Perkembangan SDGs di Asia-Pasifik Masih Jauh dari Target

Foto: Mike van den Bos di Unsplash.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) diadopsi sebagai cetak biru untuk mencapai perdamaian dan kesejahteraan bagi umat manusia dan planet Bumi. Namun, hingga tahun 2025, atau sepuluh tahun sejak kesepakatan tersebut diadopsi, perkembangan SDGs di Asia-Pasifik masih jauh dari target.
Perkembangan SDGs yang Jauh dari Target
Ada sekitar 4,3 miliar orang yang menghuni kawasan Asia-Pasifik, mewakili lebih dari separuh populasi dunia. Pencapaian SDGs di Asia-Pasifik dapat menjadi tantangan yang sangat besar, terutama mengingat konsumsi energi yang besar di kawasan ini dan kerentanan yang tinggi terhadap bencana.
Menurut “Laporan Perkembangan SDG Asia dan Pasifik 2025” yang diterbitkan oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP), perkembangan SDG di kawasan Asia-Pasifik masih jauh dari target. Pencapaian beberapa tujuan masih terlalu lambat, seperti Tujuan 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), Tujuan 4 (Pendidikan Berkualitas), dan Tujuan 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).
Untuk Tujuan 8, Asia-Pasifik mengalami penurunan partisipasi angkatan kerja karena penuaan populasi dan pengangguran di kalangan generasi muda, sebagaimana disebutkan dalam laporan Tren WESO 2025 dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Sementara itu, peningkatan subsidi bahan bakar fosil terus melanggengkan pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan, sehingga menjauhkan pencapaian Tujuan 12 dan menyebabkan kemunduran yang sangat mengkhawatirkan pada Tujuan 13 (Aksi Iklim). Selain itu, Asia-Pasifik juga terpukul oleh tingginya jumlah korban bencana meskipun terdapat kemajuan dalam pengembangan strategi pengurangan risiko bencana.
Kemajuan dan Kesenjangan
Namun, perkembangan positif juga ada. Laporan tersebut mencatat kemajuan dalam pencapaian Tujuan 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) dan Tujuan 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik), yang didukung oleh perluasan infrastruktur dan jaringan digital. Sebagai contoh, Thailand telah meluncurkan program cakupan kesehatan semesta berdasarkan digitalisasi dan integrasi data kesehatan untuk memperluas aksesibilitas.
Peningkatan signifikan juga terlihat dalam isu kesehatan ibu, bayi, dan anak, yang menunjukkan adanya manfaat dan hasil dari investasi yang tepat sasaran dan kebijakan yang efektif. Namun, laporan tersebut juga menemukan kesenjangan yang mengkhawatirkan terkait ketersediaan data yang menghambat pencapaian SDGs.
“…kesenjangan data masih ada di area kritis, khususnya dalam kesetaraan gender (Tujuan 5) dan perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat (Tujuan 16). Selain itu, masih ada kekurangan data terpilah—berdasarkan status migrasi, disabilitas, jenis kelamin, dan lokasi—yang membatasi kemampuan kita untuk sepenuhnya memahami dan memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat,” kata Lin Yang, Wakil Sekretaris Eksekutif UNESCAP.
Meningkatkan Kemitraan
Transformasi sistemik sangat penting untuk mempercepat kemajuan dalam pencapaian SDGs. Menjembatani kesenjangan data, misalnya, memerlukan kemitraan masyarakat untuk memahami kondisi di lapangan dengan lebih baik. Selain itu, kepemimpinan politik yang kuat, investasi yang bermakna, dan kemitraan yang kuat antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil juga merupakan landasan transformasi ini.
“Saat kita menatap masa depan, kita terus menemukan tanda-tanda harapan dalam komitmen bersama dan abadi kita, keterhubungan kita, dan kekuatan kita melalui kerja sama regional,” kata Armida Salsiah Alisjahbana, Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan Sekretaris Eksekutif ESCAP. “Di seluruh wilayah Asia dan Pasifik, kemitraan baru dan pendekatan kreatif menawarkan harapan dan langkah yang dapat ditindaklanjuti untuk mengatasi tantangan yang paling berat.”
Baca laporan selengkapnya di sini.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Asisten Manajer Program & Kemitraan di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.