legal Advocacy Walk (LAW). Meepia hanyalah satu di antara lebih dari 4,3 juta orang yang tidak memiliki kewarganegaraan di dunia.

Apa itu Keadaan Tanpa Kewarganegaraan?

Menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR), orang tanpa kewarganegaraan adalah “orang yang tidak dianggap sebagai warga negara oleh negara manapun berdasarkan hukum”. Orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan sering diabaikan hak-hak asasinya sepanjang hidup mereka: akta kelahiran, pendidikan, perawatan kesehatan, identitas hukum, kesempatan kerja, pernikahan, dan akta kematian.

“Mereka dihalau untuk mengakses hak-hak dasar mereka dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Kehidupan mereka ditandai dengan pengucilan, perampasan, dan marginalisasi,” kata Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi. 

Keadaan Tanpa Kewarganegaraan dan Perubahan Iklim

Sebagian orang terlahir tanpa kewarganegaraan, dan sebagian lainnya tidak memiliki kewarganegaraan di kemudian hari. Keadaan tanpa kewarganegaraan dapat terjadi karena diskriminasi sistemik berbasis ras, suku, agama, bahasa, atau jenis kelamin. Hal ini juga dapat terjadi karena kesenjangan dalam undang-undang kewarganegaraan atau kemunculan negara-negara baru. Adakalanya, seseorang bisa menjadi tanpa kewarganegaraan setelah pindah.

Perubahan iklim menyebabkan cuaca dan bencana berbahaya di seluruh dunia. Pada tahun 2020 saja, fenomena ini menyebabkan lebih dari 30 juta orang mengungsi.

Pengungsi memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi orang tanpa kewarganegaraan karena kehilangan dokumen, perpindahan permanen ke negara lain, dan faktor-faktor lainnya. Lalu, orang-orang tanpa kewarganegaraan kemungkinan besar dikecualikan dari bantuan bencana, perawatan kesehatan darurat, layanan sosial, dan rencana adaptasi nasional sejak awal.

Mengatasi Tantangan

UNHCR merekomendasikan beberapa praktik baik untuk membantu pemerintah negara-negara mengatasi tantangan keadaan tanpa kewarganegaraan dan perubahan iklim, antara lain:

  • Mengatasi situasi tanpa kewarganegaraan yang ada dengan mengikuti panduan Rencana Aksi Global untuk Mengakhiri Keadaan Tanpa Kewarganegaraan dan meningkatkan kepatuhan terhadap instrumen hak asasi manusia internasional.
  • Memasukkan pencegahan, pengurangan, dan orang-orang tanpa kewarganegaraan ke dalam rencana dan kebijakan adaptasi perubahan iklim dan manajemen risiko bencana.
  • Terlibat dalam pengaturan bilateral dan regional tentang perpindahan lintas batas dalam konteks perubahan iklim.

Grandi mengatakan, “Mengingat kita telah melihat kemajuan besar dalam beberapa tahun terakhir untuk memperbaiki keadaan pada kemanusiaan, diperlukan komitmen dan upaya politik yang lebih kuat untuk meningkatkan taraf kehidupan jutaan orang yang terpasung tanpa kewarganegaraan dan hidup dalam bayang-bayang.”

Saat pemerintah memikul tanggung jawab besar untuk mengakhiri keadaan tanpa kewarganegaraan, kerja sama menjadi sangat penting. Banyak orang tanpa kewarganegaraan merupakan etnis minoritas yang tinggal di dekat perbatasan, oleh karenanya organisasi akar rumput, badan PBB, dan pemerintah mesti bekerja sama dengan sungguh-sungguh untuk merangkul semua orang.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Daftar Sekarang

Nazalea Kusuma
Editor at Green Network | Website | + posts

Naz adalah Manajer Editorial Asia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network Asia dan Reviewer untuk Green Network ID.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Tiga Tips Memberi Kado yang Lebih Berkelanjutan
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pendidikan Keberlanjutan di Sekolah dan Harapan untuk Perubahan
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Menyeimbangkan Pemenuhan HAM dan Aksi Iklim
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pemijahan Karang di Pulau Fitzroy: Harapan bagi Great Barrier Reef

Continue Reading

Sebelumnya: Penurunan Populasi Burung Mencerminkan Kondisi Lingkungan Kita
Berikutnya: Transformasi Kesehatan untuk Indonesia yang Lebih Sehat

Artikel Terkait

lima perempuan mengenakan pakaian adat suku baduy berjalan beriringan. 5 Langkah untuk Mengembangkan Desa Wisata yang Lebih Berkelanjutan
  • Kabar
  • Unggulan

5 Langkah untuk Mengembangkan Desa Wisata yang Lebih Berkelanjutan

Oleh Abul Muamar
30 Desember 2022
seorang perempuan berkaca mata dengan kamera yang menggantung di badannya duduk di atas sampah sambil merentangkan tangan. 8 Tips Liburan Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan
  • Kabar
  • Unggulan

8 Tips Liburan Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan

Oleh Abul Muamar
29 Desember 2022
empat perempuan saling menyatukan tangan membentuk tanda cinta di tengah hamparan sawah. Tiga Inisiatif Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan di Akar Rumput
  • Kabar
  • Unggulan

Tiga Inisiatif Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan di Akar Rumput

