Tekad Membangun Kota Berkelanjutan: Pengalaman Menghadiri World Cities Summit 2024

World cities summit 2024.
Dalam bekerja, saya mengunjungi banyak kota di Asia. Setiap kunjungan selalu mengingatkan saya akan pentingnya tindakan nyata untuk membuat kota lebih layak huni dan berkelanjutan. Partisipasi saya dalam Simposium Pemimpin Muda World Cities Summit 2024 sebagai perwakilan perusahaan saya telah memperkuat tekad saya untuk menjadi changemaker keberlanjutan.
Belajar dari Pengalaman
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kota di Asia menjadi lebih panas, lebih padat, dan lebih tercemar udaranya, dan lebih bising. Selain itu, akses untuk berjalan kaki dan keselamatan di jalan di banyak kota perlu ditingkatkan.
Pada tahun 2015, saya menghabiskan satu setengah bulan di Tianjin, China, sebagai bagian dari studi politeknik saya. Selama tinggal di sana, saya belajar tentang Sino-Singapore Tianjin Eco-City, sebuah proyek kolaborasi antara Singapura dan China untuk membangun pusat kota berkelanjutan di lahan yang gersang dan tidak dapat ditanami. Saat ini, eco-city tersebut dengan bangga menampung 100.000 penduduk dan 7.000 bisnis.
Pengalaman itu, termasuk kunjungan dan pembelajaran di universitas setempat, menjadi landasan bagi saya. Saya belajar bagaimana urbanisasi berkelanjutan dapat dicapai – meskipun kondisi lingkungan sulit – dan bagaimana model serupa dapat direplikasi di kota-kota lain.
Saya sadar bahwa kota dapat dikonsep dan dirancang dengan lebih baik. Oleh karena itu, menurut saya, pewaris masa depan harus memikul tanggung jawab dalam membangun kota.
World Cities Summit 2024
World Cities Summit 2024 yang diselenggarakan di Singapura merupakan acara global yang dihadiri para pemimpin pemerintahan dan pemangku kepentingan industri untuk berkolaborasi dan membangun kota yang lebih baik.
“Faktor dan aktor terpenting dalam semua ini, bukan hanya masyarakat, namun generasi muda kita, yang sebagian besar akan tinggal di kota dan membangunnya,” kata Alvin Tan, Menteri Perdagangan dan Industri sekaligus Menteri Kebudayaan, Komunitas, dan Pemuda Singapura dalam pidatonya. Dalam simposium tersebut, saat saya duduk di antara para profesional muda yang memiliki aspirasi untuk mengubah tanah kelahiran mereka menjadi kota-kota masa depan yang dinamis, saya sangat merasakan aspirasi itu.
Ada peneliti perkotaan, arsitek, konsultan keberlanjutan, dan bahkan content creator warisan budaya yang berupaya meningkatkan kesadaran penduduk akan tempat-tempat yang tidak dikenal namun menarik di Singapura. Mendengar mereka begitu bersemangat memperjuangkan pekerjaan dan keyakinan mereka, saya jadi yakin bahwa membangun kota berkelanjutan adalah upaya multilateral. Pemerintah menyediakan kebijakan; sektor swasta menyediakan dana dan teknologi; dan masyarakat memberikan impian, hati, dan arah.
Dari, Oleh, dan Untuk Penduduk
Dalam konferensi tersebut, para wali kota dari seluruh dunia berbicara tentang jiwa kota—yang ditentukan oleh penduduknya. Sangat mudah untuk melihat sebuah kota karena bangunannya yang berkilau dan futuristik, namun pada akhirnya, penduduknya yang memberinya energi, karakter, dan makna.
Ini mengingatkan saya pada Singapura, yang menyediakan fasilitas bagi pekerja migran dan warga lokal untuk berinteraksi. Misalnya, fasilitas pusat rekreasi pekerja migran menawarkan ruang bagi para migran dan penduduk lokal untuk berbelanja, makan, dan ikut serta dalam kegiatan olahraga bersama.
Untuk lebih memupuk jiwa kota kami, Singapura akan melakukan penelitian terperinci untuk memperjelas hubungan antara lingkungan perkotaan dan kesehatan mental penduduk, seperti yang diumumkan dalam konferensi tersebut. Hal ini menganalisa faktor-faktor seperti fitur desain perkotaan, kepadatan, dan perilaku manusia. Temuan-temuan yang didapat akan memandu upaya negara ini untuk meremajakan, menemukan kembali, dan menata ulang dirinya. Sebagai changemaker keberlanjutan muda, saya ingin mendukung upaya ini dengan berbuat lebih banyak di bidang-bidang tersebut.
Data dan Transparansi
Selanjutnya, saya belajar bahwa perencanaan masa depan memerlukan data terkini. Dengan teknologi data dan simulasi, kita dapat membangun kota-kota yang lebih hemat energi, ramah terhadap pejalan kaki, tahan banjir, dan masih banyak lagi. Semakin komprehensif dan akurat datanya, maka simulasi akan berjalan semakin baik dan semakin dekat kita dengan kota sesungguhnya yang akan dibangun.
Namun, mungkin sudah menjadi sifat manusia untuk menyembunyikan kekurangan. Beberapa peserta konferensi mencatat bahwa kegagalan lebih sedikit dibagikan dibanding keberhasilan. Saya berharap para pemangku kepentingan akan lebih transparan dan terbuka dalam memberikan semua data sehingga kota-kota dapat belajar secara holistik dari pengalaman satu sama lain dan mempercepat upaya mereka menuju keberlanjutan.
Memperjuangkan Perubahan
Secara keseluruhan, keikutsertaan saya dalam konferensi ini memperluas pandangan saya terhadap dunia dan memperkuat landasan yang telah saya letakkan berdasarkan pengalaman saya sebelumnya. Masa depan keberlanjutan kota akan cerah jika kita berani bermimpi, berkolaborasi, dan gigih.
Saya bersyukur atas kesempatan menghadiri World Cities Summit 2024. Pengalaman ini adalah batu loncatan saya untuk menggalang para pembangun kota agar merangkul inovasi dan eksperimen serta menjadikan kota kita lebih layak huni dan berkelanjutan dalam beberapa dekade mendatang.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.

Josh Lee Hao Wei adalah advokat keberlanjutan dan marketing specialist untuk Asia Pasifik Selatan di Dassault Systèmes. Dia menghadiri Simposium Pemimpin Muda World Cities Summit 2024.