Meningkatnya Populasi Kupu-Kupu Raja di Meksiko di Tengah Ancaman Kepunahan

Foto: Bryon Russell-Oliver di Unsplash.
Setiap spesies yang ada di Bumi berkontribusi dalam mendukung keseimbangan ekosistem, termasuk kupu-kupu raja yang memainkan peran penting sebagai penyerbuk. Sayangnya, kupu-kupu raja telah lama terancam punah terutama akibat aktivitas manusia. Namun di Meksiko, populasi kupu-kupu ini menunjukkan peningkatan signifikan sejak awal tahun 2025.
Mengenal Kupu-Kupu Raja
Kupu-kupu raja berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Namun, populasi spesies ini tersebar di tempat tumbuhnya milkweed, tempat mereka dapat bertelur dan memperoleh makanan untuk ulat bayi. Kupu-kupu berwarna kuning dan hitam ini dikenal karena kebiasaan migrasinya, di mana mereka melakukan perjalanan hingga 4.000 kilometer dari timur laut Amerika Serikat dan tenggara Kanada ke Meksiko tengah untuk berhibernasi antara bulan November hingga pertengahan Maret.
Dalam migrasinya, kupu-kupu raja bertindak sebagai penyerbuk, yang merupakan inti dari proses pembuahan bunga dan tanaman lainnya. Selain itu, kupu-kupu ini memiliki makna budaya bagi masyarakat adat di Amerika Utara.
Sayangnya, populasinya menyusut dengan cepat hingga ke titik terancam punah. Menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), populasi kupu-kupu raja barat telah menurun dari sekitar 10 juta menjadi 1.914 dalam rentang tahun 1980-an hingga 2021. Sementara itu, populasi kupu-kupu raja timur menurun sebesar 84% dari tahun 1996 hingga 2014. Deforestasi akibat pertanian dan pembangunan perkotaan, penggunaan pestisida dan herbisida secara intensif, dan perubahan iklim telah mengganggu habitat, sumber makanan, dan pola migrasi kupu-kupu ini.
Peningkatan Populasi
Untungnya, kabar baik datang di awal tahun 2025. Menurut survei yang dilakukan WWF-Meksiko dan Komisi Nasional Kawasan Alam yang Dilindungi Meksiko bekerja sama dengan masyarakat setempat, populasi kupu-kupu raja timur menempati 4,42 hektare (sekitar 17.882 meter persegi) hutan Meksiko pada tahun 2025, dibandingkan dengan 2,22 hektare selama musim dingin sebelumnya.
Peningkatan populasi ini tidak terlepas dari menurunnya degradasi hutan hingga 10% di Cagar Biosfer Kupu-Kupu Raja. Cagar ini ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO yang bertujuan untuk melindungi situs-situs utama tempat kupu-kupu raja menghabiskan musim dingin.
“Kami menyadari peran penting masyarakat setempat, serta dukungan pemerintah Meksiko dalam melestarikan hutan dan memberi spesies ikonik ini kesempatan untuk berkembang,” kata Jorge Rickards, Direktur Jenderal WWF Meksiko. Ia menambahkan, “Kini saatnya untuk menjadikan peningkatan tahun ini menjadi tren yang berkelanjutan dengan pendekatan yang melibatkan semua pihak, di mana pemerintah, pemilik lahan, pegiat konservasi, dan warga negara terus melindungi habitat penting di sepanjang rute migrasi kupu-kupu raja ke Amerika Utara.”
Menjaga Kesehatan Planet
Terlepas dari kabar baik di Meksiko, populasi kupu-kupu raja di dunia secara keseluruhan masih jauh di bawah rata-rata. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengatasi masalah yang menyebabkan penurunan populasi ini, seperti penebangan liar, alih fungsi lahan, dan penggunaan pestisida secara berlebihan. Bagaimanapun, menjaga kesehatan planet berarti melindungi kesehatan keanekaragaman hayati dan ekosistem, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan kita.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Konten Publik GNA berupaya menginspirasi perubahan sosial skala besar dengan menyediakan pendidikan dan advokasi keberlanjutan yang dapat diakses oleh semua orang tanpa biaya. Jika Anda melihat Konten Publik kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia. Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional sekaligus mendukung keberlanjutan finansial GNA untuk terus memproduksi konten-konten yang tersedia untuk umum ini.
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.