Kolaborasi Universitas Telkom & Plastic Fischer dalam Menanggulangi Masalah Sampah Plastik di Sungai Citarum
Sungai Citarum adalah salah satu sungai terpanjang di Jawa Barat. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sepanjang 297 km menyuplai air bagi sekitar 25 juta warga di Jawa Barat dan 80 persen air baku untuk Jakarta. Namun sayangnya, sungai ini mengalami pencemaran serius, dengan sampah plastik menjadi salah satu penyebab utamanya. Pada World Water Forum ke-10 di Bali, pemerintah mengklaim program Citarum Harum berhasil meningkatkan indeks kualitas air dari tercemar berat menjadi tercemar ringan. Namun, beberapa kali setelah forum tersebut, persoalan sampah di Sungai Citarum terus menyeruak, termasuk berupa penumpukan sampah di Jembatan Sapan, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat pada Juni 2024.
Masalah Sampah di Sungai Citarum
Sebuah penelitian pada tahun 2022 menunjukkan bahwa jenis sampah plastik paling umum di Sungai Citarum adalah kantong plastik, tas plastik bening, dan kemasan plastik, mencakup 4-38% dari total sampah. Volume sampah plastik tertinggi ditemukan di hulu sungai. Mikroplastik, yang berukuran kurang dari 5 mm, ditemukan di sepanjang DAS Citarum, dari hulu hingga hilir, dan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem jangka panjang.
Akumulasi sampah plastik tersebut meningkatkan risiko banjir di kawasan perkotaan dan mengganggu rantai makanan di dalam sungai. Setelah hujan, jumlah sampah dapat meningkat signifikan hingga 30 kali lipat. Mikroplastik yang masuk ke rantai makanan, dari zooplankton hingga ikan besar, dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi ikan tersebut. Meskipun dampaknya masih diperdebatkan, sejumlah penelitian menunjukkan risiko gangguan sistem pencernaan, hormonal, dan imun akibat paparan mikroplastik dalam makanan.
Solusi Pengolahan Sampah yang Ditawarkan
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh peneliti dari Teknik Fisika Universitas Telkom (TF-TelU) adalah pengolahan sampah plastik menjadi bahan bangunan seperti paving block. Solusi ini ditujukan kepada masyarakat di daerah yang terdampak pencemaran plastik, terutama di sekitar DAS Citarum. Prosesnya melibatkan pengumpulan, pembersihan, dan penghancuran plastik menjadi butiran kecil yang kemudian dicampur dengan bahan lain untuk dicetak menjadi paving block, sehingga mengurangi jumlah sampah plastik dan menghasilkan produk yang dapat digunakan sebagai material konstruksi.
Dalam prosesnya, TF-TelU mengembangkan alat cetak paving block yang didesain agar mudah digunakan dan efisien dalam produksi paving block berbahan dasar plastik daur ulang. Alat ini memungkinkan proses pembuatan paving block menjadi lebih cepat dan dapat dilakukan langsung di lokasi pengolahan sampah plastik. Inovasi ini membantu mengurangi jumlah sampah plastik sekaligus menghasilkan produk yang berguna untuk konstruksi, mendukung keberlanjutan lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, TF-TelU menawarkan solusi pengolahan limbah plastik, khususnya Low Density Poli Etilen (LDPE), dengan menggunakan cairan ionik. Metode penguraian ini telah dipatenkan pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) dengan nomor IDS000007278 dan IDS000005495 yang ditetapkan pada tanggal 23 dan 25 Januari 2024. Teknologi ini tidak membutuhkan suhu tinggi dan tidak menghasilkan emisi berbahaya, yang berbeda dengan teknik konvensional. TF-TelU juga mengembangkan metode lain untuk mendegradasi limbah plastik tanpa menghasilkan gas berbahaya dan tetap efisien pada suhu rendah. Kedua inisiatif ini berpotensi dalam menangani pencemaran plastik secara lebih ramah lingkungan dan efisien.
Kolaborasi TF-Tel U dengan Plastic Fischer
Untuk memperkuat inisiatif yang telah dilakukan, TF-TelU berkolaborasi dengan Plastic Fischer, sebuah perusahaan asal Jerman yang mengembangkan teknologi TrashBoom, yaitu penghalang apung sederhana berbiaya rendah untuk menangkap sampah plastik di sungai.
Kolaborasi TF-TelU dan Plastic Fischer telah dimulai sejak akhir tahun 2023 dan melibatkan beberapa kegiatan. Kegiatan pertama berupa pengambilan sampah di salah satu aliran sungai daerah Cikoneng, Kabupaten Bandung. Dalam kegiatan ini, Plastic Fischer memasang TrashBoom di sungai tersebut untuk menjaring sampah. Selanjutnya, civitas akademika TF-Te lU bekerja sama dengan Institut Teknologi Nasional (ITENAS) dan Plastic Fischer memilah berbagai jenis sampah yang terjaring dan menyalurkannya sebagai bahan bakar kepada pabrik Semen Indonesia Group (SIG) selaku off-taker yang memanfaatkan prinsip refuse derived fuel (RFD).
Kegiatan kedua dilakukan pada awal tahun 2024, berupa penjaringan dan pemilahan sampah di aliran Sungai Cikapundung di wilayah Buah Batu, Kota Bandung. Seperti halnya kegiatan pertama, hasil pemilahan sampah plastik ini kemudian juga disalurkan sebagai bahan bakar semen untuk pabrik SIG.
Selain itu, TF-TelU juga menyelenggarakan Lomba Gagasan Inovatif Siswa (GIS) 2024 dengan tema “Pengolahan Limbah Plastik untuk Kelestarian Lingkungan dan Kesejahteraan Bangsa”. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak siswa berinovasi dalam pengelolaan sampah plastik, memberikan edukasi tentang pentingnya daur ulang, dan meningkatkan kesadaran lingkungan sejak dini.
Kolaborasi antara TF-TelU dan Plastic Fischer merupakan contoh nyata sinergi antara akademisi dan praktisi dalam menangani masalah lingkungan. Dengan pendekatan komprehensif dan inovatif, kolaborasi semacam ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi pencemaran plastik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, tidak hanya di Sungai Citarum tetapi juga di sungai-sungai lain di Indonesia. Mari dukung inisiatif ini dan bersama-sama wujudkan Sungai Citarum yang lebih bersih dan sehat.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.