Mengembangkan Urban Farming Berkelanjutan di Singapura

Profesor Asosiasi Sanjay Swarup (kanan) bersama Dr Darren Sim (kiri) sedang mengembangkan praktik pengelolaan pertanian berkelanjutan menggunakan mikroba. | Foto oleh National University of Singapore.
Sebagai sumber energi, makanan sama pentingnya dengan budaya dan gaya hidup. Namun saat ini, akses makanan yang tidak merata dan terbatas diperparah oleh perubahan iklim, krisis global, dan ketidakpastian lainnya. Digaungkan sebagai jawaban atas ketahanan pangan, hidup yang lebih sehat, dan kota yang lebih hijau, pertanian kota atau urban farming kini semakin populer.
Mengembangkan Urban Farming Berkelanjutan
Para ahli di National University of Singapore (NUS) memandang bahwa urban farming perlu dikembangkan lebih lanjut. Pendekatan yang lebih maju dan berkelanjutan untuk urban farming dapat berupa penanaman tanaman pangan di lingkungan yang terkendali.
“Teknologi ini menggabungkan jejak karbon rendah dan menawarkan kita peluang untuk mengurangi energi dan air yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman. Teknologi ini juga mengatasi masalah ketidakpastian terkait pertanian luar ruangan yang sangat bergantung pada lahan pertanian, cuaca baik, dan pasokan air,” ujar Prakash Kumar, Direktur SUrF.
Pada 5 Agustus 2022, NUS secara resmi meluncurkan Pusat Penelitian Pertanian Kota Berkelanjutan/Research Centre on Sustainable Urban Farming (SUrF). Pusat penelitian ini melakukan riset multidisiplin yang menggabungkan sains, teknik, dan komputasi.
Meskipun peluncuran resminya baru-baru ini, pusat penelitian tersebut telah aktif sejak Januari 2022 dan telah menerima S$10 juta dari NUS selain hibah penelitian sebesar S$11 juta dari pihak luar. Saat ini, SUrF sedang membangun fasilitas penelitian baru dengan luas area pertumbuhan tanaman dalam ruangan sekitar 200 meter persegi, yang akan selesai pada tahun 2023.
Presiden NUS Tan Eng Chye mengatakan, “Research Centre on Sustainable Urban Farming menyediakan platform untuk memfokuskan upaya multidisiplin kami dan mempercepat penelitian dan inovasi ketahanan pangan Singapura.”
Proyek SUrF
Lingkup penelitian SUrF meliputi pra-produksi, produksi, dan pascaproduksi pangan. Bidang-bidang yang beragam mencakup ilmu tanaman, genomika & pengeditan gen, mikrobioma, ilmu pangan, ilmu material dan polimer, teknologi sensor, ilmu data, dan keahlian kecerdesan buatan (Artificial Intelligence/AI). Meskipun fokus mengembangkan solusi untuk para petani, pusat penelitian ini juga memiliki ruang untuk berkolaborasi dengan pelaku lain dalam industri ini.
Saat ini ada 16 Peneliti Utama di SUrF yang memimpin sekitar sepuluh proyek penelitian. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Proyek Zhou Weibiao dan Li Dan bertujuan untuk meminimalkan pemborosan sayuran berdaun dengan meningkatkan kualitas dan masa simpan produk di penyimpanan ritel. Sejauh ini, tim ini telah menemukan bahwa penerangan LED dapat menyingkirkan organisme yang menyebabkan pembusukan dan meningkatkan kualitas nutrisi.
- Proyek Sanjay Swarup berfokus pada interaksi antara tanaman dan mikroba di lingkungan mereka. Tim ini telah merancang bio-inokulan bakteri yang mendorong pertumbuhan tanaman dan cocok untuk berbagai kondisi pertanian. Proyek ini dapat meningkatkan produksi dan ketahanan tanaman serta mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
- Proyek Yu Hao dan Chew Fook Tim mengeksplorasi strategi pemuliaan lanjutan untuk meningkatkan sayuran berdaun yang penting secara ekonomi. Mereka menggunakan seleksi genom dan pengeditan gen untuk menciptakan varietas produktif dengan sifat berkualitas tinggi yang disesuaikan untuk lingkungan yang terkendali.
Urban farming bisa menjadi salah satu solusi penting untuk mengakhiri kelaparan global. Ketika popularitasnya meningkat, penelitian dan inovasi untuk mengembangkan sistem urban farming yang dapat disesuaikan dan terukur akan terus berlanjut.
Editor & Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli tulisan ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Naz adalah Manajer Editorial Asia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network Asia dan Reviewer untuk Green Network ID.