Oleh Abul Muamar
28 Desember 2022
sampah plastik yang terdiri dari tutup botol, sikat gigi bekas, korek api, dan lainnya disusun berdasarkan kesamaan warna. 4 Tips Mengolah Sampah Plastik Menjadi Benda Bernilai
  • Kabar
  • Unggulan

4 Tips Mengolah Sampah Plastik Menjadi Benda Bernilai

Oleh Abul Muamar
27 Desember 2022
Seni Tani menerima kunjungan anak-anak sekolah untuk belajar berkebun. Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan
  • Unggulan
  • Wawancara

Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan

Oleh Abul Muamar
26 Desember 2022
tangan seseorang memegang buah kopi berwarna merah yang tergantung di tangkai pohonnya. Resilient Coffee: Mendukung Petani Kopi Indonesia di Tengah Perubahan Iklim
  • Kabar
  • Unggulan

Resilient Coffee: Mendukung Petani Kopi Indonesia di Tengah Perubahan Iklim

Oleh Abul Muamar
23 Desember 2022
  • Terbaru
  • Terpopuler
  • Partner
  • lima perempuan mengenakan pakaian adat suku baduy berjalan beriringan. 5 Langkah untuk Mengembangkan Desa Wisata yang Lebih Berkelanjutan
    • Kabar
    • Unggulan

    5 Langkah untuk Mengembangkan Desa Wisata yang Lebih Berkelanjutan

  • seorang perempuan berkaca mata dengan kamera yang menggantung di badannya duduk di atas sampah sambil merentangkan tangan. 8 Tips Liburan Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan
    • Kabar
    • Unggulan

    8 Tips Liburan Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan

  • empat perempuan saling menyatukan tangan membentuk tanda cinta di tengah hamparan sawah. Tiga Inisiatif Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan di Akar Rumput
    • Kabar
    • Unggulan

    Tiga Inisiatif Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan di Akar Rumput

  • sampah plastik yang terdiri dari tutup botol, sikat gigi bekas, korek api, dan lainnya disusun berdasarkan kesamaan warna. 4 Tips Mengolah Sampah Plastik Menjadi Benda Bernilai
    • Kabar
    • Unggulan

    4 Tips Mengolah Sampah Plastik Menjadi Benda Bernilai

  • Seni Tani menerima kunjungan anak-anak sekolah untuk belajar berkebun. Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan
    • Unggulan
    • Wawancara

    Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan

  • Pulau Semakau | Foto: NEA Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura
    • Kabar

    Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura

  • Rempah-Rempah | Foto: Shantanu Pal dari Pexels Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia

  • SDG-tracker UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker
    • Kabar

    UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker

  • Beena Rao mengajar anak-anak | Foto: Situs Beena Rao Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh
    • Figur

    Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh

  • Ahmad Bahruddin bersama rekan-rekannya mendirikan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat
    • Wawancara

    Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat

  • kontainer besar berwarna hijau, gedung berwarna biru, dan tabung besar di lokasi proyek Hamparan Gree Energy Raih Sertifikasi B-Corp dan Berkomitmen untuk Dekarbonisasi Industri Makanan
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    Gree Energy Raih Sertifikasi B-Corp dan Berkomitmen untuk Dekarbonisasi Industri Makanan

  • tari kecak ditampilkan oleh warga Bali pada malam hari Bali Rentangkan Sayap untuk Pemulihan Ekonomi yang Lebih Kuat
    • Ikhtisar
    • Partner
    • Unggulan

    Bali Rentangkan Sayap untuk Pemulihan Ekonomi yang Lebih Kuat

  • TEPI Talks #4 dengan tema “Melibatkan Media dalam Aksi Berkelanjutan”. WEA Indonesia Gelar Lokakarya Pelibatan Media untuk Aksi Berkelanjutan Gerakan Akar Rumput
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    WEA Indonesia Gelar Lokakarya Pelibatan Media untuk Aksi Berkelanjutan Gerakan Akar Rumput

  • Ilustrasi Harm Reduction dengan tujuan mendasar yakni menjunjung keselamatan dan martabat semua orang. Kenalan dengan Konsep Pengurangan Bahaya (Harm Reduction)
    • Ikhtisar
    • Partner
    • Unggulan

    Kenalan dengan Konsep Pengurangan Bahaya (Harm Reduction)

  • Sejumlah peserta hadir saat sesi dikusi panel acara Lestari Market Day di Park 23 Creative Hub, Bali. INKURI Luncurkan 12 Bisnis Lestari untuk Dukung Ekonomi Berkelanjutan di Bali
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    INKURI Luncurkan 12 Bisnis Lestari untuk Dukung Ekonomi Berkelanjutan di Bali

Tentang Kami

  • Tentang
  • Anggota Tim
  • Bermitra dengan Kami
  • Konten Sponsor
  • Bekerja dengan Kami
  • Hubungi Kami
  • Dukung Misi Kami
  • Panduan Menulis Opini
  • Panduan Menulis Siaran Pers
  • Pedoman Media Siber
  • Jaringan Penasihat
  • Jaringan Penasihat Muda
  • Jaringan Kontributor Nasional
  • Jaringan Penulis
  • FAQ
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
  • FAQ
  • Hubungi Kami
  • Telegram
  • Etsy
  • Tokopedia
  • Media Link 11
  • Media Link 12
  • Media Link 13
  • Media Link 14
  • Media Link 15
© 2022 Green Network ID