Menyimpan Makanan Tanpa Listrik dengan Model Penyimpanan Terbuka
Hari ini, mengawetkan makanan tanpa kulkas atau perangkat elektronik lainnya agaknya merupakan suatu hal yang sulit. Namun, krisis iklim mengharuskan kita untuk mewaspadai konsumsi listrik, termasuk penggunaan kulkas. Untuk mengatasi hal ini, model penyimpanan terbuka dapat menjadi solusi potensial untuk menyimpan makanan tanpa listrik.
Pendingin yang Turut Menyebabkan Pemanasan
Saat ini, penyimpanan makanan semakin bergantung pada sistem pendingin. Kulkas adalah salah satu pilihan paling umum bagi rumah tangga karena kemampuannya memperlambat pertumbuhan bakteri dan membantu makanan tetap segar lebih lama, menyediakan cara yang jauh lebih mudah dan tidak memakan waktu lama untuk mengawetkan makanan dibandingkan metode tradisional seperti pengawetan, pengeringan, atau pengalengan.
Namun, ironisnya, kulkas dan sistem pendingin lainnya turut menyebabkan pemanasan Bumi karena banyaknya energi yang dikonsumsi. Mengingat sebagian besar listrik di dunia masih berasal dari bahan bakar fosil, tingkat penggunaan energi ini punya dampak yang merugikan terhadap lingkungan.
Selain itu, gas pendingin yang digunakan oleh perangkat pendingin, seperti hydrofluorocarbon (HFC), sangat merusak lingkungan. Beberapa HFC yang sangat kuat masih digunakan hingga saat ini. Satu ton gas HFC saja punya dampak lingkungan yang sama dengan melepaskan 14.800 ton karbon dioksida.
Model Penyimpanan Terbuka
Tanpa intervensi, penggunaan kulkas dan sistem pendingin lainnya secara berlebihan dapat memperparah pemanasan global, mendorong Bumi mendekati ambang batas suhu kritis 1,5°C. Ambang batas tersebut dapat terlampaui pada tahun 2024, sementara tahun 2023 telah menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Oleh karena itu, diperlukan alternatif sistem penyimpanan makanan pendingin konvensional.
Model penyimpanan terbuka dapat memberikan alternatif berkelanjutan untuk pengawetan makanan tanpa listrik. Model ini menggunakan wadah kayu terbuka tanpa penutup untuk memaksimalkan aliran udara dan mengatur kelembapan. Cara ini dapat mencegah kelembapan berlebih, sehingga mengurangi risiko jamur dan menjaga sayuran tetap segar lebih lama.
Hal ini dicoba diterapkan dalam proyek Save Food from the Fridge. Proyek ini menekankan pentingnya menyesuaikan metode penyimpanan dengan kebutuhan spesifik setiap jenis makanan. Model penyimpanan terbuka memungkinkan makanan disimpan dalam kondisi yang lebih sesuai dengan sifat alaminya.
Misalnya, sayuran umbi-umbian dapat ditempatkan di kantong tanah agar tetap segar lebih lama. Wortel dan daun bawang dapat disimpan secara vertikal dengan alas pasir atau tanah untuk menjaga keadaan alaminya. Selain itu, beberapa desain penyimpanan terbuka menyertakan nampan air di bawah kotak untuk merehidrasi sayuran dengan mengganti kelembapan yang hilang setiap hari.
Contoh lain dari model ini adalah La Caja Verde dari Argentina, yakni sistem penyimpanan makanan terbuka berbasis furnitur. Terbuat dari kayu multi-laminasi fenolik, metode ini dirancang untuk tahan terhadap kelembapan dan dapat menyimpan hingga 20 kilogram makanan.
Mengarusutamakan Metode Penyimpanan Makanan Alternatif
Model penyimpanan terbuka menunjukkan bahwa menyimpan makanan tanpa listrik dan mengurangi kerusakan lingkungan dengan tetap menjaga kenyamanan modern bukanlah suatu hal yang mustahil. Jika memungkinkan, kita dapat mulai beralih ke gaya hidup berkelanjutan dengan memikirkan kembali kebiasaan konsumsi kita, seperti cara kita menyimpan makanan.
Selain itu, mendukung intervensi sistemik, serta menyediakan pendanaan untuk alat dan ide praktis yang dapat mengurangi jejak karbon secara aktif, juga merupakan langkah yang penting. Menggabungkan inovasi, memikirkan kembali kebiasaan sehari-hari, dan mengarusutamakan praktik yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan iklim dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua.
Editor: Nazalea Kusuma & Kresentia Madina
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Dia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis tentang isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.